Peringatan Hari Anak Sedunia, Penghianatan Nyata atas Hak Hidup Anak-Anak Palestina
Oleh: Ida Paidah, S.Pd
Lensamedianews_ Hari Anak Sedunia pertama kali ditetapkan pada tahun 1954 sebagai Hari Anak Universal, dan dirayakan pada tanggal 20 November setiap tahun, untuk mempromosikan kebersamaan internasional, kesadaran di antara anak-anak di seluruh dunia, dan meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
Sejak tahun 1990, Hari Anak Sedunia juga menandai peringatan tanggal majelis umum PBB mengadopsi Deklarasi dan Konvensi tentang hak-hak anak. Hari anak sedunia menawarkan kepada kita semua, sebuah pintu masuk yang inspiratif untuk mengadvokasi, mempromosikan, dan merayakan hak-hak anak, yang diwujudkan dalam bentuk dialog dan tindakan yang akan membangun dunia yang lebih baik bagi anak-anak.
Hari Anak Sedunia adalah aksi tahunan UNICEF untuk anak-anak, oleh anak-anak. Mulai dari perubahan iklim, pendidikan dan kesehatan mental, hingga mengakhiri rasisme dan diskriminasi. Anak-anak dan remaja menyuarakan pendapat mereka tentang isu-isu yang penting bagi generasi, dan menyerukan kepada orang dewasa untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Adapun tema yang diusung pada tahun ini adalah “Listen to the Future. Stand up for Children’s Rights“ atau “ Dengarkan masa depan. Dukung Hak-hak Anak “ .
Narasi tanpa Arti
Namun, tema tersebut sangat kontras dengan fakta dan situasi anak-anak di dunia hari ini. Narasi tahunan yang terus digaungkan Barat perihal hak anak-anak hanyalah narasi tanpa arti. Realitasnya, hak anak-anak Palestina terampas akibat standar ganda Barat terhadap konflik Palestina – Zionis. Mereka juga menutup mata dan membisu dalam forum-forum internasional untuk menghentikan kebiadaban zionis. Padahal dunia tahu bahwa korban terbanyak dari genosida adalah anak -anak.
Saat ini, anak-anak Palestina adalah yang paling merasakan dampak terburuk akibat genosida zionis. Bukan hanya kehilangan orang tua dan keluarga, mereka juga kehilangan hak mengenyam pendidikan dengan aman, mendapat layanan kesehatan yang baik, serta akses pangan bergizi akibat serangan mematikan zionis selama lebih dari setahun. Kehidupan anak anak Palestina tidak ubahnya lonceng kematian. Mereka hidup dalam segala keterbatasan akses untuk hidup sebagai manusia.
Tema hari anak sedunia tersebut juga hanya jargon kosong tidak bermakna mengingat ancaman kelaparan dan malnutrisi akut membayangi anak-anak. Kebanyakan, negara-negara tersebut ialah wilayah yang rentan dengan kemiskinan dan krisis kemanusiaan. Sistem ekonomi kapitalisme global telah berkontribusi pada ketimpangan distribusi pangan dan sumber daya yang menyebabkan kelaparan di berbagai belahan dunia.
Dalam kapitalisme, pangan menjadi komoditas yang diperdagangkan di pasar global. Menjadikan pendistribusiannya tidak merata karena didorong oleh mekanisme pasar yang sering kali mengabaikan kebutuhan dasar masyarakat miskin atau mereka yang berada di daerah konflik.
Jika kita bertanya, siapa yang patut dipersalahkan atas lepasnya hak hidup, pendidikan, kesehatan dan rasa aman bagi anak, ideologi kapitalisme global adalah penyebab utamanya. Ini karena kapitalisme adalah ideologi yang hanya peduli pada kepentingan, keuntungan dan kebebasan individu.
Akibat ideologi ini pula, masyarakat muslim dunia tidak berdaya menolong dan membantu saudara saudara muslim di belahan bumi lainnya, seperti Palestina, Lebanon, dan lainnya. Sekat-sekat nasionalisme menghalangi para pemimpin muslim untuk melawan kedigdayaan AS dan Barat sebagai pengemban ideologi ini.
Mereka lebih mementingkan mengamankan kekuasaanya, kepentingan politik dan ekonomi lebih utama dibandingkan empati dan ikatan akidah Islam untuk menolong saudara sesama muslim yang terjebak perang.
Penjagaan Islam terhadap Hak Anak
Anak adalah asset yang sangat berharga bagi negara dalam membangun peradaban gemilang. Mereka merupakan calon generasi masa depan yang harus terjaga keselamatan, kesejahteraan, kesehatan, pendidikan dan keamanannya. Islam memberikan perhatian penuh terhadap keberlangsungan hidup generasi.
Negara akan berupaya menghilangkan segala bentuk penjajahan yang menghalangi terpenuhinya hak dasar anak sebagai manusia. Terhadap penjajahan fisik oleh musuh Islam. Negara akan menyerukan jihad dengan mengirimkan tentara terbaik untuk membela kehormatan kaum muslim. Terhadap penjajahan politik dan ekonomi, negara harus berdikari mengelola kekayaan alam tanpa diatur pihak lain melalui sistem politik ekonomi Islam .
Kebutuhan dan hak-hak anak terpenuhi dalam sistem Islam dengan prinsip-prinsip berikut:
Pertama, sumber daya alam yang beragam dan melimpah, merupakan potensi bagi negara.
Islam memandang anak adalah calon generasi masa depan yang harus dijaga keselamatannya dan kesejahteraannya, juga hak hak lainnya. Dengan beragam potensi SDA tersebut, sangat besar kemungkinan negara dapat mengelola kekayaan alam tersebut untuk keberlangsungan hidup warga negaranya termasuk anak-anak di dalamnya.
Kedua, negara akan melindungi anak dari berbagai ancaman.
Negara akan memenuhi kebutuhan asasinya, seperti makanan bergizi, tempat tinggal, pakaian layak, pendidikan, kesehatan dan keamanan. Dalam perkara sandang, pangan dan papan, dipastikan setiap kepala keluarga dapat mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya.
Pada aspek pendidikan, kesehatan dan keamanan akan memenuhinya secara gratis tanpa dipungut biaya. Serta menerapkan kurikulum berbasis akidah islam sehingga anak memiliki keimanan kuat dan kepribadian Islam yang khas.
Ketiga, negara akan melindungi kehormatan kaum muslim di seluruh negeri Islam sehingga tidak ada lagi konflik antar muslim atau penjajahan Barat.
Maka tidak ada yang dapat menyelamatkan anak-anak dan generasi, selain Islam. Penerapan ideologi Islam kafah sebagai sistem negara yang berdaulat dan membawa rahmat akan dapat dirasakan semua elemen masyarakat, baik masyarakat muslim, nonmuslim maupun dunia.