Kegagalan Kapitalisme Menjaga Akal dan Fitrah Manusia

Oleh: Asha Tridayana, S.T.

 

LenSaMediaNews.com__Maraknya kasus pembunuhan yang terjadi saat ini, mengisyaratkan nyawa manusia tidak lagi berharga. Pelaku dengan mudah menghilangkan nyawa bahkan di antara pelaku dan korban masih berhubungan darah atau keluarga. Seolah tidak memiliki hati nurani, hanya melampiaskan luapan emosi hingga hilang kendali, nyawa pun melayang begitu saja.

 

Seperti yang terjadi di Pesisir Barat, Lampung terdapat remaja berusia 19 tahun tega menghabisi ayah kandungnya yang sakit stroke. Lantaran sang ayah meminta bantuan untuk membopong ke kamar mandi. Namun, tersangka menolak dan terjadilah pertengkaran yang berujung kematian korban. Tersangka pun terancam hukuman 15 tahun penjara. Diungkapkan oleh IPDA Samuel Juan Millennio Kaur Bin Ops Satreskrim Polres Pesisir Barat (liputan6.com, 21-06-24).

 

Hal serupa juga terjadi di kawasan Duren Sawit, Jakarta Timur hingga viral di sosial media. Menurut Kapolres Jakarta Timur Kombes Nicolas Ary Lilipaly bahwa seorang pedagang tewas ditusuk oleh kedua putri kandungnya. Akibat dimarahi saat kedapatan mencuri uang ayahnya kemudian sakit hati. Ayahnya ditusuk dengan sebilah pisau. Padahal korban masih berusia 17 tahun (K) dan adiknya (P) 16 tahun. Kasus tersebut sedang ditangani oleh Resmob Polda Metro Jaya (liputan6.com, 23-06-24).

 

Sungguh tragis dan memilukan, orang tua yang telah mengasuh dan membesarkan sejak kecil mesti meregang nyawa di tangan anaknya sendiri. Hubungan keluarga yang semestinya menjadi pengikat untuk saling menjaga justru dengan mudah diabaikan hanya karena sakit hati. Hal ini terjadi karena pemikiran masyarakat sekarang, terlebih generasi muda telah terkontaminasi dengan pemikiran kufur. Pondasi aturan agama tidak lagi dijadikan standar untuk berpikir dan bertingkah laku. Hanya mengutamakan hawa nafsu hingga melegalkan segala cara termasuk menghilangkan nyawa.

 

Pemikiran kufur ini bersumber dari sistem yang tengah diterapkan oleh negara, yakni sistem sekularisme kapitalisme. Sistem yang telah bercokol lama dan menggerogoti setiap elemen kehidupan bahkan telah merusak dan merobohkan di tingkat keluarga. Padahal semestinya keluarga menjadi tempat pertama untuk mengokohkan keimanan. Namun, pandangan tersebut telah bergeser karena faktanya keluarga hanya sekadar tempat singgah. Sehingga hubungan antara anggota keluarga tidak terjalin dengan baik terlebih orang tua tidak memiliki peran dalam membentuk kepribadian anak.

 

Pengaruh sekulerisme di tengah masyarakat telah melahirkan manusia yang lemah iman dan tidak mampu mengontrol emosi. Mereka menjadi pribadi yang rapuh dalam menghadapi berbagai persoalan hidup, sekalipun masalah sepele. Ditambah lagi, jiwanya kosong tanpa kesadaran akan hubungannya dengan Allah SWT, maka dengan mudah menempuh jalan pintas sebagai pelampiasan tanpa memikirkan dampaknya. Hingga orang tua sendiri dibunuh tanpa belas kasihan.

 

Sementara kapitalisme menjadikan manusia hanya berorientasi pada materi sehingga abai dengan kewajiban untuk birrul walidain atau berbakti kepada orang tua di segala kesempatan terlebih saat orang tua sakit. Kapitalisme juga telah menghilangkan akal sehat manusia karena hidup mereka hanya untuk materi. Segala sesuatu diukur dengan pencapaian materi.

 

Tidak hanya merusak keluarga, sekulerisme dan kapitalisme juga mengacaukan sistem pendidikan. Sehingga lahirlah generasi yang rusak dan merusak, tidak dapat memahami birrul walidain yang sesuai syariat Islam. Realita yang ada telah menunjukkan kegagalan penerapan kapitalisme di kehidupan. Yakni gagal memanusiakan manusia, karena manusia menjadi budak materi. Selain itu, tidak terpeliharanya fitrah dan akal manusia sebagaimana mestinya. Akhirnya manusia pun semakin jauh dari tujuan penciptaannya sebagai hamba dan khalifah pembawa rahmat bagi alam semesta. Oleh karena itu, sudah semestinya sistem sekulerisme kapitalisme digantikan dengan sistem shohih, tidak lain sistem Islam yang bersumber dari Allah SWT.

 

Islam melalui keluarga dan berbagai jenjang pendidikan akan menerapkan sistem pendidikan Islam sehingga dapat mendidik generasi menjadi. generasi yang berkepribadian Islam baik pola pikir maupun tingkah lakunya. Termasuk dalam berbakti dan hormat kepada orang tua serta mampu mengendalikan emosi. Dengan kata lain akan berpikir sebelum bertindak dan bertindak dengan tujuan yang sesuai syariat Islam.

 

Kondisi tersebut hanya dapat terwujud ketika Islam diterapkan secara menyeluruh di segala aspek kehidupan oleh negara. Sehingga mekanisme yang dimiliki Islam dapat bersinergi menjauhkan generasi dari kemaksiatan dan tindak kriminal. Kemudian negara juga menegakkan sistem sanksi yang mampu menjerakan dan dapat mencegah semua bentuk kejahatan termasuk kekerasan anak pada orang tua. Allah swt berfirman, “apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al-Maidah: 50)

Wallahu a’lam bishowab. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis