Gen MZ (Milenial-Z) Ngurusin Politik, Emang Bisa?

Oleh Siska Juliana

 

 

Lensamedianews.com__ Pada pagi hari, Ahad, 15 Desember 2024, Komunitas Smart With Islam mengadakan kajian yang bertema “Gen MZ (Milenial-Z) Ngurusin Politik, Emang Bisa?” Acara yang diselenggarakan di Masjid At-Turmudzi, Cibuntu, Kota Bandung, Jawa Barat ini dihadiri oleh puluhan peserta pelajar dan mahasiswa.

 

 

Kajian diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Sebelum pemaparan materi dimulai, para peserta diajak untuk bermain games. Hal ini bertujuan agar peserta fokus dan menambah semangat saat menyimak materi.

 

 

Acara selanjutnya adalah pemaparan materi oleh Teh Nandiana. Ia menjelaskan arti politik menurut KBBI yaitu pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan). Sedangkan politik menurut Islam adalah ri’ayah syu’unil ummat (pengaturan kehidupan umat).

 

 

Teh Nandiana menyatakan pentingnya politik. Kemudian ia menyebutkan 3 ideologi yang ada di dunia yaitu sosialisme komunisme, kapitalisme, dan Islam. Ketiganya memiliki perbedaan yang sangat signifikan.

 

 

Ideologi sosialisme komunisme mengingkari adanya Tuhan dan tidak menggunakan aturanNya. Kapitalisme mengakui Tuhan, tetapi tidak menggunakan aturanNya. Sedangkan Islam mengakui Tuhan dan menggunakan aturanNya. Ideologi yang berkuasa saat ini adalah kapitalisme.

 

 

Kepemimpinan kapitalisme memiliki akidah sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan). Pemikiran dan tingkah laku yang tidak dilandasi oleh agama menjadikan para penguasa mudah berbuat zalim (tidak adil), hilang rasa prihatin dan peduli pada rakyatnya. Penguasa hanya sebagai regulator (pengatur) dan fasilitator.

 

 

Teh Nandiana juga menambahkan jika pemimpin yang menang dalam pemilu hanya yang bermodal besar (didapat dari pemilik modal) sehingga para pemilik modal diberi kekuasaan untuk campur tangan dalam kekuasaan. Akibatnya rakyat dipaksa memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, tidak ada campur tangan penguasa.

 

 

Hal ini sangat berbeda dengan kepemimpinan Islam. Akidah Islam mengakui Pencipta dan aturanNya. Islam menjadikan pemimpin (khalifah) sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (pelindung). Hubungan antara penguasa dan rakyat adalah hubungan ri’ayah (pelayanan). Islam memerintahkan penguasa bersikap lemah lembut dan tidak menyusahkan rakyat.

Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari)

 

 

Teh Nandiana menyebutkan beberapa pemimpin kaum muslimin. Muhammad Al-Fatih pada usia 21 tahun telah berhasil menaklukan Konstantinopel. Salman Al-Farisi menjadi amir di negeri Madain berpenampilan sangat sederhana dan menjadi kuli pasar. Khalifah Umar bin Khattab yang memastikan pelayanan kepada rakyat harus baik.

 

 

Begitulah seharusnya sikap pemimpin menurut ajaran Islam. Tidak merasa sombong atas kedudukannya, merendah di depan rakyat, mengutamakan kepentingan rakyat, melindungi rakyat dan kemuliaan Islam.

 

 

Teh Nandi mengatakan hal-hal yang bisa kita lakukan agar memahami politik yaitu:

Pertama, harus melek berita dan peka sama kejadian sekitar.

Kedua, iman dan takwa harus dicari, bukan hanya sekadar faktor keturunan.

Ketiga, istikamah menjaga keimanan dan ketakwaan.

Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan tanya jawab. Kemudian peserta bermain games. Acara dilanjutkan dengan pembagian doorprize bagi peserta yang bertanya, datang paling awal, dan pemenang games.

Akhirnya tiba di penghujung acara. Acara ditutup dengan berdoa, foto bersama, dan bermusafahah.

Please follow and like us:

Tentang Penulis