Kompleksitas Persoalan Guru dan Kualitas Siswa
Oleh : Mutiara Islam
Pegiat Pena Banua
Lensamedianews__ Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, sebuah momen penting untuk menghargai peran guru dalam membangun generasi penerus bangsa. Guru adalah sosok yang berjasa dalam memberikan ilmu, membentuk karakter, serta menciptakan masa depan yang cerah. Tak berlebihan jika mereka disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tahun ini merupakan peringatan Hari Guru Nasional menjadi perayaan yang memasuki peringatan ke-30 jika berdasarkan tahun penetapannya pada 1994 lalu. (liputan6.com, 22-11-2024)
Namun, meskipun memiliki peran krusial, profesi guru di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah kriminalisasi terhadap guru. Berbagai faktor menjadi penyebab, termasuk penerapan Undang-Undang Perlindungan Anak yang sering kali disalahartikan. Beberapa tindakan mendidik siswa dianggap sebagai kekerasan, sehingga guru rentan dipidana. Faktor lain yaitu adanya perbedaan pandangan antara orang tua, guru, masyarakat, serta negara. Masing-masing pihak memiliki sudut pandang yang berbeda terhadap pendidikan anak sehingga menimbulkan gesekan di antara mereka, termasuk langkah guru dalam mendidik siswanya. Pola komunikasi yang kurang baik antar guru dan siswa, sekolah juga orang tua. Orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya dan menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah seringkali menyalahkan sekolah apabila anaknya melakukan perbuatan yang buruk. Begitu pula pihak sekolah, tuntutan akademik dan akreditasi menjadikan pola ajar dan mengajar hanya difokuskan pada penilaian akademik semata dan kurang memprioritaskan aspek agama dan moral. Akibatnya, rasa hormat siswa pada guru dan orang tua makin luntur.
Di tingkat negara, perlindungan hukum bagi guru dinilai masih lemah. Meski terdapat berbagai peraturan, keberadaan mafia peradilan membuat proses hukum sulit berpihak pada guru. Guru tanpa kekuatan ekonomi atau jabatan cenderung kesulitan mencari keadilan, terutama ketika berhadapan dengan pihak yang lebih berkuasa.
Sistem pendidikan di Indonesia yang berada di bawah pengaruh sekularisme dan kapitalisme, juga berkontribusi pada kondisi ini. Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari, termasuk dunia pendidikan. Sistem sekuler menjadikan setiap individu jauh dari agama. Tidak sedikit dari para guru, siswa serta orang tua siswa yang kesehariannya jauh dari agama sehingga tidak ada kontrol diri dalam mengendalikan emosi. Kasus salah satu seorang guru, yang mengalami kebutaan akibat diketapel oleh orang tua siswa yang kesal karena anaknya dihukum. Inilah yang makin menyuburkan gesekan antara guru, siswa serta orang tua siswa.
Sistem sekuler melahirkan individu yang materialistis sehingga berdampak pula pada tujuan pendidikan. Banyak orang tua yang menyekolahkan anaknya dengan tujuan untuk mengubah nasib ekonomi keluarga. Dengan kata lain, pendidikan hanya disandarkan pada tercapainya materi. Tidak bisa dinafikan bahwa guru-guru hari ini dilahirkan dalam sistem pendidikan sekuler kapitalisme yang sama-sama berorientasi pada materi. Banyak guru yang mengajar hanya sebatas formalitas saja tanpa peduli nasib generasi. Ketika ada guru yang mencurahkan hidupnya untuk mengajar hingga dirinya tidak mempermasalahkan gaji rendah, malah dipandang sebelah mata dan mudah dipidanakan begitu saja.
Guru adalah profesi mulia yang seharusnya dijaga kehormatannya. ia adalah sang pemilik ilmu sekaligus yang memberikan ilmu kepada siswa. Banyak dalil yang menggambarkan keutamaan keutamaan beserta kedudukannya di sisi Allah dan Rasul-Nya. Siapa yang memahami agama, sejatinya akan menjaga adabnya terhadap guru. Ia akan memberikan perlakuan yang baik. Ia akan patuh terhadap nasihat guru sebab ia yakin semua itu juga merupakan kebaikan bagi dirinya.
Dalam Islam, seseorang akan menjadi guru yang berkualitas dan fokus memberikan pengajaran terbaik kepada para siswa. Sistem pendidikan Islam menawarkan solusi dengan menempatkan pendidikan sebagai tanggung jawab utama negara. Negara akan menetapkan kurikulum pendidikan yang berlandaskan akidah Islam. Mata pelajaran maupun cara penyampaian seluruhnya disusun tanpa menyimpang sedikitpun dari asas akidah. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya terfokus pada materi, tetapi juga membangun generasi yang beradab, berilmu, dan beriman.
Hari Guru Nasional seharusnya menjadi momen refleksi bersama untuk menghargai dan melindungi profesi guru. Perlu upaya kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan seluruh elemen pendidikan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi guru dalam menjalankan tugas mulianya.