Waspada Toleransi yang Ciptakan Moderasi

Oleh: Yuke Octavianty, S.P.

(Komunitas Pejuang Pena Dakwah)

 

Lensa Media News – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kembali menuai kontroversi. Pasalnya, Menag Yaqut mengucapkan selamat hari raya kepada komunitas penganut Baha’i yakni Hari Raya Naw Ruz 178-EB (Viva.co.id, 28/07/2021).

Menag Yaqut juga berpesan tentang pentingnya toleransi beragama untuk damainya kehidupan bernegara. Pernyataan tersebut jelas menebar pro dan kontra dalam pemikiran masyarakat. Ada yang pro karena beranggapan bahwa hal itu lumrah dilakukan sebagai sikap menghormati agama lain. Ada juga yang kontra karena Baha’i termasuk aliran sesat dan tak ada legalitas di negeri ini (Viva.co.id, 29/07/2021).

Akhirnya menimbulkan keresahan berpikir di tengah-tengah umat. Kekhawatiran umat wajar adanya. Karena hal tersebut sangat berkaitan erat dengan akidah umat. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra. Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian kaum tersebut” (HR. Abu Daud, no. 4031).

Jelaslah dalam hadits tersebut, bahwa Rasulullah SAW melarang kaum muslimin untuk tasyabbuh, yaitu menyerupai suatu kaum. Termasuk salah satunya, mengucapkan selamat hari besar agama lain. Jika hal ini dilakukan, maka hal tersebut merupakan pelanggaran dalam akidah agama Islam.

Toleransi sejatinya sikap saling menghormati antar pemeluk agama tanpa saling mengganggu akidah masing-masing pihak. Namun, yang terjadi saat ini adalah toleransi yang kebablasan. Dan tak bersandar pada prinsip dasar toleransi. Dr. Ahmad Sastra, Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa menuliskan dalam artikelnya yang berjudul “Moderasi Agama” yakni moderasi merupakan salah satu jenis kemusyrikan modern yang kini tengah menyerang tauhid Islam (Al Waie, edisi Dzulqaidah 1-31 Juli 2021).

Kemusyrikan modern ini akhirnya melahirkan pluralisme, yaitu paham yang mencampuradukkan antara ajaran yang haq dan bathil. Dan jelas ini sangat berbahaya untuk akidah Islam. Kronisnya, jika paham tersebut dibiarkan menjamur dalam jiwa kaum muslimin akan mengakibatkan jauhnya umat dari ajaran Islam yang hakiki. Dan bermuara pada hilangnya akidah Islam. Inilah agenda utama yang dituju Barat, yaitu menjauhkan Islam dari kebangkitan yang shahih.

Allah SWT berfirman yang artinya, _”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar” (QS. An-Nisa’: 48).

Allah SWT mengancam dengan sanksi yang tegas. Karena bahaya yang bersifat “jazm” (pasti). Syirik dalam hal ini tak hanya menyekutukan Allah dengan sesembahan dalam arti fisik, namun juga ucapan (lisan) yang dapat mempengaruhi (baca: merusak) akidah kaum muslimin. Inilah cara Allah SWT. menjaga kemurnian akidah kaum muslimin.

Narasi moderasi Islam sungguh menyesatkan pemikiran umat. Dengan caranya yang “soft” dan berkedok rasa saling menghormati, menjadi jalan untuk menumbangkan pemahaman Islam yang shahih. Sistem yang hari ini dianut adalah sistem yang menganut aturan Barat. Sistem berlandaskan paham sekulerisme, yang menjauhkan aturan agama dari kehidupan. Tentu saja, aturan yang digunakan pun mengadopsi aturan yang fasad (rusak). Wajar adanya jika sistem ini gagal menjaga akidah rakyatnya.

Dalam sistem Islam, toleransi dalam kehidupan umat beragama memiliki aturan yang baku dan jelas. Sejarah menyebutkan, Spanyol sebagai salah satu cermin hidup toleransi antara Muslim, Yahudi, dan Kristen. Di India, sepanjang kekuasaan Abbasiyah dan Utsmaniyyah, muslim dan Hindu hidup rukun selama ratusan tahun.

Sistem Islam mempunyai tujuan yang jelas. Instansi kekhilafahan, sangat menghargai umat beragama lain selain Islam. Kekhilafahan pun melayani seluruh rakyatnya dengan pelayanan yang istimewa tanpa membedakan agama, strata, atau status sosial. Tujuannya jelas, yaitu untuk mendakwahkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil’alamiin. Agama shahih yang menebar kebaikan bagi seluruh umat. Dan institusi berperan dominan dalam menjaga akidah rakyatnya.

Wallahu a’lam bishshawab.

[ah/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis