Maulid Nabi Bukan Hanya Seremoni

Oleh : Zhiya Kelana, S.Kom

(Aktivis Muslimah Aceh)

 

Lensa Media News – 12 Rabiul Awal tepatnya hari ini diperingati oleh sebagian kaum muslimin untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad Saw setiap tahunnya. Semua bersuka cita, begitu pula di Aceh. Perayaan Maulid Nabi adalah hal yang sangat ditunggu dimana disetiap sudut mesjid dan Meunasah (Balai) di setiap kampung bahkan wilayah merayakannya selama tiga bulan.

Bahkan sebelum bulan maulid (Beuleun Maulod) datang mereka sudah bersiap diri dengan melakukan latihan Dikee (dzikir) disetiap balai kampung, dimana para anak muda, remaja dan ABG ikut serta dalam aktivitas tersebut. Mungkin tidak bisa dikatakan semua anak muda kecuali yang masih memiliki syu’ur Islamnya kuat.

Tradisi maulid Nabi di Aceh sudah ada sejak era Sultan Ali Mughayat Syah, pendiri Kerajaan Aceh. Dalam surat wasiat Sultan Ali Mughayat Syah yang diterbitkan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah atau 23 Juli 1507, disebutkan bahwa pelaksanaan maulid Nabi dapat menyambung tali silaturahmi antarkampung di Kerajaan Aceh Darussalam. Namun, tidak diketahui apakah tradisi maulid Nabi saat itu sama seperti kenduri maulid di Aceh saat ini.

Mengutip NU Online, ketua LPT PWNU Aceh, Tgk Muhammad Yasir, mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi selama tiga bulan dimulai ketika Kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

“Menurut Husaini Ibrahim, seorang sejarawan, meyakini perayaan tradisi Maulid tiga bulan sudah dilakukan sejak masa Kerajaan Aceh dipimpin Sultan Iskandar Muda. Pada waktu itu, kerajaan sangat makmur dan perkembangan Islam maju pesat. Ulama-ulama menganjurkan peringatan Maulid sampai tiga bulan sebagai wujud kecintaan pada Rasulullah dan bentuk syiar Islam,’’ terang Yasir seperti dikutip Kompas.com dari NU Online, Kamis (12/9/2024).(Kompas, 12-09-2024)

Perayaan Maulid harusnya menjadi sebuah ajang bagi kita untuk mengingat tentang perjuangan Rasulullah untuk membawa Islam ditengah gempuran Musryikin Mekkah saat itu. dengan cinta kasih dan sayangnya beliau juga kesabran dan teladannya lah yang hari ini kita bisa merasakan manisnya hidup dalam Islam yang penuh dengan ketenangan.

Dan perayaan ini juga harusnya menjadi ajang kita berfikir kembali untuk menegakkan khilafah. Dimana umat Islam akan bersatu dibawah naungan yang sama, dan tentu saja kita sangat butuh seorang pemimpin Islam saat ini. Yang akan menjadi role model pemimpin terbaik dengan syaksiyah yang terpancar dari akidah Islam.

Saat ini kita menyaksikan betapa hancurnya negeri ini dibawah sistem kapititalis yang semakin merajalela. Para penguasa yang tamak, serakah, rakus dan zalim kepada masyarakatnya. Kita dijepit dari sisi mana saja, bahkan dicekik secara tidak sadar dengan semua beban yang diberatkan pada pundak kita yang rapuh ini.

Tak ada lagi ketenangan hidup, tak ada lagi kebahagiaan dan kenyamanan yang menyertai. Apalah arti hidup ini jika tanpa mengenal Islam yang Kaffah. Dimana akan kita dapati lagi sosok pemimpin seperti Rasulullah atau para khulafur rasyidin yang sangat peduli pada umatnya.

Dalam sebuah hadist riwayat Ahmad bin Hambal dinyatakan :

Ketika aku berjalan menuju Madinah, seseorang berkata, ‘ketika Rasulullah saw berjalan,aku mendengar berliau bersabda ;

Aku adalah Muhammad, dan Aku adalah Ahmad dan aku Adalah Nabi (Penyebar) rahmat, dan aku adalah Nabi (Penyeru) taubat, dan yang menghimpun manusia (Hasyir) dan yang dimuliakan (Muqfa) dan aku alah Nabi (Penyeru) jihad”. Wallahu’alam

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis