Peliknya Menjaga Kewarasan di Sistem Bukan Islam
Oleh : Leni Setiani
(Aktivis Muslimah Karawang)
Lensa Media News – Naas, seorang ibu tega bunuh anak kandungnya di Brebes, Jawa Tengah. Anaknya berjumlah tiga orang, satu meninggal dan 2 lainnya sekarang berada di Rumah Aman milik Kemensos. Pelaku dengan inisial KU yang berusia 35 tahun itu telah dilaporkan namun belum jadi tersangka karena ingin dites kejiwaannya.
Hal ini terjadi pada hari ahad (20/3/2022) selepas subuh. Saat itu warga mendengar teriakkan dari dalam rumah dan mencoba masuk, saat berada di dalam langsung melihat para korban. Anak ke 2 berinisial ARK (7) meninggal dunia disebabkan luka yang parah pada bagian leher. Sedangkan KS (10) mengalami luka di bagian dada dan adiknya EM (5) mengalami luka pada bagian leher (suara.com 22/3/22).
“Pelaku mengaku dalam pemeriksaan awal bahwa perbuatannya itu dilakukan karena mendapat bisikan untuk membunuh anaknya karena apabila tidak dibunuh hidupnya akan susah,” kata Kapolres Brebes AKBP Faisal Febrianto dalam keterangannya, Rabu 23 Maret (cnnindonesia.com 23/3/22). Sudah beberapa berita tentang ibu bunuh anak. Tapi kali ini yang membuat viral adalah jumlah yang menjadi korban. Tak tanggung-tanggung 3 anak sekaligus yang digorok ibunya sendiri.
Diduga pelaku mengalami depresi karena masalah rumah tangga dan tekanan ekonomi. Mahalnya bahan-bahan pokok menyebabkan makin peliknya hidup. Ditambah membiayai anak-anak yang masih kecil usianya. Sebagai seorang ibu yang punya rasa kasih sayang pasti tidak mau melihat anaknya menderita atau kelaparan.
Dikutip Desk Jabar dari Pikiran Rakyat, menurut keterangan saksi, N, tetangga tersangka, Minggu dini hari usai salat Subuh terdengar teriakan dari dalam rumah yang seketika mengundang tetangga. Menurut saksi Warga kemudian mendobrak pintu kamar dan menemukan 3 anaknya mengalami luka-luka serius.
Bukan hanya itu, pelaku juga mengatakan bahwa dirinya hendak dibunuh oleh Amin, yang merupakan bapak dari suaminya. “Saya mau menyelamatkan anak-anak saya agar tidak hidup susah. Saya mau dibunuh sama Amin. Bapaknya suami saya, ” katanya. “Saya cuma mau tobat sebelum saya mati. Saya cuma mau menyelamatkan anak-anak. Biar ga dibentak-bentak. Harus mati biar ga sakit kaya saya,” lanjut Kanti.
Naluri seorang ibu memang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Begitupun yang dirasakan pelaku, hanya saja menyalurkan rasa sayang tersebut dengan perbuatan yang salah dengan membunuh anak-anak dengan harapan mereka tidak akan mendapat penderitaan yang sama. Apapun alasannya jika itu perbuatan yang salah maka terkategori perbuatan yang salah.
Sebagai agama yang diturunkan dari pencipta manusia, Islam punya segala macam solusi kehidupan. Mulai dari bangun tidur sampai bangun negara semua ada caranya. Tak terkecuali masalah yang dihadapi manusia. Apapun bentuk perbuatannya jika itu tidak boleh dilakukan dalam Islam maka terkategori perbuatan salah.
Allah menganugerahkan akal pada manusia berfungsi untuk berfikir, memproses keimanan, membedakan baik dan buruk, dan mencari solusi sebuah masalah. Salah satu fungsi akal adalah mencari solusi sebuah masalah.
Ketika dihadapkan pada masalah ada 2 pilihan yang selalu disodorkan yaitu jalan maksiat atau taqwa. Dua jalan ini akan hadir dalam setiap persoalan. Yang dilakukan KU (35) adalah perilaku kemaksiatan karena meragukan sang pemberi rezeki yaitu Allah.
Membunuh anak karena khawatir miskin, tidak makan, atau menderita adalah dosa besar. Sebagaimana firman Allah Swt., “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada (anak-anak) mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al-Isra’: 31)
Tak mungkin ada asap jika tidak ada api. Kasus seperti ini mesti ada penyebabnya. Peliknya hidup di sistem yang bukan Islam memang amat menyiksa. Semua serba mahal dan memenuhi kebutuhan pun harus mencari uang sendiri.
Kapitalis memang penyebab dari kesenjangan sosial. Yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin benar-benar terjadi. Kepemilikan umum yang seharusnya dikelola oleh negara dan hasilnya diberikan kepada rakyat malah dimiliki segelintir orang. Hal ini membuat rakyat tidak terpenuhi kebutuhan pokoknya karena haknya di kuasai pihak lain.
Makin terasa susahnya hidup di bawah sistem bukan Islam. Jika diilustrasikan seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Hukum rimba berlaku di sistem ini. Yang kuat bertahan, yang lemah tiada. Sungguh sangat menyengsarakan.
Umat seharusnya berkaca pada para sahabat Rasulullah yang menerapkan Al-Qur’an dan hadis dalam bernegara. Hasilnya mereka mendapatkan kesejahteraan yang merata tanpa pandang suku, ras, bahkan agama. Terbukti selama 14 abad lamanya memberi kesejahteraan pada rakyatnya. Tindak kriminal bisa dihitung jari saat sistem Islam di terapkan. Cahaya keadilannya menyinari seluruh alam semesta dan itulah yang dikatakan rahmatan lil’alamin.
Lantas apa masih ada harapan pada sistem ini? Tak maukah kita kembali menerapkan yang para sahabat dahulu terapkan? Mari kembali pada Islam yang menyejahterakan.
Wallahu’alam.
[if/LM]