Potret Buram Pendidikan, Buah Penerapan Sistem Kapitalis
Oleh : Elly Waluyo
(Anggota Aliansi Penulis Rindu Islam)
LenSa Media News _ Penerapan pendidikan berbasis sistem kapitalisme tak akan mampu melahirkan generasi yang dapat menyelesaikan permasalahan dalam dirinya maupun disekitarnya. Sistem kapitalisme hanya berkutat pada materi dan menyisihkan agama oleh karenanya bukanlah fakta yang mengejutkan apabila sampai dengan hari ini, pendidikan justru menghasilkan generasi yang masih bingung akan jati dirinya, berkepribadian buruk, dan terjajah oleh kebudayaan barat yang rusak.
Dalam menyongsong Hardiknas, Direktoral Jenderal Kebudayaan melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media bergandengan dengan Titimangsa dan SMKN 2 Kasihan (SMM Yogyakarta) menggelar konser musikal di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta pada 25 April 2024. Konser dengan tajuk “Memeluk Mimpi-mimpi : Merdeka Belajar, Merdeka Mencintai.” Konser ini digadang-gadang sebagai ajang mengekspresikan karya melalui metode pembelajaran yang menyenangkan namun relevan dalam implementasi program Merdeka Belajar yang mendapatkan sambutan dan dukungan secara tertulis dari Nadiem Makarim, selaku Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (https://www.liputan6.com : 26 April 2024).
Namun gegap gempita konser tersebut tak selaras dengan terhambatnya Kurikulum Merdeka dalam pengesahannya menjadi Kurikulum Nasional (Kurnas). Menurut Barisan Pengkaji Pendidikan (Bajik), Melalui Direktur Eksekutifnya Dhita Puti Sarasvati menyatakan bahwa Kurikulum Merdeka masih memerlukan evaluasi total dan menyeluruh sehingga tak layak menjadi Kurnas karena belum mengakomodir kerangka kurikulum yang merupakan hal paling esensial dalam Kurikulum Nasional (https://detik.com/edu/sekolah : 26 Februari 2024).
Pada kenyataannya, saat ini kasus bullying pada dunia pendidikan semakin marak. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun berganti-ganti kurikulum selama menggunakan landasan kapitalisme yang mengusung paham kebebasan, mustahil generasi berkepribadian mulia akan tercipta. Dikatakan demikian, karena induk dari sistem kapitalisme adalah sekularisme yang memiliki paham memisahkan agama dari kehidupan, sehingga wajar jika kurikulum yang diterapkan mengarahkan peserta didik pada kompetensi atau daya saing pada sesuatu yang bersifat materi dan melalaikan aspek agama karena memang tolak ukur kesuksesan dalam sistem kapitalis adalah materi. Menjadi suatu keniscayaan pula bahwa segala kebijakan dalam sistem kapitalisme akan terus berdampingan dengan perhitungan untung rugi yang diboncengi oleh kepentingan para kapital. Tak ada satupun aspek kehidupan dalam sistem kapitalis yang luput dari ajang bisnis para kapital. Negara hanya memposisikan dirinya sebagai regulator kebijakan sesuai pesanan, sedangkan mengenai dampak yang ditimbulkan oleh kebijakan tersebut diabaikan. Fakta menunjukkan bahwa generasi saat ini mengalami kerusakan adab, kepribadian buruk, dan suka mengekor kebiasaan barat yang liberalis yang merusak.
Berbeda halnya dengan negara yang menerapkan sistem Islam. Pendidikan diposisikan sebagai aspek yang strategis karena penentu generasi di masa yang akan datang. Kurikulum pendidikan dalam sistem Islam berbasis akidah yang ditanamkan sejak dini dalam berbagai sektor, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Penanaman akidah tersebut akan melahirkan generasi yang selalu terikat dengan syariat di setiap sikap dan perilakunya. Kesadaran yang tinggi pada setiap individu bahwa segala perbuatannya akan dimintai pertanggungjawaban diakhirat kelak disertai dengan hukum yang bersifat jawabir dan jawazir mampu membentengi individu-individunya, menciptakan lingkungan masyarakat yang penuh keimanan dan ketakwaan, mencegah dari setiap perbuatan keji dan munkar, saling ta’awun, beramar ma’ruf nahi munkar, melindungi dan mengontrol kehidupan sosial. Pendidikan life skill, kemandirian dan berdakwah dalam kurikulum pendidikan membantu generasi dalam menghadapi dan memecahkan setiap masalah yang dihadapi. Demikianlah jika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh oleh institusi negara.
Waallahu alam bisawab
(LM/SN)