Dibalik Kelangkaan LPG Bersubsidi

Lensa Media News-Salah satu permasalahan rakyat yang cukup meresahkan saat ini adalah terkait kelangkaan LPG bersubsidi 3 kg di beberapa daerah. Di Magetan, Jawa Timur, masyarakat terpaksa menggunakan kayu bakar untuk memasak (Detik Jatim). Di Medan, Sumatera Utara, semua pangkalan dan pengecer mengalami kekosongan stok. Akibatnya warga tidak memasak dan hanya membeli nasi bungkus (CNN Indonesia). Sementara di Lampung Utara, harga LPG 3 kg melonjak dari kisaran Rp20 ribu kini mencapai Rp30 ribu per tabung (Radar Lampung).

 

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati mengungkapkan penyebab kelangkaan LPG 3 kg karena adanya peningkatan konsumsi di masyarakat dan terjadi salah sasaran dalam penyalurannya. Sebanyak 60 juta rumah tangga atau sekitar 68 persen yang berhak mendapat subsidi namun penjualan LPG 3 kg mencapai 96 persen. Pemerintah pun mengeluhkan jebolnya kuota elpiji bersubsidi tersebut. Diprediksi penyerapannya melebihi 2,7 persen kuota yang ditetapkan APBN. Di tengah kelangkaan ini, pemerintah justru mengeluarkan LPG 3 kg non-subsidi merk Bright Gas dengan harga Rp56 ribu yang diklaim lebih aman karena menggunakan teknologi Double Spindle Valve System (DSVS).

 

Menurut pemerintah, subsidi membuat rakyat tidak mandiri dan produktif. Subsidi juga dianggap memberatkan APBN. Akibatnya negara berlepas tangan terhadap kebutuhan pokok rakyat. Setiap orang bebas bersaing untuk memenuhi kebutuhannya tanpa ada pengaturan. Negara hanya berfungsi sebagai pengawas. Akibatnya ekonomi berpusat pada segelintir kapitalis dari hulu hingga hilir.

 

Sistem ekonomi kapitalisme meniscayakan bunga utang. Setiap mega proyek digeber dengan dana utang. Lalu APBN lah yang harus membayar, jadi salah besar jika subsidi dianggap memberatkan APBN. Sementara beban hidup rakyat makin berat. Maka, sudah saatnya sistem kapitalisme diganti dengan sistem Islam yang menjamin kebutuhan rakyat secara keseluruhan termasuk ketersediaan energi. Dan negara tidak boleh mengambil keuntungan dari rakyat dalam urusan apapun. Fatimah Nafis. [LM/IF/ry]

Please follow and like us:

Tentang Penulis