Anak Muda Susah Cari Kerja, Salah Siapa?
Oleh. Netty al Kayyisa
LenSa MediaNews__ Sudah menjadi rahasia umum gen Z hari ini susah mencari kerja. Mereka tak hanya kesulitan mencari kerja tetapi sudah pada level putus asa dari mendapatkan pekerjaan demi keberlangsungan hidupnya. Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) per Februari 2024, sebagaimana yang dilansir wartaekonomi.co.id menyatakan ada 3,6 juta gen Z menganggur. Artinya gen Z menyumbang 50,29 persen dari total pengangguran terbuka di Indonesia.
Menurut Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementrian Perencanaa Pembangunan Nasional PPN/Bappenas Maliki, dalam cncbindonesia.com menyatakan bahwa banyaknya anak muda menganggur salah satu faktornya adalah salah memilih sekolah dan jurusan. Menurutnya salah jurusan terkait dengan mata pelajaran yang dipilih anak muda ini tidak banyak dibutuhkan di dunia pekerjaan, sehinga tak masuk kriteria kebutuhan industri untuk memperkerjakan mereka.
Biaya pendidikan juga menjadi faktor berikutnya mengapa gen Z banyak yang menganggur. Untuk lulusan SMA yang tak memiliki dana, maka tidak bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga tidak memiliki keahlian. Begitu juga ketika ingin masuk dalam pelatihan-pelatihan kerja juga karena faktor tidak adanya biaya.
Kondisi ini terus berputar tak menemukan jalan. Seseorang yang tidak memiliki biaya, tidak mendapat pekerjaan, pada akhirnya tidak mungkin sejahtera kehidupannya. Seseorang memiliki kesempatan memperbaiki kehidupannya ketika memang sudah mendapatkan previlige sejak dilahirkan.
Ini kondisi yang biasa terjadi ketika negara berlepas tangan dalam pengurusan rakyatnya. Sistem pendidikan yang disusun juga mahalnya biaya pendidikan sesungguhnya membutuhkan peran negara dalam menyelesaikannya. Pendidikan yang mahal bisa diatasi jika negara peduli pada masa depan generasi. Negara akan menyediakan dana besar untuk membiayai pendidikan dari semua jenjang. Jika negara tak memiliki dana, negara masih bisa menggunakan harta milik umum yang berada pada kewenangannya untuk mengolahnya seperti tambang, perkebunan, kekayaan hutan, laut dan sebagainya. Sayangnya hari ini pengelolaan tambang justru diserahkan pada pihak swasta dan melupakan hak rakyatnya.
Dalam jenjang pendidikan tinggi negara juga harus menyediakan jurusan-jurusan yang dibutuhkan dalam kemaslahatan umat. Bidang teknologi memang perlu dikembangkan, tetapi lapangan kerja yang menyerap tenaga kerja nyata bukan mesin juga perlu dipertimbangkan misalnya peternakan, perkebunan, pertanian dan sebagainya, sebagai salah satu upaya menguatkan pangan dalam negeri. Sayangnya sekali lagi ini tidak dilakukan oleh negara. Negara yang terkenal dengan negara agraris tetapi minim dalam pengembanagn pertanian bahkan tak bisa berswasembada pangan.
Inilah yang sebenarnya terjadi, negara abai memperhatikan urusan rakyatnya. Negara yang menerapkan sistem kapitalisme dalam ekonomi tak akan memperhatikan pendidikan sebagaimana yang seharusnya. Yang ada pendidikan sebagai lahan jualan, mempertimbangkan untung rugi. Negara kapitalis juga akan menyerahkan nasib rakyatnya pada mekanisme pasar. Kalian bisa membeli maka silakan beli, jika tidak bisa membeli ya sudah nikmati apa yang kamu bisa dapatkan. Negara enggan mengurus masing-masing warganya karena menganggap itu sebagai beban. Negara kapitalis berdiri di depan rakyatanya bukan sebagai pengurus rakyat tetapi sebagai makelar saja.
Berbeda dengan negara Islam yang akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Kepemilikan umum jelas dan hanya akan digunakan untuk kemaslahatan umat. Dari kekayaan milik umat inilah negara bisa membiayai pendidikan dan menyediakan pendidikan tinggi yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam negeri. Dengan kekayaan milik umat inilah negara juga bisa mengembangkan teknologi sesuai dengan kebutuhan hari ini. Dengan sistem pendidikan yang dibangun berdasarkan akidah Islam, akan membentuk kepribadian tangguh, memahami tanggung jawab nafkah bagi laki-laki, memiliki inovasi tinggi, kreativitas, dan berintegritas terhadap negaranya. Kondisi ini hanya akan tecipta pada sistem Khilafah Islamiyah yang segera tegak. Wallahu’alam bishshawab