Tumbuh dan Tangguh Jaminan Penerapan Islam secara Utuh
Oleh: Aulia Rahmah
(Kelompok Penulis Peduli Umat)
Lensamedianews.com-Upacara peringatan detik-detik proklamasi kembali digelar. Tahun ke-76 ini, peringatan kemerdekaan mengambil tema “Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh”. Melansir newsdetik.com 17/6, Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono berpesan dengan optimis. “Dengan ketangguhan dan berbagai upaya yang dilakukan di masa pandemi maka Indonesia akan tumbuh,” ujarnya.
Optimisme Kepala Sekretariat Presiden Heru patut kita apresiasi. Namun, perubahan ke arah yang lebih baik tidak cukup hanya dengan sekadar slogan, harus ada solusi fundamental dan komitmen untuk keluar dari krisis multidimensi yang terjadi di negeri ini. Dari aspek budaya, moral, ekonomi, dan politik. Derasnya arus sekularisme, kapitalisme, liberalisme, dan produk pemikiran asing lainnya terus merambah menggerus jati diri bangsa. Kekerasan seksual pada perempuan dan anak-anak masih terus terjadi. Akibatnya, masa depan generasi makin suram. Ketahanan keluarga dan masyarakat lemah.
Karakter sistem kenegaraan sekularis kapitalis yang mengabaikan pembangunan moral spiritual, berkontribusi pada rapuhnya sebuah bangsa dalam menghadapi tantangan pandemi. Para pejabat minim kepekaan, mereka memimpin hanya demi melanggengkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya saja. Tak segan-segan mengorbankan potensi negeri. Sebuah ironi, di tengah besarnya sumber daya manusia dan energi, justru diikuti dengan terus membesarnya jumlah utang negara. Dengan tingginya utang, negara semakin ketergantungan terhadap regulasi luar negeri yang dapat mengancam kedaulatan negeri. Eksistensi pribumi akan terancam dengan banyaknya TKA (Tenaga Kerja Asing) yang masuk di masa pandemi ini.
Sistem sekularisme kapitalisme saat ini terbukti gagal mewujudkan kemerdekaan hakiki dan hanya menghasilkan pertumbuhan semu. Kemajuan ekonomi dengan maraknya investasi dari luar negeri, tak ada dampak pertumbuhan bagi masyarakat luas. Harta hanya berputar pada sekelompok orang saja, dari politisi dan pengusaha kapitalis. Kesenjangan sosial pun semakin tajam. Yang kaya makin kaya, yang miskin tereliminasi dari kancah kehidupan. Jelas, seruan peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan dan slogan HUT RI ke-76 Indonesia tumbuh dan tangguh tak memiliki makna tanpa adanya perubahan sistem.
Oleh karenanya, untuk mewujudkan negeri yang tangguh dan tumbuh, kehidupan ini haruslah menggunakan aturan Allah Swt. dalam semua lini, termasuk aturan bernegara. Bukan dengan mengikuti regulasi asing, dari Barat maupun Timur. Dengan kata lain, mengelola sumber daya alam dan manusia dalam wujud negara sebagai sarana untuk beribadah dengan melakukan berbagai bentuk kebajikan. Allah berfirman:
“Kebajikan itu bukanlah dengan menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, dan orang-orang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta dan untuk memerdekakan hamba sahaya yang melaksanakan sholat dan menunaikan zakat. Orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam musibah, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 177)
Di ayat yang lain di dalam Al-Qur’an, Allah menjamin bahwa akan ada kehidupan dengan menerapkan hukum-hukum-Nya. “Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.” (QS. Al-Anfal: 24)
Menerapkan hukum-hukum Allah (Islam) haruslah secara utuh, bukan secara parsial atau sesuka hati. Allah berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara utuh dan janganlah kalian ikuti langkah-langkah setan.” (QS. Al Baqarah: 208)
Inilah Islam, kesempurnaan ajarannya pernah terwujud dalam perjalanan peradaban Khilafah Islamiyah. Para khalifah senantiasa menjadikan pelayanan terhadap masyarakat sebagai prioritas utama. Tak ada keinginan memperkaya diri seperti dalam Sistem demokrasi sekuler. Sistem ekonomi Islam yang bertumpu pada aktivitas sektor riil dan distribusi kekayaan yang jelas, benar-benar mewujudkan kesejahteraan. APBN di masa Khilafah selalu mengalami surplus. Kondisi ini sangat penting sebagai persiapan negara dalam menghadapi musim paceklik dan wabah.
Dengan panduan hukum Islam, para pengelola negara memperhatikan segala potensi yang dimiliki demi pembangunan di segala bidang. Baik fisik maupun mental spiritual. Semua pejabat bertanggung jawab dan menyadari bahwa segala perbuatannya selalu diawasi oleh Allah Swt. Oleh sebab itu, para pejabat di masa khilafah selalu berhati-hati dengan jabatan dan amanahnya. Sistem peradaban khilafah terbukti tumbuh dan tangguh. Mampu bertahan hingga 14 abad lamanya. Wallahu a’lam bisa ash-shawab. [LM/Mi]