Palestina Tak Butuh Pasukan Perdamaian
Oleh: Rut Sri Wahyuningsih
Institut Literasi dan Peradaban
LenSa Media News–Netizen beradu jari di media sosial terkait pernyataan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto bahwa masyarakat sipil berpeluang bergabung dengan pasukan perdamaian untuk membantu warga Palestina di Gaza. Kemenlu yang akan mengatur begitu katanya (Indozone.id, 15/6/2024).
Batalyon Zeni, salah satu satuan pasukan perdamaian yang dikirim akan bertugas membangun berbagai fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, rumah tinggal, tempat ibadah hingga tempat rehabilitasi. Nantinya akan diisi oleh para tenaga ahli di bidangnya untuk melayani warga Palestina.
Agus pun mencontohkan tempat rehabilitasi yang membutuhkan tenaga ahli di bidang pengobatan trauma atau trauma healing untuk para korban perang.
Bertambah riuhlah komentar warga net ketika Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) tidak menjelaskan secara rinci prosedur yang harus dilakukan masyarakat sipil agar bisa bergabung dengan pasukan perdamaian itu dan berangkat ke Gaza.
TNI juga telah menyiapkan bantuan lanjutan untuk dikirimkan ke Gaza berupa KRI yang akan menjadi rumah sakit apung, alutsista tambahan hingga bantuan logistik. Ada 1.394 personel pasukan perdamaian yang akan dipersiapkan. Satu yang dipastikan, bantuan tersebut akan dikirimkan jika gencatan senjata telah terjadi di Gaza dan pihak TNI mendapatkan mandat dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Gagal Paham Akar Persoalan Palestina
Warga net ada yang meminta lima anak SMP yang viral video “ makan darah dan tulang anak Palestina” untuk dikirim lebih dulu ke Gaza, ada yang meminta Abu Janda juga dikirim lebih dulu karena menganggap respon masyarakat terhadap tingkah remaja SMP di atas sebagai tindakan eksploitasi anak.
Ada yang meminta ormas yang suka demo, yang minta izin usaha tambang, untuk berangkat ke Gaza dan lainnya. Semua menunjukkan adanya gagal paham terkait akar persoalan Palestina terutama Gaza. Bahkan ada yang menganggap tak penting, sebab negeri sendiri saja susah masih sok mikir Palestina.
Fakta tak tertutupi, ini bukan lagi masalah pendudukan tapi genosida atas nama agama. Islam. Israel sangat tamak menghendaki menguasai tanah Palestina dan mengusir penduduknya agar dapat memenuhi ramalan para tetua agama mereka terkait penguasaan dunia.
Ketamakan berkembang menjadi arogansi, hingga Inggris dan Amerika yang membidani kelahiran Israel menjadi “negara” tak lagi dipatuhi, Israel bergerak tanpa batas, menabrak rambu apapun termasuk PBB sebagai polisi dunia. Padahal Israel wilayahnya kecil, itu pun dari hasil okupasi penduduk asli Palestina. Israel tak sebesar ini jika bukan tanpa dukungan dari negara-negara kapitalis.
Maka, menempatkan pasukan perdamaian, bantuan logistik, kesehatan, bahan makanan dan orang-orang yang memiliki keahlian untuk membantu di Gaza sebenarnya bukanlah solusi hakiki. Perang yang diserukan Israel tak mungkin berhenti begitu saja. Sebab perang ini tak sekadar mengangkat citra Israel sebagai negara kuat tapi juga juga ladang mata pencaharian negara-negara kapitalis memasarkan senjata dan amunisi mereka.
Mudahnya negeri- negeri muslim mengikuti arahan asing semata karena mereka telah tergadai, dengan melepaskan kekuatan mereka hingga titik nol. Tak berdaya ketika Islam direndahkan dinistakan, pemeluknya diracuni, sumber daya alamnya dieksploitasi. Hingga tak ada sisa untuk rakyat.
Terlebih lagi meski Indonesia adalah negeri muslim terbesar, namun perasaan dan pemikiran Islamnya sangatlah rendah. Hingga yang muncul bukan empati dengan penderitaan saudara di sana. Bahkan tak menjadikan Palestina sebagai fokus aktifitas.
Palestina Butuh Pasukan Perang Kaum Muslim
Yang dibutuhkan Palestina adalah persatuan kaum muslim sedunia. Sebab Israel tegak di atas idiologi kapitalisme yang sekuler, yang hanya akan hancur apple to apple jika ada negara juga yang sama besar dengan negara pendukung Israel yaitu Daulah Khilafah.
Hanya butuh satu komando pemimpin yaitu khilafah yang berhak menyerukan jihad fi Sabilillah. Tanpa itu Palestina tetap akan dikepung oleh negara bangsa buatan ala kafir. Adakah pemimpin yang hanya menyerukan kepada syariat dan bersedia dipimpin syariat guna mewujudkan dunia tanpa genosida dan penjajahan?
Indonesia sendiri memiliki potensi luar biasa untuk menjadi negara adidaya, terlebih memiliki kekayaan alam melimpah dan sumber daya manusia yang banyak. Sayang dikuasai kafir yang menanamkan nation state sebagai satu-satunya kebanggaan, padahal Allah melarang itu.
Allah Swt berfirman yang artinya, “Penuhilah seruan Allah Taala, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah.” (TQS Ash-Shaf: 14). Maka inilah sekarang yang semestinya kita perjuangkan, semoga Allah memberikan kekuatan. Wallahualam bissawab. [LM/ry].