Menyoal KLB Hepatitis A
Oleh: Henyk Widaryanti
(Pemerhati Lingkungan)
LensaMediaNews- Kejadian Luar Biasa (KLB) menimpa warga Pacitan (Jawa Timur). Virus Hepatitis A menyebar di beberapa wilayah Pacitan. Korban bejatuhan, hingga mencapai 1000 orang. Diprediksi wabah ini menular dari air minum yang bersumber dari Sungai Desa Sukorejo Kecamatan Sudimoro. Dilansir oleh Kompas.com (3/7/19), Gubernur Jawa Timur, Khofifah menyampaikan bahwa hal ini terjadi akibat dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang masih kurang.
Sebagaimana kita ketahui, penyebaran virus ini bisa disebabkan karena makanan atau minuman yang dikonsumsi, atau interaksi langsung dengan penderita. Bisa melalui air yang dikonsumsi ternyata terpapar virus hepatitis A. Terpaparnya sumber air, dikarenakan ada seseorang yang terkontaminasi virus membuang hajat di sumber air tersebut. Hal ini diperkuat oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan, warga Kecamatan Sudimoro sangat bergantung terhadap sumber air dari aliran sungai Sukorejo tersebut.
Padahal, air tersebut nampak kotor. Limbah rumah tangga, orang buang hajat, hingga hewan pun mandi di sungai tersebut. Karena masalah kekeringan dan pasokan air yang minim maka warga tetap mengambil air dari sungai tersebut.
Pola Hidup yang Tidak Pas
Kebersihan adalah sebagian dari iman. Menjaga kebersihan mencerminkan keimanan seseorang. Gaya hidup yang tidak pas, memperlihatkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kebersihan. Masalah buang hajat misalnya, Rasulullah Saw bersabda :
“Hindarilah 3 hal yang dilaknat. Para sahabat bertanya ,”Apakah hal-hal yang dilaknat itu ya Rasulallah?”.”Seseorang darimu duduk di bawah tempat teduh,di jalan,atau di air jernih.“ (HR.Ahmad)
Duduk di sini dimaksudkan adalah buang hajat. Rosullullah melarang buang hajat sembarangan. Gaya hidup yang lain ketika mengkonsumsi makanan. Sering dijumpai, saat kekurangan air masyarakat memasak dengan air seadanya. Walaupun kondisi air sangat kotor. Hal ini karena tidak ada pilihan lain. Bahkan sering makan dengan tidak mencuci tangan.
Keterbatasan Biaya
Sudah menjadi rahasia umum, penduduk miskin di Pacitan masih lumayan tinggi. Meskipun Prosentase Penduduk Miskin (P0) berkurang dari tahun 2017 ke tahun 2018. Dari 15,42% ke 14,19%. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat pacitan (terutama yang hidup dikawasan rawan kekeringan) kesulitan mendapatkan air bersih. Baik secara sumber air maupun untuk membeli air bersih. Hasilnya, mereka menggunakan air resapan sungai Sukorejo untuk mendapatkan air.
Mengembalikan Gaya Hidup Sehat dan Bersih
Virus hepatitis A tidak akan menyerang jika masyarakat menerapkan pola hidup sehat dan bersih. Peredam penularannya pun dengan memutus rantai sumber penularan. Dalam hal ini diprediksi dari sumber air yang dipakai. Badan kesehatan, di bawah asuhan pemerintah hendaknya memberikan penyuluhan mengenai gaya hidup sehat dan bersih. Tidak hanya itu, penanaman konsep kebersihan adalah sebagian dari iman perlu diperkuat. Mengenalkan bagamana cara thoharah yang benar. Hingga mengkonsumsi makanan yang halal dan toyyib.
Tidak cukup di situ. Gaya hidup sehat dan bersih didukung oleh perekonomian yang baik pula. Cara mengurangi tingkat kemiskinan salah satunya dengan menyediakan lapangan kerja layak bagi para kepala rumah tangga. Selain itu, pendidikan yang terbaik diberikan agar masyarakat miskin memahami bagaimana mengatur hidupnya.
Jika kemarau panjang terjadi, kelangkaan air semakin parah maka sudah menjadi kewajiban negara memberikan pelayanan terbaik. Mulai dari menyediakan fasilitas air bersih gratis atau murah, bahan pangan, hingga bantuan benih tanaman yang cocok di daerah itu. Agar masyarakat tetap mampu bertahan di kondisi yang sempit sekalipun. Masalah ini tidak bisa terselesaikan oleh pemerintah setempat. Butuh uluran tangan wilayah lainnya. Maka, peran negara sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah ini.
Dalam Islam, pemimpin adalah pelayan umat. Wajib memenuhi segala yang diperlukan rakyat. Apalagi untuk sesuatu yang ketiadaannya dapat menimbulkan mudharat, maka negara wajib menyediakannya segera. Namun, pelayan seperti ini hanya bisa terlaksana jika negara melayani umat tanpa ada unsur hitung-hitungan, tapi semata dorongan iman. Dengannya negara senantiasa akan memenuhi semua kebutuhan rakyat untuk meraih kebaikan di dunia bahkan akhirat. Dan itu hanya akan didapati saat negara mengadopsi sistem pemerintahan Islam. Khilafah ala min haj nubuwwah.
Nabi SAW bersabda: “Setiap dari kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab untuk orang-orang yang dipimpin. Jadi, penguasa adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya.” [Bukhari & Muslim]
Wallahu a’lam bishowab.
[LS/Ry]