Kampanye Liberal di Balik Serangan Terhadap Pembiasaan Hijab
Oleh : Ermawati
Lensa Media News – Kini sedang viral akun sosial media milik Deutsche Welle yang sedang menjadi bulan-bulanan netizen karena mencoba mengusik soal pelajaran akidah pada anak-anak perempuan yang menggunakan kerudung oleh orangtuanya masing-masing.
Ada opini singkat yang berisi seolah-olah anak kecil yang menutup aurat itu terpaksa, karena mereka anggap tidak pas jika berjilbab. Sebuah pemaksaan terhadap anak, karena bisa jadi anak itu merasa berbeda dari yang lain.
Video yang berisikan tentang orangtua perempuan yang sedang mengajari anak perempuan mereka menggunakan jilbab juga harapan dan keinginan orang tua mereka terhadap “identitas” sebagai seorang muslim. Dalam postingan DW Indonesia, mencoba mempertanyakan, “Apakah anak-anak yang dipakaikan jilbab itu memiliki pilihan atas apa yang ingin ia kenakan?” (gelora.co sabtu, 26 september 2020).
Memakai jilbab bagi setiap wanita muslimah yang sudah baligh adalah wajib hukumnya. Namun, pembentukan citra diri itu harus dari kecil, sedini mungkin, ini waktu-waktu yang pas untuk pembentukan citra diri pada anak. Karena sejatinya sebuah pembelajaran itu tidak bisa instan. Semua butuh proses, akan sulit jika pembiasaan itu dilakukan saat dewasa. Justru usia anak-anak lebih mudah menerima dari pada usia dewasa.
Kini serangan kaum liberal kembali diarahkan pada ajaran Islam. Pendidikan ketaatan dalam berpakaian disoal, dianggap pemaksaan dan berakibat negatif pada perkembangan anak. Padahal anak-anak yang memakai jilbab dari kecil mereka merasa senang dan tidak terbebani. Yuk ajarkan anak kita sedini mungkin menutup aurat karena kita tidak akan pernah tahu kapan Allah memberikan waktu untuk mendidik anak-anak kita. Bisa jadi esok kita tidak bisa bertemu dengan mereka lagi atau sebaliknya.
Serangan ini harus dicounter oleh umat dengan menunjukan motif jahat apa dibalik serangan? Kaum liberal ingin anak-anak tidak diajarkan berjilbab sedini mungkin, menjauhkan syariah Islam darinya. Dibiarkan bebas tanpa aturan dan dijauhkan dari Islam. Selain itu adanya upaya menyebar Islamophobia di negeri ini. Perasaan takut dengan agamanya sendiri, membentuk opini yang buruk tentang Islam di tengah-tengah kaum muslim.
Anak lahir di atas fitrah dalam keadaan suci, dalam keadaan Islam, sedangkan ketika sudah tumbuh dewasa maka orang tualah yang menjadikan anak itu beragama lain. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar atas anak-anaknya, perilaku anak dan cara berpakaian anak pun akan menjadi tanggung jawab orang tua di hadapan Allah kelak.
Jika kita lihat akan berbeda sekali antara generasi anak yang terbiasa dengan ketaatan pada Allah dan tidak taat atau liberal. Bagi anak yang memiliki habits berjilbab maka ketaatannya kepada Allah tidak diragukan lagi. Karakternya pun berbeda dengan anak yang bebas tentunya. Penanaman nilai-nilai Islam bagi anak usia dini sangatlah penting karena mereka merupakan generasi penerus pembangun bangsa dan agama dimasa yang akan datang. Banyak remaja saat ini tidak memiliki moral dan agama yang baik dikarenakan kurangnya pendidikan agama dan nilai-nilai keIslaman kurang efektif ditanamkan saat masih dini.
Identitas sebagai seorang wanita muslimah harus sudah dimunculkan di usia dini. Penanaman akidah dan keimanan kepada Allah, salah satunya membiasakan dengan berjilbab di usia dini karena jilbab adalah identitasnya muslimah. Ingat bukan pemaksaan tapi pembiasaan.
Saat ini seluruh negeri-negeri di dunia sedang berada di bawah cengkraman orang-orang barat yang berpedoman pada ideologi sekuler kapitalis. Islam dianggap menjadi penghalang perkembangan ideologi ini, sehingga mereka berusaha menjauhkan, bahkan menghilangkan Islam dengan cara menyebarkan opini Islamophobia di tengah kaum muslim.
Kini saatnya umat kembali pada aturan yang dibuat oleh Sang Khaliq, Pencipta alam semesta dan seisinya. Menerapkan sistem Islam secara keseluruhan di dalam kehidupan juga dalam negara ini.
Wallahu’alam bi Ash-Showaab.
[ry/LM]