Oleh. Irma Sari Rahayu

 

LenSa Media News–Dalamnya laut dapat diukur, dalamnya hati siapa yang tahu. Pernah mendengar peribahasa ini? Ya, tak ada yang mampu menduga apa yang ada di dalam hati seseorang, namun sedalam apapun laut manusia masih bisa memperkirakan jaraknya.

 

Laut adalah salah satu area yang dimiliki negeri ini dan juga disebutkan oleh Allah Swt. di dalam Al-Qur’an. Di dalamnya terkandung berbagai potensi yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh manusia, salah satunya adalah oksigen. Selama ini, kita menduga sumber oksigen di bumi hanya berasal dari hasil fotosintesis tumbuhan hijau. Namun ternyata, laut juga bisa menghasilkan sekitar 50% – 80% oksigen yang ada di bumi.

 

Mengenal Zona Permukaan Laut

 

Seperti hal nya daratan, laut memiliki permukaan yang tidak rata. Itulah sebabnya kedalaman laut pun berbeda-beda. Secara vertikal, ada empat zona kedalaman laut. Pertama, Zona Epipelagis. Zona ini adalah bagian laut yang dangkal dan masih terkena cahaya matahari. Zona ini memiliki kedalaman hingga 200 meter dan biasa kita temukan alga, plankton, dan ubur-ubur. Pada zona ini fitoplankton dapat berfotosintesis dan menghasilkan oksigen hingga 50% dari total oksigen di bumi. Itulah sebabnya ketersediaan ikan sangat nelimpah di zona ini.

 

Kedua, Zona Mesopelagis. Zona ini ada di bawah Epipelagis dengan kedalaman 200-1000 meter. Pada zona ini cahaya matahari sudah tidak bisa lagi masuk ke perairan. Itulah mengapa pada zona ini jarang ditemukan tumbuhan. Namun, beberapa spesies ikan masih bisa hidup di zona ini seperti hiu, paus, gurita, dan cumi-cumi.

 

Ketiga, Zona Bathial. Ia lebih dikenal dengan sebutan zona laut dalam. Kedalamannya bisa mencapai 4000 meter dan kondisinya sangat gelap. Pada zona ini ditemukan beberapa organisme yang memiliki cahaya sendiri . Keempat, zona abisal. Zona ini terletak jauh hingga ke dasar laut. Kondisinya gelap dengan suhu air yang sangat dingin dan jarang ditemukan kehidupan. Untuk mencapai kedua zona ini dibutuhkan kapal selam atau alat khusus karena memiliki tekanan air yang sangat kuat.

 

Dari Mana Oksigen di Laut Dalam Berasal?

 

Jika diamati, bagaimana mungkin spesies ikan masih dapat hidup di laut dalam? Dari mana oksigen yang menjadi sumber kehidupannya berasal? Bukankah di laut dalam sudah tak terjangkau sinar mata hari dan tak ada tumbuhan atau alga untuk berfoto sintesis?

 

Prof. Andrew Sweetman dari Scottish Association for Marine Science menerbitkan hasil penelitiannya di laut dalam yang diterbitkan dalam jurnal Nature Geoscience. Sweetman menemukan sumber “oksigen gelap” di laut dalam adalah berasal dari “nodul” logam alami yang memecah air laut (H2O) menjadi Hidrogen dan Oksigen. Menurut Sweetman, ia sudah melihat bintil-bintil batuan penghasil oksigen tersebut sejak tahun 2013. Namun ia mengabaikannya, dan baru diperhatikan tahun ini (bbc.com, 7-8-2024).

 

Para ilmuwan mengatakan, bintil-bintil logam bisa menghasilkan oksigen karena dia bekerja layaknya baterai. Prof. Sweetman menjelaskan, jika kita memasukkan baterai ke dalam air laut, maka baterai mulai mendesis. Artinya, arus listrik dari baterai sebenarnya memecah air laut menjadi oksigen dan hidrogen (berupa gelembung).

 

Keberlangsungan Kehidupan Laut VS Keserakahan Industri

 

Penemuan Nodul logam penghasil oksigen tak hanya membawa rasa takjub bagi para ilmuwan, tetapi juga muncul kekhawatiran. Hal ini diakibatkan karena Nodul tersebut mengandung logam seperti Litium, Kobalt, dan tembaga yang diperlukan untuk pembuatan baterai. Karena penemuan ini ada keinginan dari perusahaan pertambangan untuk mengeksploitasi, mengumpulkan, dan membawa Nodul-Nodul tersebut ke permukaan.

 

Ambisi para penambang ini tentu membuat khawatir peneliti. Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) telah memperingatkan bahwa penambangan bawah laut dapat mengakibatkan musnahnya kehidupan dan habitat dasar laut di wilayah penambangan. Petisi yang menyoroti risiko lingkungan dan penghentian penambangan, ditandatangani oleh lebih dari 800 ilmuwan kelautan dari 44 negara.

 

Sebuah hasil penelitian seyogianya digunakan untuk keberlangsungan hidup manusia. Namun tetap harus memperhatikan keseimbangan alam agar tidak rusak. Sistem kapitalisme acap kali melupakan hal ini. Demi keuntungan materi apapun dilakukan, tanpa memikirkan keseimbangan alam atau kerusakan yang ditimbulkannya.

 

Allah Swt. telah memperingatkan kerusakan alam yang disebabkan oleh tangan manusia melalui firman-Nya yang artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (TQS ar-Rum:41).

 

Penemuan batuan penghasil Oksigen di laut dalam, menunjukkan kekuasaan Allah Swt. dengan sifatnya yang Maha Rahman dan Rahim. Betapa kasih sayang Allah begitu besar kepada makhluk-Nya. Allah tetap jaga keberlangsungan kehidupan para penghuni laut dalam. Lalu, apakah kita masih saja berpaling dari ayat-ayat- Nya? Wallahua’lam. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis