Aceh Lon Sayang
Oleh : Putri Rahmi DE, SST
Lensa Media News – Kini Aceh tak seindah dulu lagi, kubangan maksiat telah menggenangi kota Seuramoe Mekah ini. Kejadian pemerkosaan menambah deretan panjang kemaksiatan di Aceh yang kian tidak terbendung. Seorang pria gay berinisal KA (23), tega melakukan perbuatan bejat terhadap adik abang yang masih di bawah umur. Pelaku nekat merudapaksa kedua korban sejak 2019 dan dilakukan secara berulang kali.
Aksi itu dilakukan pelaku di kamar kostnya di satu desa dalam Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh. Korban merupakan saudara kandung, abang (15) dan adik (12). Kini syariat Islam tidak menjadi penghalang pria ini melakukan kemaksiatan. Inilah buah kehidupan berbasis kapitalis liberalisme, berhasil memporak porandakan kehidupan kian hari menjauh dari Islam. kehidupan yang bebas tanpa batas telah berhasil menggerus jati diri seorang pria menjadi gay, yang mengeksporkan hawa nafsunya yang tidak terbendung lagi sebab kerap menonton film porno. Akses media yang kian melebar tanpa batas mengikis keimanan setiap individu sehingga jauh dari kata takwa. Hukum hanya sebatas kurungan dan sanksi sosial yang tidak akan mengurangi apa lagi menghilangkan kasus serupa terjadi kembali. HAM menjadi senjata tajam bagi pelaku jika ada yang mengusik kehidupannya yang tidak senonoh didepan masyarakat.
Sungguh miris Aceh lon sayang, kini kemaksiatan bukan kabar dari daerah seberang, namun kini menjadi kabar dari tetangga bahkan sanak saudara yang telah tergerus oleh arus liberalisme ini. Apakah kita masih berpangku tangan dan menutup mata ini setelah sederet peristiwa menghiasi hari-hari? Hanya dengan kekuatan Islam yang mampu menciptakan masyarakat yang senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar pada setiap penyimpangan yang terjadi, dan hanya sanksi Islam yang mampu memberikan sanksi zawajir (pencegahan) dan jawabir (penebus dosa) bagi para pelaku, sanksi yang mampu memberika efek jera bagi pelaku serta membuat takut orang lain jika ingin melakukan kejahatam yang sama harus berpikir panjanh untuk melakukannya. Khilafah yang akan menjadi pemimpin umat yang siap mengiring masyarakatnya pada ketaqwaan yang hakiki pada sang pemilik kehidupan yang akan senatiasa mengkondisikan kehidupan kearah kemashalatan. Membentengi masyarakat dengan tontonan-tontonan edukatif yang menuju gerbang kecerdasan dalam bersikap dan bertindak. Sudah saatnya kita bergandengan tangan untuk mewujudkan khilafah ‘ala minhajin nubuwwah
ini yaitu tata kelola pemerintahan warisan para nabi dan orang-orang saleh setelahnya. Wallahu a’lam
[LM/nr]