Remaja Sadis Membunuh Orang Tua, Mengapa?


Oleh : Anastasia, S.Pd.

 

 

Lensamedianews.com__ Baru-baru ini kita dihebohkan, dengan kasus anak bunuh ayah dan nenek di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan. Peristiwa tersebut bermula, ketika pelaku membunuh ayah dan neneknya saat korban sedang tertidur di rumahnya di Jakarta Selatan. Tempo.co.id (30-11-2024). Padahal pelaku sendiri merupakan anak yang sopan, dan dikenal baik oleh tetangga, guru, maupun teman-temannya di sekolah.

 

Faktor Kerusakan Sistem

Psikolog anak dan Remaja, Novita Tandry menjelaskan faktor-faktor penyebab remaja berinisial MAS berusia 14 tahun yang tega membunuh ayah dan neneknya di rumahnya di Taman Bona Indah, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

 

Menurutnya, kejadian seperti ini bukan hanya soal tindak kriminal, tetapi juga cerminan kompleksitas psikologis remaja dan peran lingkungan sekitarnya.
Novita menegaskan bahwa penyebab pembunuhan semacam ini tidak pernah tunggal, akan tetapi ada berbagai faktor yang bisa berkontribusi.

 

Ini adalah kasus kriminal luar biasa, tindakan pembunuhan salah satu orang tua atau kedua orang tua, kalau ditanya apa faktor anak bisa membunuh orang tuanya, penyebabnya nggak pernah tunggal, penyebabnya kombinasi dari beberapa faktor yang ada,”Psikolog anak dan Remaja, Novita Tandry. tvOne.com (03-13-2024).

 

Kasus kekerasan oleh remaja yang berujung pembunuhan semakin meningkat. Hal ini menandakan bahwa, remaja saat ini mengalami masalah yang berat. Tentu banyak faktor yang saling mempengaruhi mengapa hal ini terus berulang. faktor tersebut adalah :

Runtuhnya, visi misi keluarga. Keluarga idealnya tempat berlindung, serta menanamkan nilai-nilai keimanan sebagai fondasi utama. Namun saat ini, peran keluarga sudah semakin hilang tergerus oleh sistem kapitalisme, yaitu pandangan hidup, yang memandang sukses dan berhasil seorang anak ketika menghasilkan materi. Akibatnya, anak selalu dituntut belajar supaya menghasilkan nilai akademik yang tinggi, dan bekerja menghasilkan cuan. Anak selalu ditekan mengikuti ambisi orang tua, tanpa disadari hal demikian, telah membuat anak menjadi tertekan, depresi, dan stres.

 

Kedua, lingkungan sekolah dan masyarakat. Munculnya permasalahan remaja yang berprilaku kejam dan sadis, merupakan cermin kegagalan pendidikan bangsa ini. Kita paham betul, sistem pendidikan sekarang sekuler, dengan menanamkan nilai-nilai kebebasan yang tidak ada batasan, anak tidak dididik untuk taat kepada Allah Swt. Melainkan, diberikan ruang untuk bisa mengekspresikan segala keinginannya, tanpa diberikan standar halal dan haram. Hilangnya kontrol masyarakat, yaitu aktivitas saling menasehati. Masyarakat yang hidup di bawah sistem sekuler, telah menciptakan masyarakat individualis yang tidak perduli dengan orang lain.

 

Ketiga, tidak ada peran negara. Ketika negara menerapkan sistem pendidikan sekuler, sungguhnya negara secara langsung sedang menjauhkan generasi dari aturan Allah SWT. Sehingga wajar, pendidikan kita tidak akan mampu mencetak remaja berakhlak mulia. Kontrol pengawasan negara, tidak mampu melindungi remaja dari paparan konten yang merusak. Seperti konten pornografi, judi online, kekerasan dan perundangan.

 

Sejatinya, penerapan sekuler kapitalisme tidak akan mampu mencetak generasi unggul dan berprestasi. Sistem sekuler kapitalisme, berpijak pada kebebasan yang semakin menjauhkan dari nilai-nilai kebaikan, yaitu Islam. Tolak ukur kebahagian dan kesuksesan hanya diukur oleh materi. Alhasil, remaja yang lahir dari kerusakan sistem ini adalah, remaja yang rapuh, rentan dengan perilaku menyimpang, kering dari nilai-nilai Islam.

 

Islam, Sistem Sempurna Mencetak Generasi

Sudah sewajarnya, peran negara adalah menciptakan generasi yang unggul, melalui pemenuhan segala kebutuhan masyarakat. Termasuk bagaimana negara bertanggung jawab, melindungi dari segala bentuk ancaman pemikiran yang mampu meracuni generasi. Karena, ujung tombak keberlangsungan negara, bergantung pada generasinya, oleh karena itu wajib membangun karakter generasi.

 

Islam akan mendorong setiap individu yang beriman kepada Allah SWT. Keluarga, adalah institusi terkecil sebuah negara, sehingga peran ibu dan ayah, akan berjalan sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Dipastikan setiap generasi yang lahir dari keluarga Islam, adalah remaja yang mempunyai karakter Islam.

 

Sistem Islam, akan menjamin pendidikan gratis. Pendidikan Islam adalah pendidikan berbasis akidah Islam, dengan tujuan membentuk pola pikir dan pola sikap Islam. Sehingga, akan lahir generasi yang mempunyai kecenderungan untuk taat kepada Allah SWT. Individu yang saleh, akan membentuk masyarakat yang saling menjalankan aktivitas kebaikan, dan mencegah dari kemungkaran. Sistem sosial Islam pun akan menjaga interaksi dan pergaulan.

 

Negara juga akan mengontrol pengawasan konten-konten yang meracuni pemikiran, seperti kekerasan, pornografi, judi, dan pemikiran yang bertentangan dengan syariat Islam. Serta sanksi tegas bagi pelaku pelanggaran.

Please follow and like us:

Tentang Penulis