Muslimah Itu Istimewa dan Mewah
Oleh : Shafiyyah AL Khansa
(Penulis)
“Kemuliaan wanita shalihah tidak akan pernah bisa dibayar dengan harta, dunia dan seisinya sebab yang layak baginya adalah surga”
Kehidupan selalu berputar dan menciptakan sejarah yang tak akan pernah dilupa sebab sejarah adalah bagian dari hari ini. Tanpa sejarah tiada kisah yang mampu dipetik hikmahnya.
Kehidupan seorang wanita ketika masa jahiliyah dianggap sebagai petaka. Ia dianggap bagaikan aib bagi setiap keluarga sehingga kehadiran bayi wanita diperlakukan keji (dikubur hidup-hidup) dan seorang wanita yang sedang haid dianggap sebagai seseorang yang najis.
Tak hanya itu wanita juga diperlakukan yang tak semestinya oleh para suami hingga ia dijadikan barang taruhan judi. Masa jahiliyah telah menciptakan sejarah bahwa wanita pada saat itu diperlakukan sebagai objek kekerasan.
Namun, tatkala Islam hadir, ia bagai cahaya yang menerangi jalan. Islam hadir salah satunya sebagai perisai wanita. Hadirnya Islam, menjaga, menghormati, dan memuliakan wanita.
Pertama, Islam menjadikan derajat seorang ibu lebih tinggi daripada Ayah hingga surga terdapat di bawah telapak kakinya.
Dalam sebuah hadis dinyatakan:
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau bercerita,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ :يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ
“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR. Bukhari 5971 dan Muslim 2548).
Begitu pula dalam hadis lain bahwa surga di bawah telapak kaki ibu :
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
Kedua, wanita dikatakan mati syahid tatkala meninggal saat melahirkan.
Ketiga, ketika ada sebuah peperangan Rasulullah meminta untuk menjaga dan melindungi wanita serta anak-anak.
Keempat, wanita adalah aurat yang layak dijaga sebab itu Allah turunkan sebuah ayat tentang menutup aurat.
“Wanita adalah aurat, maka jika dia keluar setan akan menghiasinya”. (HR. At-Tirmidzi)
Kelima, wanita salihah dibolehkan masuk surga dari pintu manapun yang ia suka.
Rasulullah bersabda: “jika seorang istri menunaikan sholat 5 waktu, memelihara kehormatannya, dan taat pada suaminya, maka ia akan memasuki surga dari pintu mana saja yang disukainya.” (HR. Ibnu Hibban).
Keenam, wanita salihah mampu menyeret ayah dan juga saudara laki-lakinya ke dalam surga. Insya Allah.
Ketujuh, wanita salihah adalah sebaik-baik perhiasan.
“Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita salihah” (HR. Muslim, Ibnu Majah, & an-Nasa’i)
Masya Allah, itu hanya beberapa dari banyaknya keistimewaan seorang wanita dalam Islam. Begitu istimewanya Islam menjaga izzah dan iffah seorang wanita. Namun, surga tak akan pernah bisa dicapai tanpa ketaatan yang hakiki, maka sudah sepantasnya kita bangga sebagai seorang wanita dan menjadikan Islam sebagai sebaik-baik petunjuk kehidupan.
Wallahu’alam.
[LNR]