Refleksi Hari Guru Dunia: Sudahkah Guru Sejahtera?
Oleh : Dinar Rizki Alfianisa
LENSA MEDIA NEWS–Hari Guru Sedunia (World Teacher’s Day) diperingati pada tanggal 5 Oktober setiap tahunnya. Peringatan ini diselenggarakan oleh organisasi pendidikan dunia yaitu UNESCO.
Peringatan Hari Guru Sedunia merupakan hari untuk merayakan bagaimana para guru mentransformasi pendidikan, merefleksikan dukungan yang mereka butuhkan untuk mengerahkan bakat dan panggilan mereka sepenuhnya, dan untuk memikirkan kembali jalan ke depan bagi profesi ini secara global.
Untuk tahun 2024 ini, UNESCO mengusung tema “Valuing teacher voices: Towards a new social contract for education” yang artinya “Menghargai suara guru: Menuju kontrak sosial baru untuk pendidikan”.
Tema tersebut menekankan pada peran penting seorang guru dalam membentuk masa depan pendidikan, serta menyerukan dan mendengarkan suara guru untuk mengatasi tantangan mereka (detikNews.com, 05-10-2024).
Nasib Guru Dalam Kapitalisme
Guru memiliki peran yang sangat penting bagi generasi terutama dalam bidang pendidikan. Mereka adalah orang yang memberikan pembinaan dan pengajaran bagi muridnya. Akhlak seorang murid sangat dipengaruhi oleh akhlak seorang guru dan apa yang disampaikannya. Hal ini menjadikan tugas guru sangatlah berat. Karena penting dan beratnya tugas guru maka sudah semestinya keadaan dan fasilitas mendukung perannya sebagai pendidik.
Namun fakta di negeri ini justru menunjukkan hal yang sangat miris. Guru dihadapkan dengan berbagai persoalan kehidupan. Banyak guru di negeri ini belum mendapatkan imbalan yang layak atas jasanya yang besar. Belum lagi persoalan lain seperti kurikulum yang membingungkan, kerusakan moral remaja, himpitan ekonomi dan tekanan hidup yang tinggi. Semua ini adalah buah dari sistem sekulerisme-kapitalisme yang diterapkan negeri ini.
Dalam sistem kapitalisme guru hanya dianggap sebagai faktor produksi dengan gaji yang belum menyejahterakan. Tak jarang pula kita melihat guru yang mendapatkan perlakuan tak sepatutnya seperti direndahkan dan diremehkan, tak ada penghormatan baginya.
Tata kehidupan sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan pun mengubah jati diri guru. Banyak dari mereka melakukan tindakan buruk pada siswanya seperti kekerasan fisik dan seksual bahkan hingga meregang nyawa muridnya.
Guru Dalam Sistem Islam
Islam adalah agama sekaligus sistem kehidupan. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk individu yang memiliki kepribadian Islam yaitu memiliki pola pikir dan pola sikap islami.
Dengan seperangkat aturannya, islam mampu menghasilkan guru berkualitas yang berkepribadian Islam, memiliki kemampuan dalam bidangnya serta mampu mendidik siswanya dengan baik.
Guru akan fokus dalam perannya mendidik generasi dengan segala fasilitas yang mendukung. Kesejahteraan guru akan sangat diperhatikan karena itu adalah salah satu bentuk memuliakannya. Seperti yang pernah terjadi dimasa Khalifah Umar bin Khattab, ketika seorang guru mendapatkan gaji 15 dinar atau sekitar 33 juta rupiah perbulan.
Dalam Islam, seorang calon guru harus memiliki kriteria yang tinggi karena tugasnya yang cukup berat yaitu pembentukan individu yang berkepribadian Islam. Negara menjamin kesejahteraannya agar kualitasnya terbaik yang diberikan kepada anak didiknya. Wallahualam bissawab. [ LM/ry].