Menyambut dan Mempersiapkan Iduladha

Oleh: Shafayasmin Salsabila 

 

LenSaMediaNews.com__Ahad pagi, pukul 09.00 WIB, karpet abu-abu kembali digelar. MT. Tanwirul Ummah mengadakan kajian rutin bulanan, kali ini bertajuk “Menyambut dan Mempersiapkan Iduladha,” di aula terbuka nan teduh bernuansa alam.

 

Puluhan muslimah hadir, sedia untuk menyimak untaian ilmu yang disampaikan oleh narasumber: Ustazah Uul Khuliyah Nahrawi. Kajian ini sengaja diselenggarakan setiap bulan, dalam rangka menginteraksikan pemikiran Islam ke tengah-tengah umat. Agar umat bisa bangkit bersama menuju hari-hari bahagia bersama Islam.

 

Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, Ustazah Uul memulai pembahasan seputar makna dari Iduladha itu sendiri. Bahwa, istilah ini berasal dari bahasa Arab. Di mana ‘idul’ artinya kembali, dan ‘adha’ adalah hewan ternak/sembelihan atau kurban. Sehingga jika digabung berarti kembali berkurban, atau hari raya kurban.

 

Materi inti dari penyampaian beliau, terkait dua hal, yakni: Pertama, pengondisian rasa. Umat muslim haruslah berbahagia dalam menyambut datangnya Iduladha. Kedua, mempersiapkan dengan ilmu, supaya tidak sebatas rutinitas ibadah tahunan, tapi sampai ke tataran maknawinya.

 

Persiapan dengan ilmu, di antaranya mengetahui dalil berkurban. Sehingga memahami bahwa menyembelih hewan kurban adalah sesuatu yang disyariatkan. Termaktub dalam QS. Al-Kautsar ayat 2, juga Al-Hajj ayat 34-35. 

 

Meskipun tidak sampai pada level wajib, namun umat didorong untuk melakukannya, dengan sepenuh pengupayaan. Karena di sinilah esensi dari Iduladha, yakni pengorbanan.

 

Bahkan ada celaan keras terhadap orang yang mampu, tapi tidak berkurban. Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. Bersabda, “barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah) 

 

Sebagai tambahan, ustazah menyampaikan makna syariat menyembelih hewan kurban ini bisa didapat dari meneladani kisah Ibrahim a.s. dan Ismail a.s, yakni pengorbanan. Kisahnya terabadikan dalam surat As-saffat: 102. Perintah untuk menyembelih anak kesayangan, bukanlah perintah yang mudah untuk dilakukan. Namun karena iman yang kuat kepada Allah, mereka siap mengorbankan segalanya jika Allah yang meminta.

 

“Ketaatan dan pengorbanan adalah dua hal yang berjalan bersama. Tidak dikatakan seorang itu taat, sebelum dia berkorban untuk siapa yang dia taati. Maka, jika kita beriman kepada Allah, maka ikuti aturan Allah, dan jika kita ingin ikuti aturan Allah maka kita harus siap berkorban.” Ustazah menuturkan dengan tegas.

 

Ustazah mengajak peserta berpikir tentang pentingnya memahami apa saja yang Allah perintahkan dan larang. Karena nanti setiap manusia akan ditanya dan dimintai tanggung jawab di akhirat. Di samping itu, akan menjamin hidup di dunia menjadi tenang dan bahagia. Sebab sejatinya, bahagia ataukah gelisah, tergantung pada keimaan dan apakah manusia menjalankan apa yang Penciptanya perintahkan.

 

Ustazah lalu mengingatkan bahwa Islam diturunkan sebagai solusi yang telah sempurna dan disempurnakan oleh Allah (QS. Al-Maidah: 3). Sempurnanya Islam terletak pada aturannya. Tak hanya mengatur soal ruhiyah atau ibadah ritual, tapi juga cara berkegiatan, berkehidupan, dan hubungan sosial.

 

Sebagai bahan evaluasi, kehidupan sempit saat ini menjadi akibat dari meninggalkan Islam sebagai solusi. Maraknya kasus korupsi, ragam pembunuhan, narkoba, serta kejahatan keji lainnya adalah buah dari diabaikannya hukum-hukum Allah. Meski demikian kepahitan ini masih belum seberapa bila mata diarahkan ke Palestina. Dunia menyaksikan genosida. Tubuh anak-anak dan perempuan bergelimpangan, banyak yang sudah tak utuh lagi akibat hujan bom. Sisanya terusir dari rumah-rumah mereka. Susah payah sampai di penampungan, tetap saja mereka digempur oleh zionis Israel.

Pahitnya, penguasa negeri-negeri muslim bergeming. Padahal mereka punya kemampuan secara militer untuk membela saudaranya. Ini adalah hasil rekayasa Barat, sehingga membuat negeri-negeri Islam memiliki sistem kehidupan seperti yang mereka inginkan. Tersekat oleh batas negara, berjalan masing-masing, dan sendiri-sendiri.

 

“Semuanya gara-gara meninggalkan Islam. Tidak ada pemimpin yang menyatukan kaum muslim. Tidak ada kekuatan Islam. Ibarat sapu lidi yang ikatannya putus, sehingga tercerai berai, dan lemah, mudah dipatahkan.” Ustazah menjelaskan dengan suara parau.

 

Beliau menjelaskan, bahwa setiap kesusahan yang dialami untuk meraih rida Allah, itulah yang dinamakan pengorbanan. Dan membela Islam merupakan perkara yang membutuhkan pengorbanan dengan segenap kemampuan, tapi tidak akan sempurna dilakukan hanya pada level individu. Bila Islam hendak ditegakkan bersama keseluruhan aturannya, tanpa terkecuali, maka butuh adanya penguasa. Karena kekuasaan adalah power untuk bisa menegakkan Islam kaffah. Ini adalah ranah negara. Hanya penguasa yang memiliki kemampuan.

 

Rasul di awal dakwah bukan sekadar untuk mengubah akhlak manusia dan mengajak ibadah. Karena jika demikian, cukuplah dengan hanya di Makkah saja. Karenanya, dahulu dakwah Rasul banyak ditolak, sebab Rasul ingin mengubah sistem kehidupan. Mengubah aturan seluruhnya dengan Islam.

 

Ustazah terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “pada masa Rasulullah saw., musim haji punya pengaruh besar. Para pembela Islam memanfaatkan momen tersebut untuk menyampaikan kepada orang yang berhaji untuk beriman kepada Allah dan masuk Islam. Rasul naik ke Bukit Mina menyampaikan Islam. Sampai akhirnya Allah datangkan pertolongan di musim haji pula. Pada tahun ke 12 kenabian, datang tokoh Aus dan khadraj dari Yastrib. Berawal dari sini, Islam akhirnya tegak di Yastrib (Madinah).”

“Rasulullah berusaha menegakkan negara, karena urusan manusia seluruhnya yang menentukan adalah negara. Kalau negaranya tunduk patuh kepada Allah, maka masyarakat akan aman di bawah ketaatan. Tapi kalau negaranya ingkar, menyepelekan aturan Allah, maka masyarakatnya pun akan ikut terbawa dalam kemaksiatan,” tutur Ustazah.

Closing statement dari ustazah: “Karenanya kita harus berdakwah dan menyerukan ketaatan, mengajak untuk menegakkan Islam dengan kesempurnaannya, karena Islam merupakan solusi kehidupan yang akan membawa pada ketenangan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup. Dan akan menjamin kebahagiaan di akhirat nanti.”

 

Acara pun ditutup dengan do’a. Sebelum beranjak pulang, ustazah, panitia, dan peserta kajian saling bersalam-salaman. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis