Dalam Sekularisme, Nyawa tak Lagi Berharga
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan total kumulatif jumlah pasien konfirmasi positif telah melampaui angka satu juta kasus dengan penambahan kasus harian pada Selasa (26/1) sebesar 13.094. Total kasus kumulasi pun tercatat sebanyak 1.012.350. Pakar kesehatan Zaenal Abidin menyayangkan pemerintah yang gagal menangani pandemi Covid-19 hingga menembus satu juta kasus pada Selasa (26/1).
Zaenal mengungkapkan selama ini pemerintah dianggap lebih mengutamakan investasi daripada serius menekan laju pandemi. Padahal uang bisa dicari tapi nyawa hilang karena covid tak bisa dibeli kembali. Pemikiran sekularisme (pemisahan agama dengan kehidupan) nampaknya telah menguasai pemikiran bangsa ini tak terkecuali para punggawa negeri.
Dalam pemikiran sekularisme yang menonjolkan sisi materi, wajar jika menganggap ekonomi lebih utama dibandingkan nyawa rakyat sendiri. Pemikiran sekularisme sangat jelas menjadi ancaman serius bagi negara ini. Selama sekularisme masih bercokol dalam sudut pandang para punggawa negeri, maka nyawa rakyat tak akan ada arti.
Berbeda dengan sekularisme, Islam memiliki pandangan, nyawa satu manusia lebih berharga dibandingkan dunia dan seisinya. Rasulullah SAW. bersabda:
“Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak” (HR. Nasai, dan dishahihkan al-Albani). Islam sangat menghargai nyawa manusia.
Dari sini jelas Islam lebih mengutamakan nyawa dibandingkan materi. Maka jika kita ingin segera mengakhiri wabah ini, hal yang pertama harus dilakukan adalah mencabut sudut pandang sekularisme menjadi Islam. Kemudian selanjutnya menjadikan syariat Islam sebagai sistem aturan dalam kehidupan bernegara. Sekularisme telah jelas menjadikan nyawa tak lagi berharga. Kapan akan segera kita campakkan?
Agu Dian Sofiyani
Bandung, Jawa Barat
[LM]