Ketika Ananda Suka Merebut Milik Temannya

Oleh: Sri Purwanti, Amd. KL

(Pegiat Literasi, Member AMK Tanah Bumbu)

 

 

LensaMediaNews— Anak yang berusia di bawah empat tahun sering kali berebut dengan kawan sebayanya, entah itu mainan, makanan maupun benda kecil lainnya. Sebagian orang tua menganggap hal seperti itu wajar karena anak usia balita masih berada dalam fase egosentris, dimana mereka belum memahami makna kepemilikan dan berbagi. Namun benarkah orang tua boleh membiarkan perilaku tersebut?

 

Ketika anak merebut milik kawannya berarti anak perlu dipahamkan dan dididik tentang kepemilikan. Orang tua tidak boleh diam saja dengan dalih mereka masih kecil dan belum paham. Ketika si kecil merebut milik kawannya, berarti mereka perlu dipahamkan bahwa merebut milik orang lain adalah perbuatan yang salah dan di larang dalam Islam.

 

Anak harus dipahamkan bahwa tindakannya tersebut tidak benar, orang tua bisa mulai mengenalkan konsep halal dan haram dalam berperilaku, hal ini sangat penting karena akan menjadi pondasi untuk tahap pembangunan karakter selanjutnya.

 

Lalu apa yang harus kita lakukan jika ananda suka merebut milik temannya? Yang pertama, orang tua harus segera melerai dan dan berikan pemahaman bahwa merebut milik kawan itu tidak baik, karena menyebabkan kawannya sedih dan akan membuat Allah tidak rida. Orang tua harus tetap tenang dan tidak terbawa emosi sehingga terburu-buru untuk memaksa mengembalikan, hal itu akan memancing tangisan anak bahkan tidak jarang mengamuk. Ajak ananda bicara dari hati ke hati sampai mereka menyadari kesalahannya. Jelaskan bahwa Allah tidak suka dengan perilaku yang suka merebut milik orang lain.

 

Kedua, anak yang direbut miliknya kemungkinan besar akan menangis, tenangkan mereka bisikan bahwa Allah akan bersama dengan orang yang sabar, setiap perbuatan akan di awasi dan dicatat oleh malaikat sehingga tidak meniru perilaku kawan yang telah merebut miliknya. Alihkan perhatiannya, berikan mainan penganti untuk meredam rasa kecewa dan upaya membalas kawan yang telah merebut miliknya.

 

Ketiga, anak perlu waktu untuk memahami bahwa tindakan merebut milik kawannya adalah perilaku yang tidak tepat, ketika anak sudah tenang orang tua bisa mengajak anak untuk meminta maaf dan mengembalikan milik kawannya. Dengan begitu anak juga akan memahami konsekuensi jika melakukan kesalahan harus berani mengakui dan meminta maaf. Orang tua bisa memberikan contoh melalui kisah para sahabat maupun ayat dan hadis yang menerangkan tentang perilaku kurang ahsan tersebut, sehingga akan akan benar-benar memahami bahwa perilakunya tidak sesuai denagn hukumnya Allah. Orang tua juga bisa menyampaikan ayat tentang keutamaan minta maaf sehingga anak yang telah merebut milik kawannya juga akan legowo mengakui kesalahannya.

 

Keempat, tanamkan budaya minta ijin, anak harus dibiasakan untuk minta izin kepada kawan ketika ingin meminjam barang orang lain. Orang tua bisa mencontohkan di rumah dengan selalu meminta izin ketika hendak memakai barang anggota keluarga yang lain, maupun membiasakan berbagi kepada seluruh anggota keluarga. Dengan begitu anak akan memiliki role model yang tepat dalam berperilaku. Hal ini harus dilakukan terus menerus sehingga anak benar-benar paham mana miliknya yang harus dipertahankan dari rebutan orang lain dan mana barang milik orang lain yang tidak boleh dia rebut.

 

Kelima, beri apresiasi jika anak berani mengakui kesalahan dan meminta maaf kepada kawannya. Tunjukan rasa bangga kita melalui ucapan dan perbuatan, sehingga anak mampu menangkap apresiasi kita. Misalnya dengan mengatakan bahwa, Bunda bangga karena ananda berani minta maaf dan mau mengembalikan milik kawan yang telah di rebutnya.

 

Proses belajar seperti ini akan terekam kuat dalam benak anak. Penanaman karakter dengan bahasa lemah lembut dan menyentuh pemikiran mereka akan menjadi pondasi kokoh bagi perkembangan kepribadian anak. Sehingga ketika mereka dewasa akan betul-betul memahami konsep kepemilikan yang benar, mana milik individu, dan mana milik masyarakat (umat). Impian untuk memiliki generasi penerus yang bersyakhsiyah Islam pun akan bisa terwujud.

Wallahu a’lam bish shawwab. [El/LM]

Please follow and like us:

Tentang Penulis