Narasi Pemberdayaan Ekonomi, Dalangi Eksploitasi Muslimah Muda di Bekasi

Oleh: Hanum Hanindita, S.Si.
Lensa Media News – Organisasi yang mendorong pemberdayaan wanita khususnya di Kota Bekasi, Jawa Barat, Wanita Bekasi KEREN (Kreatif, Energik, Responsif, Empati, dan Nasionalis) atau WBK, telah melantik kepengurusan periode 2022-2027. Kepengurusan yang sudah dilantik diharap mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas terhadap program kerja ke depan, menciptakan inovasi unggul, juga mengedepankan UMKM di Kota Bekasi. Sehingga kehadiran WBK ini mampu menjadi role model oleh Kota Bekasi. (bekasikota.go.id)
Program Wanita Bekasi KEREN adalah program yang sejalan dengan amanat dari pertemuan G20 sekaligus merupakan pengarusan PEP (Pemberdayaan Ekonomi Perempuan). Ketua Umum Panitia Nasional Ministerial Conference on Women’s Empowerment (MCWE) G20 2022 Lenny N. Rosalin mengatakan bahwa pertemuan G20 mengangkat tema pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Ini merupakan titik awal dalam mengatasi berbagai permasalahan terkait perempuan dan anak. Lenny mengatakan, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak telah memperoleh arahan dari presiden untuk memberdayakan perempuan di bidang ekonomi, khususnya di bidang kewirausahaan yang berperspektif gender.
Para pegiat gender menganggap kemiskinan dan perempuan memanglah berkaitan. Munculnya arus kesetaraan gender yang memperjuangkan kesetaraan perempuan dengan laki-laki dan membuat perempuan memiliki partisipasi ekonomi yang diperhitungkan, dianggap merupakan jawaban dari persoalan kemiskinan perempuan. Maka upaya pemberdayaan perempuan diarahkan untuk membuat mereka bisa bekerja, memiliki usaha, dan menghasilkan uang. Mereka diberi banyak akses dan kemudahan sebagai penggerak ekonomi. Yang paling menonjol adalah program ekonomi kreatif dan UMKM.
Sesungguhnya persoalan kemiskinan, kekerasan, beban ekonomi, atau pendidikan rendah bukanlah masalah perempuan saja, tapi masalah umat secara keseluruhan akibat penerapan ideologi kapitalisme-sekularisme. Dalam sistem kapitalisme, apa pun diukur dengan materi dan siapa pun dianggap sebagai sumber daya ekonomi yang harus bisa mendatangkan manfaat secara materi. Demikian pula perempuan, ia dipandang sebagai bagian dari sumber daya, apalagi perempuan memiliki posisi tawar yang lebih rendah dari laki-laki. Mereka umumnya masuk dunia kerja karena kebutuhan, sehingga mereka cenderung lebih menerima apa pun yang ditetapkan perusahaan tanpa perlawanan, termasuk bila diberi upah yang rendah.
Dorongan negara untuk memberdayakan perempuan dalam ekonomi sejatinya tidaklah tulus dalam rangka meningkatkan kualitas hidup para perempuan dan keluarga mereka. Buktinya beban yang ditanggung perempuan era kini malah semakin berat. Ini menunjukkan berbagai program pemberdayaan ekonomi perempuan telah gagal mewujudkan janji kesejahteraan perempuan.
Tujuan sebenarnya adalah dalam rangka mengamankan keuntungan ekonomi bagi negara yang merupakan agenda dari kapitalis Barat. Pada akhirnya ini membuat kaum perempuan menjadi tereksploitasi secara besar-besaran. Dengan narasi PEP berslogan Wanita Bekasi KEREN seperti yang ada di Bekasi, perempuan kehilangan peran sebagai istri dan ibu, merampok hak-hak anak mereka, dan terpapar ide rusak kesetaraan gender.
Islam memiliki pandangan yang sangat berbeda terkait pemberdayaan perempuan. Pemberdayaan perempuan dalam Islam bukanlah tuntutan kesetaraan gender atau mesin pendongkrak ekonomi. Islam memandang perempuan dengan tepat dan menempatkannya pada posisi mulia, yakni sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Posisi yang sangat strategis, sebab masa depan generasi dan sebuah bangsa sangat ditentukan oleh posisi ini. Proses pendidikan pada anak yang dilakukan oleh kaum ibu menjadi kunci utama tingginya peradaban sebuah bangsa.
Adapun kewajiban mencari nafkah, dibebankan pada kaum laki-laki. Bukan untuk menunjukkan kekuatan laki-laki dan kelemahan perempuan. Peran ini diberikan sesuai dengan kemampuan fisik dan tanggung jawab yang diberikan Allah SWT pada laki-laki.
Dalam Islam, bekerja bagi seorang perempuan betul-betul hanya sekadar pilihan, bukan tuntutan ekonomi ataupun sosial. Sebab negara Khilafah akan menjamin pemenuhan kebutuhan bagi seluruh warganya. Bandingkan dengan kondisi sekarang, perempuan banyak dipekerjakan dengan upah yang sangat rendah dan tidak layak karena keadaan yang memaksa.
Para muslimah harus memberdayakan perannya untuk mewujudkan sistem kehidupan Islam, yakni sebagai ibu pendidik generasi, sahabat bagi suaminya, dan penyelamat kaum ibu dari sesatnya pemikiran yang bertentangan dengan Islam dengan jalan melakukan amar makruf nahi mungkar di lingkungan keluarga, masyarakat, dan negara. Berdakwah dan membina umat ini agar menjadikan Islam sebagai jalan hidup yang harus dipilih hingga kaum muslimah merasa bangga berislam kaffah. Inilah pemberdayaan hakiki. Bukan sekadar mencari cuan. Wallahu a’lam. 
[LM/Ah]
Please follow and like us:

Tentang Penulis