Gaza tidak Lemah, Gaza Dijajah!
Oleh: Ummu Zhafran
LenSa Media News _ Siapa menduga debat Capres lalu memantik kegaduhan. Benar bahwa negara dikatakan kuat tentu didukung oleh pertahanan militer yang kuat. Itu fakta yang sulit terbantahkan. Tetapi menyebut Gaza lemah karena tidak memiliki hal tersebut, sungguh tak tepat. Wajar bila publik yang mayoritasnya umat muslim meradang di berbagai platform sosial media. Semua kompak mengomentari pernyataan salah satu Capres dengan kata blunder karena gagal paham sejarah.
Baiknya kita telaah kembali, Gaza bagian dari tanah Palestina. Keseluruhannya adalah tanah milik umat Islam sejak dibebaskan oleh pasukan muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab ra. Kondisinya tetap demikian dari masa ke masa Kekhilafahan Islam. Sampai akhirnya pada periode kekhalifahan Utsmaniyah (Ottoman) tahun 1867-1909, Zionis Yahudi mengirim utusannya untuk membujuk Khalifah saat itu agar mau menyerahkan sepetak wilayah Palestina kepada Zionis, atau setidaknya mengizinkan migrasi bangsa Yahudi ke wilayah tersebut. Namun simak apa yang dikatakan Sultan Abdul Hamid II,
“Aku tidak akan melepaskan walaupun segenggam tanah ini (Palestina),
karena ia bukan milikku. Tanah itu adalah hak umat Islam. Umat Islam telah berjihad demi kepentingan tanah ini dan mereka telah menyiraminya dengan darah mereka.
Zionis silakan menyimpan harta mereka. Jika Daulah Khilafah Utsmaniyah dimusnahkan pada suatu hari, maka mereka boleh mengambil Palestina tanpa membayar harganya. Akan tetapi, sementara aku masih hidup, aku lebih rela menusukkan pedang ke tubuhku daripada melihat Tanah Palestina dikhianati dan dipisahkan dari Daulah Islamiyah. Perpisahan adalah sesuatu yang tidak akan terjadi. Aku tidak akan memulai pemisahan tubuh kami selagi kami masih hidup.”
(Khalifah Abdul Hamid II, 1902)
Malangnya Utsmaniyah kemudian runtuh. Lalu terjadi Deklarasi Balfour, 2 November 1917 Inggris kemudian dengan arogan menyatakan sejengkal tanah Palestina adalah milik bangsa Israel. Selanjutnya, 29 November 1947, PBB mengumumkan persetujuan berdirinya negara Israel yang diamini oleh AS, dengan wilayah Israel meliputi 55% tanah Palestina.
Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion kemudian mulai melakukan pengusiran dan pembunuhan terhadap kaum Muslim Palestina. Hingga kini, Israel dengan brutal telah menginvasi hingga menguasai lebih dari 90% wilayah Palestina (republika.co.id, 4/8/2014).
Sampai di sini jelas, Zionis Israel telah dengan sistematis menduduki dan menjajah Palestina dengan dukungan negara-negara besar di dunia Barat. Amerika dan Inggris serta negeri-negeri Eropa lainnya. Kalau dengan itu, zionis dianggap lebih kuat dibandingkan Gaza, alangkah naifnya. Sama halnya jika dalam posisi dijajah Gaza dinilai lemah, betapa ironisnya. Mengutip perkataan KH Hafidz Abdurrahman, Mudir Ma’had Syaraful Haramain di akun X-nya, justru yang lemah itu adalah penguasa dan negara yang memiliki kekuatan militer namun diam saja menyaksikan kebrutalan sepak terjang entitas Zionis di Israel.
Lepas dari riuh rendah resonansi politik pasca debat lalu, penting untuk selalu mengingat pesan Imam Al Ghazali terkait kondisi umat saat ini. Bahwa akidah dan kekuasaan bagaikan dua saudara kembar. Akidah Islam adalah fondasi (asas) dan kekuasaan sebagai penjaganya. Segala sesuatu yang tak memiliki fondasi niscaya akan roboh, dan segala sesuatu yang tidak memiliki penjaga niscaya bakal hilang atau musnah.
Jujur, umat muslim di Gaza telah membuktikan sumber kekuatan sejati ialah kokohnya keimanan yang bersarang di dada-dada mereka. Tinggal satu hal lagi yang dengan tegaknya, bakal mampu menjaga, melindungi dan mengusir penjajah bagaikan perisai, yaitu kekuasaan yang menerapkan syariah Islam secara kaffah. Sebagaimana kekuasaan yang diwariskan Rasulullah saw. ke para sahabat khulafaurrasyidin dilanjutkan oleh Khalifah-khalifah setelahnya. Salah satunya Sultan Abdul Hamid II di atas.
Rasulullah saw. bersabda,“Sesungguhnya seorang Imam itu bagaikan junnah atau perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Terhadap hadits ini, Al ‘Allamah Imam Nawawi menjelaskan, “Imam atau Khalifah itu ibarat tameng. Karena dia mencegah musuh menyerang dan menyakiti kaum Muslim. Melindungi keutuhan Islam, disegani oleh masyarakat, dan mereka pun takut terhadap kekuatannya.” (Raudhatu at-Thâlibîn, Juz X/49).
Sudah saatnya umat bersinergi menghadirkan perisai yang dengannya umat muslim di Gaza bahkan di seluruh penjuru bumi tak akan mudah diserang, ditindas bahkan dipandang lemah oleh dunia.
Wallaahua’lam.
(LM/SN)