Ketika Anak Berkata Kasar
Oleh: Sri Purwanti, Amd.KL
(Pegiat Literasi, Member AMK)
Parenting – Anak adalah anugerah terindah sekaligus amanah (titipan) yang Allah berikan kepada setiap orang tua, penyejuk pandangan dan permata hati bagi ayah dan ibunya. Sebagai orang tua tentu kita berharap anak kita tumbuh menjadi anak yang cerdas, salih dan salihah.
Orang tua berusaha memberikan yang terbaik untuk anak baik berupa nafkah maupun pendidikan. Namun, kadang dalam perjalanan kita dikejutkan dengan hal-hal yang tidak kita duga, seperti kejadian anak berkata kasar maupun berkata kotor (jorok/ tidak sesuai dengan norma).
Meyikapi hal seperti ini tentu kita sebagai orang tua harus bisa bersikap bijak, tidak langsung menghakimi atau memarahi anak. Orang tua perlu menggali fakta mengapa anak bersikap seperti itu. Karena kadang anak berkata jorok ataupun kasar karena ingin menarik perhatian dari lingkungannya. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan.
Pertama bersikap tenang, ketika anak tiba-tiba berkata kasar kepada orang tua, saudara atau teman mainnya, kita harus bisa meredam emosi dan tetap tenang. Peluk anak dan tanyakan mengapa berkata seperti itu. Karena bisa jadi ia asal ucap dan tidak tahu apa makna kata tersebut. Dekati dan bicara dari hati ke hati, beri penjelasan apa makna kata kasar/jorok tersebut dan jelaskan pula kata tersebut tidak pantas untuk diucapkan sekaligus meminta jangan diulangi supaya disayang Allah.
Kedua, kuatkan konsep akidah, kita bisa menyampaikan kepada anak bahwa malaikat atas perintah Allah, akan selalu mencatat apa yang anak ucapkan, ketika anak berkata baik maka akan membuat Allah rida tetapi jika berkata kasar atau jorok akan mebuat Allah tidak rida, sehingga akan tertanam pemahaman yang kuat tentang konsep amal.
Ketiga, berusaha berempati. Bisa jadi anak berkata kasar karena dia sedang kesal, kita bisa mendekati dan bertanya, “apakah dia sedang merasa marah, kesal atau kecewa sehingga berkata kasar?” Jika memang karena suasana hatinya sedang kurang baik, orang tua bisa menunjukkan sikap keberatan dengan respon anak dengan kata-kata tak pantas yang telah diucapkannya. Pahamkan anak terhadap konsukuensi dari ucapannya, misalnya mengatakan kalau anak suka berkata kasar nanti bunda sedih.
Keempat, berusaha untuk tidak mebuat anak salah sangka dengan ekspresi kita. Tidak tersenyum apalagi tertawa, karena mereka mungkin saja akan mengira perkataannya lucu sehingga akan mengulangnya lagi untuk menghibur atau mencari perhatian.
Kelima bertanya kepada anak dari mana mereka memperoleh kata-kata tersebut, apakah dari kawan, tontonan TV ataukah mendengar orang dewasa mengucapkan kata seperti itu, sehingga kita bisa mudah mencari solusi. Jika dari TV maka kita harus menemani dan memastikan anak menyaksikan tayangan yang ramah anak, jika dari kawan atau orang dewasa lain maka kita memahamkan bahwa yang diucapkan kawannya itu tidak baik sehingga tidak boleh di contoh.
Keenam, orang tua juga perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak, sehingga bisa melihat sejauh mana anak dapat memahami mana kalimat buruk dan mana kalimat yang baik. Orang tua perlu bersikap adil, jika anak tidak mengulang kata-kata kasarnya maka anak perlu diberi pujian sehingga termotivasi untuk selalu berkata baik.
Namun, jika ternyata mengulangi lagi, maka orang tua perlu tegas memberikan sanksi, yang ringan saja tetapi memberi efek jera, seperti menghentikan uang saku, sehingga anak bisa berfikir bahwa ada konsekuensi dari setiap perbuatannya. Orang tua juga perlu mendoakan anak supaya anak-anak memiliki akhlakul karimah, menjadi anak salih dan salihah, karena anak yang salih salihah adalah aset dunia akhirat, sebagaimana sabda Rasulullah,
” Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh yang berdoa kepadanya”. (Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad)
Wallahu a’lam bish shawab.
[ry/LM]