Genosida Palestina Picu Islamophobia?
Oleh: Kiki Zaskia, S. Pd (Pegiat Literasi)
LenSa Media News _ Kondisi muslim Palestina saat ini sungguh memprihatinkan. Dilansir Kompas.tv, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan jumlah warga Palestina yang tewas dibunuh Israel mencapai 30.035, dengan 70.457 lainnya terluka. Sekitar dua pertiganya Perempuan dan anak-anak, seperti laporan Associated Press, Kamis (29/2/2024).
Serangan Zionis sudah lebih dari 140 hari yang ternyata menimbulkan fenomena Islamophobia di Inggris dan negara eropa lainnya. Dalam sebuah laporan kelompok pemantau di Inggris Tell Mama menyebutkan bahwa terdapat 2.010 kasus Islamophobia. Bahkan kebencian anti-Muslim di Inggris meningkat lebih dari tiga kali lipat.
Insiden kebencian tersebut bukan hanya terjadi secara cyberspace namun secara nyata di ibu kota Inggris, London. Insiden tersebut mencakup perilaku kasar, ancaman, penyerangan, vandalisme, diskriminasi, ujaran kebencian, dan literatur anti-Muslim. Perempuan mendapatkan perlakuan tersebut hingga diperkirakan sekitar 65% muslimah mengalaminya.
Meninggalkan Inggris. Di Swedia, sebuah masjid bernama masjid Stockholm yang terletak di distrik Sodermalm, terus menjadi sasaran serangan Islamofobia dengan ancaman graffiti. Di dinding masjid tertulis tanda swastika dan pesan mengancam yang menyatakan “bunuh Muslim”.
Kebencian orang-orang kafir dan musuh-musuh Islam terhadap semua ajaran Islam termasuk simbol-simbolnya (baca:Islamophobia). Kini, Islamophobia terus diaruskan saat umat Islam mengalami kezaliman yang nyata oleh Zionis. Bayangkan saja perang yang bergulir sangat tak adil sebab tentara Zionis justru melancarkan serangannya pada masyarakat sipil.
Dunia Internasional yang membisu. Di sinilah sangat tampak kelemahan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menekan kejahatan dan menjaga umat manusia. Kini, Islam dan Muslim dianggap sebagai komunitas yang ditakuti bagi sejumlah orang di Eropa. Hal ini juga tak terlepas dari apa yang terjadi pada kasus 9/11 atau diledakkannya Gedung WTC.
Pasalnya, pasca kejadian tersebut, Amerika secara terbuka mengkampanyekan perang melawan terror (terorisme). Kemudian, menunjuk pelaku peledakan adalah kelompok Osama Bin Laden. Kemudian, diberikan narasi sebagai kelompok Islam radikal. Kelompok Islam radikal yang dimaksud ini adalah kelompok yang mempunyai visi dan misi untuk mengancam segala kepentingan barat di mana pun.
Akibatnya, Islamophobia teraruskan di Barat. Isu ini semakin tersruktur, sistematis dan massif (TSM) dengan melimpahnya pemberitaan media. Media mainstream ini sengaja didesain oleh kafir barat untuk menumbuh-suburkan Islamofobia. Hal ini secara TSM dengan istilah radikalisme, terorisme bahkan ekstremisme.
Apabila disadari sesungguhnya, racun narasi Islamofobia termasuk bagian dari konsekuensi logis dari berlangsungnya perang ideologi antara Islam dan kapitalisme. Sebab, kapitalisme menganggap bahwa ajaran Islam dan muslim sebagai ancaman eksistensi mereka. Sehingga, pada kenyataanya fobia terhadap Islam adalah bagian dari ketakutan invisible hand ketika Islam bangkit.
Padahal, telah amat nyata pasukan tentara IDF Israel telah melakukan genosida. Menghujani dengan bom fosfor pada rakyat sipil hingga memblokade jalur logistik untuk kebutuhan hidup warga sipil Palestina. Kini, perempuan dan anak-anak korban paling banyak yang mendominasi. Menyerang secara membabi buta. Miris.
Amat aneh jika dunia justru berpihak pada perilaku di luar nalar kemanusiaan. Bahkan, tentara IDF Israel sendiri tak menyanggupi untuk terlibat dalam genosida desain kaum kafir di antara mereka ada yang sampai gila bahkan bunuh diri dengan membakar dirinya sendiri dan berkata ia tidak akan mau lagi membunuh orang-orang Palestina. Tidakkah seharusnya yang menjadi ketakutan terbesar dunia kini adalah Zionis Israel (Zionis Fobia)?
Pada kenyataannya Islamofobia hanyalah bualan. Segala bentuk diskriminasi pada Islam dan muslim adalah bentuk kesombongan mereka pada syari’at Allah SWT. Bukan sebab, ajaran Islam yang seolah memancing segala permusuhan atau penindasan. Justru keserakahan lingkaran oligarki pada ideologi Kapitalisme yang menggunakan segala cara licik untuk meracuni kebangkitan umat manusia untuk membedakan perkara hak dan yang batil yang kita saksikan dengan mata kita.
Di sisi lain, alih-alih menepis desain barat yang kotor tersebut, justru rezim di negeri-negeri muslim cenderung mengamini bahkan mendukung. Maka tanpa bisa dielakkan kebencian dan anti simpatik pada Islam dan muslim semakin menyebar luas ke berbagai negara. Tak terkecuali di Indonesia.
Sewajarnya kondisi inilah yang seharusnya menjadi titik balik kaum muslim untuk menyadari persatuan kaum muslim seluruh dunia itu sangat penting. Bukannya berjuang sendiri-sendiri. Namun, menanggalkan ikatan nasionalisme yang membelenggu mereka. Selain itu, ikatan nasionalisme justru melanggengkan penjajahan gaya baru (neo-kolonialisme) di negeri-negeri kaum muslim. Maka memperjuangan kaum muslim dalam naungan Islam adalah jalan untuk mengembalikan kehidupan Islam.
Wallahu ‘alam Bisshawab.
(LM/SN)