Sistem Sekuler, Biarkan Toleransi Kebablasan

Dark happy new year Instagram post_20241226_105145_0000

Oleh: Umi Nisa

 

Lensa Media News – Tidak hanya Menag, Pemkot Surabaya memastikan kesiapan menyambut perayaan natal dan tahun baru (Nataru) 2024/2025 dengan fokus utama pada pengamanan ibadah dan menjaga kerukunan umat beragama.

Walikota Surabaya Eri Cahyadi menegaskan pentingnya kerjasama semua pihak untuk memastikan keamanan dan kenyamanan warga, terutama umat kristen yang merayakan natal, Eri menyampaikan bahwa Pemkot telah berkordinasi dengan seluruh gereja di Surabaya untuk memastikan pengamanan optimal. Langkah ini bertujuan untuk mencegah terjadinya insiden yang tidak diinginkan selama perayaan natal. Jawapos.com 13-12-2024.

Pernyataan Menag maupun walikota Surabaya tersebut sungguh tidak sesuai dengan realitas, terlebih mereka juga bagian dari kaum muslim, dan di Indonesia mayoritas muslim, yang terjadi di lapangan pengaburan identitas Islam pada masyarakat muslim saat momen-momen Nataru dengan dalih toleransi.

Tampak jelas di sejumlah tempat umum yang menggunakan dekorasi Natal, seperti di perkantoran, di mal, supermarket, atau hotel. Hal ini diikuti dengan penggunaan atribut seperti topi dan kostum sinterklas oleh para pegawai nya yang bekerja di tempat tersebut, padahal sangat mungkin mereka muslim. Dekorasi bertema Natal di lokasi- lokasi publik bahkan dinarasikan sebagai untuk berfoto-foto.

Narasi semacam ini justru membuat masyarakat jadi tertarik demi memperoleh foto-foto yang menurut mereka bagus sehingga bisa dipajang di media sosial, meski dengan atribut yang bertetangga dengan akidah Islam. Hal yang sama juga akan berulang saat tahun baru, banyak masyarakat dari kalangan muslim yang ikut mengadakan acara-acara momen pergantian tahun, bahkan tidak jarang mewarnai dengan berbagai pesta yang lekat dengan aktivitas maksiat, seperti campur baur antar lawan jenis maupun pesta seks dan narkoba.

Mengingat beragam aktivitas dimomen Nataru itu, sungguh tidak tepat jika ada imbauan sebagaimana dari para pejabat. Mereka mungkin bisa berkelit dengan pernyataan lain bahwa imbauan menjaga suasana kondusif selama Nataru itu tidak hanya ditujukan kepada kaum muslim. Hanya saja, mayoritas penduduk Indonesia jelas-jelas kaum muslim. Tentu aneh jika seruan toleransi malah digencarkan kepada kaum muslimin, apalagi jelang Nataru yang notabene hari raya umat Kristen.

Toleransi yang diserukan saat ini bertentangan dengan akidah Islam. Wujud toleransi lebih kental dengan percampuran ajaran Islam dengan ide-ide yang bukan dari Islam toleransi Juga di gambarkan berupa ucapan selamat hari raya dari kaum muslim kepala non muslim, padahal itu toleransi kebablasan yg datang dari ide sekuler yang tentu saja maknanya keliru dan menyesatkan umat muslim.

Allah SWT berfirman “Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembahan Tuhan yang aku sembah. Untuk mu agamamu dan untukkulah agamaku” (QS Al-Kafirun (109): 1-6).

Prinsip toleransi dalam Islam telah menjaga keharmonisan hidup masyarakat selama ini ketika Islam diterapkan secara kaffah Islam menjadikan para pemimpin dan pejabat negara memberikan nasehat takwa agar umat tetap terikat dengan aturan Islam khususnya dalam moment kursial yang berpotensi membahayakan akidah umat muslim.

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis