Harga Air Galon Meroket, Ekonomi Rakyat Tergencet
Oleh : Ummu Haidar
LenSa Media News–Air dalam kemasan (AMDK) telah menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat Indonesia. Keputusan ini didorong oleh berbagai faktor yang mencakup kesehatan, kenyamanan, serta kualitas air yang lebih terjamin. Namun sayangnya, harga air minum dalam kemasan atau air galon yang terus meroket menjadi beban berat bagi keluarga kelas menengah.
Merek-merek premium seperti AQUA, Vit, dan Le Minerale yang selama ini menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia telah membuat kelompok ini masuk dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam (Suara.com, 30-08-2024).
Fenomena Bisnis Air Kemasan
Bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) semakin menggiurkan. Kebutuhan akan air minum yang terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk adalah sebagai penyebabnya. Perusahaan yang menggarap bisnis AMDK pun semakin banyak dan terus melakukan ekspansi untuk memperluas jaringan pasar produk-produknya.
Kebutuhan masyarakat akan air minum sangat tinggi tetapi ketersediaan air yang layak minum dalam arti berkualitas dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit ditemui. Apalagi ketika terjadi kekeringan di musim kemarau. Inilah yang menyebabkan masyarakat tidak bisa lagi lepas dari AMDK. Khususnya, air galon.
Kondisi ketergantungan ini yang berdampak pada penambahan pengeluaran rakyat dan menjadi salah satu faktor kelas menengah jatuh miskin. Mengingat tingginya permintaan akan selalu direspon oleh produsen dan penyedia air minum dalam kemasan dengan penawaran produk sesuai harga yang ia tetapkan. Tak ayal harga air minum kemasan khusus galon akan terus meroket karena besarnya permintaan. Sementara ekonomi rakyat tergencet, untuk terus bisa memenuhi kebutuhannya akan air minum kemasan.
Kapitalisme Meniscayakan Komersialisasi Air
Komersialisasi air sejatinya merupakan buah dari penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sistem ekonomi kapitalisme yang berorientasi pada pencapaian materi, telah meminimalisir peran negara dalam mengurus pemenuhan kebutuhan rakyat. Pemenuhan hajat hidup rakyat senantiasa dilihat dari kacamata bisnis yang harus menghasilkan keuntungan.
Wajar jika alih-alih berupaya mengoptimalkan penyediaan air bersih untuk rakyat secara mandiri, negara justru mengalihkan tanggungjawab penyediaan air bersih tersebut kepada pihak swasta dan asing agar dapat meraup keuntungan. Alhasil, rakyat harus merogoh kocek dalam-dalam untuk bisa memenuhi kebutuhannya.
Dilain sisi, penguasaan legal atas air bersih diatur dalam UU no.17 Tahun 2019 tentang sumber daya air. Peraturan yang memayungi privatisasi air tersebut nyatanya justru bertentangan dengan Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Hal yang menunjukkan bahwa negara di sistem ini hanya berperan sebagai pembuat kebijakan, tanpa kebutuhan merealisasikannya bagi kesejahteraan rakyat.
Islam Memenuhi kebutuhan Air Bersih
Islam menetapkan air sebagai kebutuhan primer. Tanggungjawab negara untuk memenuhinya. Maka air akan diberikan dengan harga murah bahkan gratis pada rakyat. Negara wajib mengatur dan mengawasi dengan seksama agar kualitas air yang tersedia layak memenuhi kebutuhan konsumsi manusia.
Khalifah mendorong adanya inovasi pengelolaan air agar layak dan aman dikonsumsi. Negara juga mengatur perusahaan penyedia air minum kemasan agar keberadaannya tidak membuat rakyat makin sulit mendapatkan haknya. Sebab air adalah milik umum. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Manusia berserikat dalam 3 hal yaitu air, api dan padang rumput” (HR. Abu Dawud dan Imam Ahmad).
Khilafah berperan menjaga kepemilikan umum yang merupakan harta umat. Tidak boleh ada celah yang memungkinkan pengambilalihan atasnya. Sanksi tegas dan menjerakan akan diberlakukan atas siapa saja yang berani mempersulit rakyat untuk mendapatkan haknya.
Jaminan atas pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan hajat hidup inilah yang tengah sangat dirindukan rakyat. Namun hanya akan terus menjadi ilusi, jika sistem kapitalis masih berkuasa dimuka bumi. Sudah saatnya kita singkirkan sistem yang rusak dan membawa kerusakan. Untuk beralih pada pada sistem Islam yang tercatat pada bentang sejarah panjang kehidupan manusia terbukti berhasil membawa umat manusia pada kesejahteraan dan kebahagiaan hakiki. Wallahu alam bissawwab. [ LM/ry].