Duka Nanggala dan Kebangkitan Negara Adidaya
Oleh : Ita Mumtaz
Lensa Media News – Innalillahi wainnailahi rajiuun. Akhirnya KRI Nanggala-402 ditemukan tenggelam pada kedalamam 850 meter dengan badan pecah tiga. Seluruh awak kapal dinyatakan gugur. Tragedi ini menyisakan duka mendalam bagi Indonesia dan dunia.
Kapal yang didesain untuk kedalaman tertentu, ternyata tak sanggup bertahan jika ada gangguan di luar batas kemampuannya, mengingat ganasnya tekanan air pada kedalaman 700 meter.
Guru Besar Kelautan ITS, Prof. Daniel Mohammad Rosyid menyampaikan bahwa tragedi ini dikarenakan ada technical error mengingat usia kapal yang sudah tua (umur 40 tahun, padahal design service life nya 20-25 tahun). Tahun 2012 sudah diretrovit dan overhaul total di Korea Selatan. Mestinya overhaul total ni dilakukan setiap 5 tahun. Tampaknya karena beberapa sebab, ini tidak atau belum dilakukan. Hanya dilakukan partial overhaul. (Kempalan.com, 21/04/2021)
Kehilangan Aset SDM Terbaik
Para awak KRI Nanggala-402 adalah aset terbaik bangsa. Terlepas dari ketentuan Allah, mereka adalah korban dari sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Merupakan kerugian yang teramat besar bagi Indonesia degan kehilangan prajurit-prajurit terbaiknya. Sebab sumber daya manusia sejatinya adalah investasi termahal. Sebab butuh puluhan tahun untuk mencetak para tentara dan prajurit terbaiknya.
Semua ini terpaksa harus terjadi akibat dari kebijakan negara dengan segala kecerobohannya, terutama di bidang alutsista. Sebagai negara kepulauan yang berada di posisi silang antara 2 samudera dan 2 benua, harusnya menjadi fokus pemerintah untuk senantiasa mengontrol alutsista yang dimiliki agar bisa meminimalisir kecelakaan.
Kondisi Indonesia dengan 62% wilayahnya lautan dan memiliki garis pantai sepanjang 81 ribu kilometer tentu membutuhkan banyak kapal selam dengan kualitas dan teknologi terbaik.
Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) periode 2012-2014, Laksamana (Purn) Marsetio menyatakan bahwa jumlah armada kapal selam yang dimiliki TNI AL saat ini masih belum ideal. TNI AL saat ini tercatat baru memiliki lima kapal selam, yang tiga di antaranya baru dibeli dari Daewoo Shipbuilding & Marine Engineering (DSME), Korea Selatan (Korsel), dan satu di antaranya dibuat di galangan PT PAL Surabaya.
Menurut Marsetio, jika mengacu kepada minimum essential force (MEF) maka dibutuhkan sekitar 12 kapal selam untuk menjaga wilayah perairan RI. Namun, jika ingin membangun kekuatan di lautan maka jumlah kapal selam yang dibutuhkan lebih besar lagi untuk menjaga titik-titik strategis. (okezone.com, 20/9/2018).
Bangunan kekuatan militer yang tangguh dan canggih menjadikan sebuah negara kuat dan disegani. Indonesia tak akan mampu menjadi negara kuat dan mandiri, jika pemimpinnya tidak memiliki integritas tinggi, bahkan lebih sering membebek dan disetir negara lain.
Khilafah, Negara Adidaya Masa Depan
Ketika sebuah negara lemah secara ekonomi dan militernya serta memiliki ketergantungan pada asing, maka selamanya negara itu akan tunduk di bawah ketiaknya. Lantas asing pun dengan mudah merampok kekayaan alam yang sejatinya adalah milik rakyat. Jika sudah seperti ini, apa pun keinginan asing akan dipenuhi meski harus mengorbankan rakyat sendiri. Segala kebijakan rela disetir asing, termasuk penjagaan lautnya. Bagaimana mungkin sebuah negara maritim hanya mencukupkan pada kapal selam bekas? Padahal seharusnya negara ini layak menjadi pelopor teknologi alutsista laut.
Saat ini, negara super power adalah negara-negara kapitalis yang mereka sebut negara maju. Mereka menguasai pemikiran, ekonomi, juga militer tingkat dunia, dengan ideologi kapitalisme sebagai basis tatanan negaranya.
Oleh karenanya, jika hendak mengalahkan negara adidaya saat ini, tidak ada cara lain, yaitu harus melawan kapitalisme dengan ideologi Islam. Sayang sekali, ideologi Islam yang merupakan rival dari ideologi kapitalis, sekarang tidak ada satupun negara yang mengembannya. Padahal untuk melawan hegemoni negara kapitalis, niscaya harus dilakukan oleh sebuah negara yang berlandaskan Ideologi Islam, yakni Khilafah Islam.
Sistem Pertahanan dalam Islam
Dalam Islam, negara wajib mempersiapkan pasukan terbaik dan terlatih, di samping fasilitas senjata dan alutsista tercanggih. Negara selalu menjaga daerah perbatasan oleh para tentaranya yang senantiasa siap memanggul senjata. Tentu saja hal ini butuh anggaran besar agar fasilitas yang dibutuhkan tersedia.
Khilafah memiliki sumber pemasukan berupa harta hasil dari kepemilikan umum, yakni kekayaan alam yang berlimpah. Sebab urgensi negara khilafah adalah untuk menerapkan syariat Islam di dalam negeri dan mengemban dakwah ke seluruh penjuru dunia. Maka alokasi dana wajib ditetapkan demi meningkatkan ketangguhan dan kekuatan negara.
Sudah saatnya negara ini bangkit dari ketertindasan asing. Tentu saja kebangkitan hakiki hanya bisa terwujud dengan berdirinya negara khilafah.
Wallahu a’lam bish-shawwab.
[LM]