Tawuran Pelajar, Buah Sistem Kapitalisme
Oleh : Mimin Aminah
(Ibu Rumah Tangga)
Lensa Media News-Aksi tawuran antar pelajar terjadi di Jln.Purworejo-Magelang Km 16, Dusun Simpu, Desa Ketosari, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, pada Senin(17/7/2023), sebuah video yang memperlihatkan aksi tawuran itu sempat viral di media sosial usai diunggah oleh akun @punya purworejo.blog, dalam video itu terlihat dua kelompok pelajar bercelana abu-abu saling serang dan kejar-kejaranan di jalan raya bahkan beberapa dari mereka terlihat membawa senjata tajam.
Kapolsek Bener, Iptu Suprapto membenarkan insiden tawuran pelajar yang terjadi di wilayahnya “Benar kemarin ada kejadian, baru mau tawuran di jalan Purworejo-Magelang Dusun Simpu, Desa Ketosari kalau dari pakaiannya itu diduga pelajar SMK di Purworejo dan Magelang.” Ucap Suprapto. Suprapto menegaskan saat ini sedang melakukan penyelidikan, ia pun menghimbau masyarakat untuk segara melapor apabila melihat aktivitas tak wajar pelajar yang bergerombol ataupun melakukan tawuran (Tribun Jogja.com18/7/2023).
Sementara itu, di tempat lain sebanyak 20 orang pelajar menangis massal dan bersimpuh di kaki orang tua mereka saat dipertemukan di Polsek Gunung Putri, Kabupaten Bogor Jawa Barat, Minggu (23/7/2023). Para pelajar ini sebelumnya diamankan saat hendak tawuran bersama kelompok pelajar lainnya pada hari Sabtu (22/7/2023). “Jadi semalam itu kita amankan 20 orang, dari 20 orang itu 5 orang bawa senjata tajam, yang 5 orang, sementara masih dalam penyelidikan oleh pihak Reskrim.” Ujar Panit Lantas Polsek Gunung Putri Ipda Agung Taufan. Setelah mendapat pengarahan, 15 remaja yang diamankan inipun dipersilahkan pulang bersama orang tua mereka ( Beritasatu.com 23/7/2023 ).
Tawuran pelajar terjadi kembali di berbagai daerah, mirisnya terjadi di awal tahun ajaran baru, sungguh sangat disayangkan mengingat mereka adalah sosok yang memiliki peran penting bagi bangsa ini, mereka adalah generasi penerus bangsa , tentu kejadian ini bukanlah sepenuhnya kesalahan para pelajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya kurangnya peran keluarga, khususnya orang tua sebagai pendidik pertama dan utama di rumah dalam menanamkan nilai-nilai agama kepada anak-anaknya.
Sistem kapitalis yang diterapkan negara ini telah menjadikan orang tua abai dalam menanamkan kepribadian Islam pada anak-anaknya, beban hidup yang semakin berat menjadikan orang tua sibuk bekerja sehingga tumbuh kembang anak-anaknya kurang mendapat perhatian, akibatnya banyak anak-anak yang tidak paham agama, tidak tahu halal haram, baik dan buruk dalam pandangan agama, ditambah dengan kurikulum pendidikan berbasis sekuler , menjauhkan agama dari kehidupan, agama hanya sebatas peribadatan individu, alhasil para generasi mengalami split personality, jiwanya kering dan kosong dari keimanan, mereka Muslim tapi jauh dari Islamnya, kepribadian mereka jauh dari kepribadian Muslim.
Tidak hanya keluarga atau sekolah, masyarakat juga mempunyai peran dalam pendidikan remaja dimana ditengah masyarakat ini para remaja menjalani aktivitas sosialnya, namun kapitalisme telah menciptakan sikap Individualisme di tengah masyarakat, abai terhadap aktivitas amar maruf nahi munkar membuat para remaja rentan terjerumus pergaulan yang rusak.
Dan peran yang sangat penting dan strategis yaitu negara yang memiliki wewenang mengontrol dan menindak tegas hal-hal yang bisa merusak generasi terutama dari media baik media cetak atau elektronik dengan menutup situs-situs yang memberi pengaruh buruk para generasi, namun sayang negara abai pada pembentukan moral generasi dengan membiarkan situs-situs atau konten yang merusak generasi berkeliaran di media.
Sangat berbeda apabila yang diterapkan adalah Islam secara kafah, mulai dari sistem ekonomi Islam yang menyejahterakan, memudahkan para orang tua sebagai pendidik utama yang akan menanamkan nilai-nilai agama pada anak-anaknya sehingga membentuk anak-anak yang taat dan terikat dengan aturan Islam, sistem pendidikan yang berdasarkan Islam mampu menghasilkan generasi umat terbaik yang mengisi waktunya untuk menuntut ilmu, belajar Islam dan memberi kemaslahatan bagi umat, masyarakat yang menciptakan kondisi yang kondusif dengan membiasakan amar maruf nahi munkar sehingga para remaja tenang dan aman dalam menjalankan aktivitas sosialnya.
Kemudian negara juga akan menjaga dan melindungi generasi dari pengaruh budaya dan pemikiran asing yang merusak moral dan negara juga menerapkan aturan yang tegas dengan sistem sanksi yang bisa memberikan efek jera bagi para pelaku kekerasan, pelaku kejahatan baik verbal maupun fisik. Maka dari itu hanya Islam yang mampu menjadi solusi problematika tawuran pelajar. Wallahu alam bishawab. [LM/ry].