Darurat Kekeringan Ancam Indonesia, Islam Solusinya
Oleh : Mimin Aminah
(Ibu Rumah Tangga)
Lensa Media News-Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan Indonesia akan mengalami kekeringan panjang akibat fenomena El Nino yang kemungkinan terjadi pada bulan Juli hingga akhir tahun 2023, prakirawan BMKG wilayah I Medan, Aryo Prasetyo menghimbau masyarakat untuk mulai menghemat penggunaan air dan memaksimalkan cadangan air.
Ia menjelaskan fenomena El Nino dipengaruhi oleh suhu muka air laut di samudera Pasifik dan Indian Ocean Difote yang dipengaruhi suhu di samudera Hindia, dimana keduanya terjadi bersamaan pada musim kemarau tahun ini. Fenomena ini akan menyebabkan semakin berkurangnya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia, selama periode ke dua tahun ini, sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami curah hujan dengan kategori di bawah normal atau lebih kering dari kondisi normalnya (katadata.com.id, 16/6/2023).
Belakangan ini cuaca memang sangat terik dan menyengat, disamping akibat dari fenomena El Nino juga dari pemanasan global membuat perubahan iklim menjadi lebih ekstrem. Ancaman kekeringan pun menjadi satu keniscayaan di tengah adanya perubahan iklim dengan segala konsekuensinya, banyak faktor yang lainnya yang ikut andil terjadinya kekeringan ini, ada perilaku manusia juga kebijakan yang menimbulkan dampak buruk, seperti pembabatan hutan, dan konsesi hutan juga kebijakan kapitalistik liberalis yang berpihak pada pemilik modal yang mengalih fungsikan lahan hutan menjadi proyek pembangunan. Berkurangnya daerah resapan air, pengalihan fungsi lahan hijau menjadi bangunan tempat tinggal, mempengaruhi cadangan air di tanah, jika serapan berkurang, cadangan air dalam tanah pun akan sedikit dan ini memicu kekeringan.
Kebijakan liberalisasi SDA yang menjadikan swasta leluasa menguasai sumber daya air, ditambah kerusakan pada fungsi wilayah hulu sungai akibat pencemaran air, kapasitas dan daya tampung airpun berkurang.
Krisis air ini akan berdampak pada produktivitas pertanian, jika hasil pertanian menurun karena gagal panen, ini akan menyebabkan terganggunya persediaan pangan, sanitasi buruk, kekurangan gizi dan kelaparan. Negara harus siap mengantisipasi dampaknya mulai dari kekurangan air bersih dan ketersediaan pangan.
Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah perairan yang lebih luas ketimbang daratannya maka sungguh ironis jika negara Maritim ini malah mengalami krisis air, semua ini terjadi akibat penerapan ideologi kapitalisme liberal.
Sangat berbeda apabila ideologi yang diterapkan adalah Islam, dimana status air adalah milik rakyat yang akan dikelola negara untuk kemaslahatan rakyat, sebagaimana sabda Rasullullah SAW :”Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu, padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).
Terhadap sumber daya alam yang menjadi kepemilikan umum, negara tidak boleh menyerahkan pengelolaanya kepada individu atau swasta, negara akan memberdayakan para ahli terkait agar masyarakat bisa menikmati air bersih dengan mudah, negara akan melakukan rehabilitasi dan memelihara lahan hutan agar resapan air tidak hilang, negara juga akan mengedukasi masyarakat agar bersama-sama menjaga lingkungan, melakukan pembiasaan hidup bersih dan sehat, serta memberi sanksi yang tegas terhadap pelaku kerusakan lingkungan.
Demikian hanya dengan Islam krisis air dan darurat kekeringan bisa teratasi. Wallahu alam bishawab. [LM/ry].