Pemuda, Bangkitlah dengan Islam!


Oleh : Perwita Lesmana

(Pemerhati Generasi)

 

Generasi muda saat ini disibukkan dengan banyak perkara mubah yang melalaikan. Salah satunya adalah pesona Korean wave dengan industri K-Pop dan K-Drama yang sedikit banyak mempengaruhi kehidupan para pemuda.

Untuk bertemu idola kesayangan misalnya, seorang fans rela menabung berbulan-bulan untuk membeli selembar tiket konser. Atau penggemar K-Drama, rela begadang untuk melihat belasan seri drama favoritnya. Hingga standar kecantikan pun berkiblat ke sana.

Bahkan kuliner ala Korea semakin banyak digandrungi sekalipun kritis dengan halal haramnya. Mengapa itu bisa terjadi?

 

Liberalisme Merusak Pemuda

Fakta generasi di atas tak lepas dari liberalisasi di segala lini yang lahir dari penerapan sistem sekuler kapitalisme. Dampaknya pemuda memiliki paham sekuler, yaitu memisahkan kehidupan dengan agama. Segala aktivitas dan prilakunya tak lagi mengindahkan aturan agama.

 

Sekuler liberal telah merusak generasi muda melalui 3F (Food, fun and fashion). Alhasil, pemuda saat ini memilih aktivitas bukan berdasarkan pertimbangan syariat tetapi kesenangan semata (fun).
Selain itu, budaya konsumerisme (food and fashion) menggerogoti pemuda muslim hingga lupa prioritas hidup dan kebutuhannya. Jangankan memikirkan kepentingan umat, mereka belum selesai dengan dirinya sendiri. Jangankan bermanfaat untuk umat, mereka malah disibukkan dengan mencari hiburan saja. Miris!

 

Islam Menyelamatkan Generasi Muda

Fakta pemuda hari ini yang penuh kerusakan berbeda jauh dengan pemuda di masa peradaban Islam. Masa peradaban yang cemerlang. Mengapa demikian? Sebab, pada masa itu banyak bermunculan pemuda yang sudah menghasilkan karya bahkan di usia muda.

 

Sebut saja Imam Bukhari yang di usia belasan sudah berkelana mencari ilmu. Hingga akhirnya mampu hafal 1 juta hadist. Imam Syafi’i yang sudah berfatwa di usia belum genap 15 tahun. Muhammad Al Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel di usia muda yakni 21 tahun. Belum lagi ilmuan muslim yang banyak berkontribusi di semua bidang keilmuan yang bahkan masih kita pakai hingga saat ini. Seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, Al-Zahrawi, Al – Farabi dan masih banyak yang lainnya.

 

Profil pemuda muslim di atas tidak hanya cerdas, tapi kuat secara fisik, memiliki semangat juang tinggi dan selalu berusaha taat pada syariat Islam.

Para pemuda hebat ini lahir bukan tanpa ikhtiar. Selain tekad individu yang kuat, keluarga mendukung, lingkungan kondusif, juga ada peran negara. Penerapan Islam secara menyeluruh dalam sebuah negara berkontribusi besar mencetak generasi emas.

 

Negara memberikan perlindungan menyeluruh secara fisik dan akal. Serta memberikan segala akses yang mendukung. Seperti fasilitas pendidikan berkualitas. Kebutuhan jasmanipun diperhatikan dengan jaminan makanan halal dan thoyyib.
Segala akses menuju kemaksiatan ditutup. Pengkondisian lingkungan yang mencintai ilmu dihadirkan. Sehingga para pemuda sibuk dengan ketaatan.

Berlomba-lomba dalam ibadah, rihlah mencari ilmu, berdakwah dan selalu berusaha bermanfaat untuk umat. Generasi muda memiliki waktu, ilmu dan harta yang mengundang keberkahan. Jauh dari perbuatan maksiat ataupun hal mubah namun melalaikan. Tidak heran jika di masa tersebut lahir generasi unggul dan berkualitas.

 

Oleh karena itu, pemuda muslim hari ini bukan mustahil untuk bisa menjadi sebagaimana pemuda terdahulu. Yang salih, berakhlak mulia, dan penerus peradaban bangsa. Maka, pentingnya sebuah negara menerapkan Islam secara kaffah agar cita-cita mulia untuk generasi bangsa ini segera terwujud. Wallahu a’lam. []

Please follow and like us:

Tentang Penulis