Berpindah Urusan dan Masalah
Oleh: Atik Setyawati
Allah Swt. berfirman yang artinya:
” Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” (QS. Al-Insyirah:7)
Sahabat, kehidupan ini dinamis. Selalu berjalan mengikuti sunatullah. Demikian pula aktivitas kita. Tidak berlama-lama dalam satu masalah, segera ambil solusi yang ditawarkan oleh syariat. Masalah satu selesai pastinya akan menanti masalah berikutnya. Ah, jangan berlama-lama dalam satu masalah. Temukan akarnya, segera beri penawarnya. Bersegeralah!
Sebelum ayat di atas, disebutkan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan. Ya, setiap masalah pasti ada pemecahannya. Sesulit apapun masalah itu, Allah siapkan solusi penyelesaiannya. Yang penting adalah bagaimana sikap dan upaya kita menghadapi masalah. Masalah ada bukan untuk dikeluhkesahkan. Sepanjang jalan mengeluh, tidak akan ada habisnya. Ngomong sana, ngomong sini terhadap masalah yang ada. Alih-alih mendapat solusi, yang ada masalah makin menjadi, solusi tak kunjung diperoleh.
Mengeluh? Boleh. Asalkan waktunya tepat. Kapan? Saat menghadap Allah, saat salat. Curahkan segala keluh kesah pada Sang Maha Pemberi Solusi. Istighfar setiap saat. Mohon ampunan pada Allah Swt. Jika Allah mengampuni, insyaallah rahmat akan datang. Solusi masalah akan datang.
Rajin membaca Al-Quran adalah salah satu selfhealing terhadap masalah. Kita akan temukan betapa orang-orang terdahulu mendapatkan masalah yang lebih dari masalah kita. Kisah Nabi dan Rasul menghadapi kedurhakaan umatnya, dan bagaimana beliau-beliau menyelesaikan masalahnya dengan senantiasa melibatkan Allah di sana. Semua mendapatkan solusi.
Bertemu dengan orang-orang saleh. Ini adalah salah satu penawar terhadap masalah. Teman yang saleh akan membantu menyelesaikan masalah kita. Baik langsung atau real membantu atau setidaknya mendoakan kita untuk segera selesai dari masalah. Kita tidak tahu melalui lisan siapa doa itu diijabah oleh Allah. Minta didoakan teman, itu juga dapat meringankan masalah kita.
Masa pandemi sekarang ini memang mendatangkan banyak masalah bagi kita. Mulai sekolah anak-anak, langkanya minyak goreng, mulai melambung harga-harga bahan makanan. Belum lagi yang mengalami PHK, harus ekstra kuat berpikir memenuhi kebutuhan keluarga. Yang kaya saja banyak mengalami masalah apa lagi yang tidak mampu.
Tapi sebenarnya masalahnya bukan pada kaya atau tidak mampu, masalahnya adalah standar kecukupan. Banyak juga orang dengan penghasilan pas-pasan hidup bahagia dan tercukupi semua kebutuhannya. Semoga kita senantiasa merasa cukup dengan rezeki yang Allah berikan.
Keluh kesah tak hanya sendiri, akhirnya hadir keluh kesah berjamaah. Bolehkah? Secara individu tadi, cukuplah keluh kesah pada Allah atau pada teman yang kita anggap dapat memberikan nasihat dan solusi. Jika keluh kesah jamaah atau masyarakat berarti ada masalah dalam urusan pengaturan hajat hidup orang banyak dari negara. Perlu disampaikan keluh kesah ini berikut memberikan solusi pemecahan terhadap keluh kesah agar segera berakhir.
Yang bijak adalah ia yang mau mendengarkan keluh kesah dan mempelajari solusi yang ditawarkan untuk kemudian diambil. Semata-mata demi tercapainya amanah mengurusi urusan umat.
Yang membawa solusi, siapa pun dia, ketika memang layak diambil solusinya, ya, ambil. Tak usah gengsi atau melabeli apa-apa. Yang terpenting adalah masalah terurai dan terselesaikan dengan tepat.
Untuk kemudian berpindah masalahnya. Bukan itu lagi, itu lagi. Dinamis. Kalau kemarin memiliki masalah seputar fitrah (naluri) dan kebutuhan hidup, berpindah pada masalah seputar pemikiran. Belajar agar pintar dan melek syariah. Dengan melek syariah, kita bakalan pintar menyelesaikan masalah. Ujian itu pindah, bukan pada satu titik saja. Selesai satu, pindah ke urusan berikutnya. Sampai tuntas. Masalah umat saja ada solusinya apalagi sekadar masalah individu. Berpikir tentang umat, masalah individu akan terselesaikan juga.
Wallahua’lam bishshowwab.
[hw/LM]