Mimpi Swasembada Pangan, Diantara Lonjakan Harga Daging Sapi
Oleh : Khansa Mustaniratun Nisa
(Mentor Kajian Remaja)
Lensa Media News – Bagai makan buah simalakama. Itulah gambaran yang terjadi pada sebagian pedagang saat ini. Bila harga jual dinaikkan, pembeli berkurang. Sedangkan jika harga tetap, penjual buntung. Setelah produsen tahu dan tempe yang mogok berjualan dikarenakan harga kacang kedelai yang naik. Hal serupa bakal dialami pula oleh pedagang daging sapi, disebabkan harga daging sapi yang terus melonjak.
Normalnya harga daging sapi Rp110.000/kg, tapi setiap hari mengalami kenaikan sebesar Rp500-Rp1.000. Memang tidak besar, tapi dengan naiknya harga setiap hari membuat harga terus merangkak dan menembus angka Rp125.000/kg. Kondisi tersebut membuat banyak pelanggan merasa keberatan (ayobandung.com, 21/01/2021).
Faktor Penyebab Lonjakan Harga Daging Sapi
Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI), menyebutkan faktor penyebab naiknya harga daging sapi, yaitu karena pihak importir sapi mendapatkan harga yang sudah sangat tinggi dari negara produsen seperti Australia. Naiknya harga bobot sapi hidup secara langsung mempengaruhi harga daging sapi di pasaran. Selain itu, nilai tukar dolar terhadap rupiah juga mengalami pelemahan sehingga turut mempengaruhi harga pembelian sapi impor.
Melonjaknya harga daging sapi juga harga-harga lainnya berulang kali terjadi. Persoalan utamanya adalah ketergantungan negeri ini terhadap impor pangan. Padahal pemerintah mau memaksimalkan potensi peternakan di Indonesia dalam program swasembada daging sapi khususnya. Jika penguasa serius dengan target swasembada, seharusnya ketika terjadi kekurangan pasokan daging, yang ditingkatkan adalah peningkatan produksi sapi lokal, bukan impor.
Sebetulnya dengan kondisi iklim negeri ini yang memadai akan mampu menyediakan kebutuhan pangan yang cukup, tentu dengan pengurusan yang benar. Hanya saja politik pertanian negeri ini tidak jelas, akhirnya potensi yang dimiliki tidak dikelola dengan baik. Terlebih adanya tekanan dari para pengusaha untuk memilih impor.
Kapitalisme Akar Masalahnya
Ekonomi kapitalis menghendaki pasar bebas untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai dari produksi, konsumsi sampai distribusi. Inilah yang mengakibatkan bebasnya produk luar negeri keluar masuk menguasai pasar dalam negeri.
Persoalan pangan merupakan perkara yang sangat penting. Ketahanan pangan menjadi syarat agar sebuah negara menjadi besar dan berpengaruh. Karena itu, negara tidak boleh bergantung pada negara lain. Negara harusnya memberi subsidi yang cukup kepada para peternak maupun petani agar mereka dapat memproduksi pangan tanpa terkendala apapun.
Bagaimana Pandangan Islam?
Terkait kenaikan harga, hal ini pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw. sebagaimana dituturkan oleh Anas ra. :
“ Harga melambung pada zaman Rasulullah SAW. Orang-orang ketika itu mengajukan saran kepada Rasulullah dengan berkata: “Ya Rasulullah, hendaklah engkau menentukan harga”. Rasulullah saw. berkata: ” Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, yang menahan, melapangkan dan memberi rezeki. Sangat aku harapkan bahwa kelak aku menemui Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kamu menuntutku tentang kezaliman dalam darah maupun harta.” (HR. Abu Dawud)
Hadits ini membuktikan bahwa permasalahan harga memang diserahkan pada pasar. Namun, negara turut mengendalikan laju barang dan mengontrol kesediaan barang seandainya ada kasus penimbunan.
Selain itu, negara yang menerapkan aturan Islam kaffah akan mengawasi mekanisme laju pasar serta memperhatikan status kehalalan pangan yang beredar di tengah umat. Ini dikarenakan rakyat berhak mendapat pasokan pangan yang terjamin gizi dan kehalalannya dengan harga yang terjangkau. Karena pangan akan menentukan kualitas kesehatan masyarakat yang berujung pada peningkatan produktivitas rakyat.
Inilah yang terjadi ketika Islam dijadikan aturan bagi seluruh aspek kehidupan termasuk dalam bernegara. Telah terbukti ketika Islam dijadikan sistem kehidupan, seluruh lapisan masyarakat akan sejahtera. Hal ini digambarkan oleh Will Durant, seorang sejarawan barat dalam buku yang ia tulis bersama Istrinya Ariel Durant, Story of Civilization, ia mengatakan:
“Para Khalifah telah memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang memerlukan dan memberikan kesejahteraan selama beradab-abad dalam wilayah yang sangat luas. Fenomena seperti itu belum pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka. Kegigihan dan kerja keras mereka menjadikan pendidikan tersebar luas, hingga berbagai ilmu, sastra, filsafat, dan seni mengalami kemajuan luar biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling maju peradabannya selama lima abad.”
Dengan semua ini, tidakkah kita rindu dengan penerapan sistem pemerintahan Islam kaffah?
Wallaahu a’lam bish shawab.
[LM]