Kedaulatan Pangan Sejajar dengan Kedaulatan Negara

LenSa Media News–Presiden Prabowo menargetkan Indonesia bisa kembali swasembada pangan. Baik secara lokal maupun internasional. Hal ini disampaikan pada pelantikan Presiden Republik Indonesia yang diselenggarakan di gedung MPR/DPRI, pada Sabtu, tanggal 20 Oktober 2024.

 

Pernyataan ini mendapat tanggapan beragam. Ada yang menyimpan harapan besar, namun banyak juga yang menyangsikan. Terlebih, bila pola swasembada pangan mengandalkan pada proyek food estate yang gagal atau pada pola lumbung pangan yang mengancam pangan lokal, perusakan hutan karena pembukaan lahan, kerusakan lingkungan, dan lain-lain.

 

Gagalnya proyek swasembada di rezim sebelumnya, dikarenakan kebijakan yang pro pada kepentingan para kapital. Sementara kepentingan rakyat, termasuk lahan adat tak dianggap. Belum lagi tercium perebutan tender antar perusahan yang memperkeruh keadaan.

 

Pengadaan dan pendistribusian pangan (terutama bahan pokok), perlu direalisasikan segera. Mengingat selama ini, menurut data terbaca, harga beras di Indonesia dinyatakan termahal di Asia. Padahal, Indonesia negara agraris yang beberapa kali mengklaim berhasil swasembada pangan (baik di zaman orba maupun belum lama). Tentu ini menjadi masalah yang dipikul rakyat jelata. Meski ada program bantuan langsung pembagian beras di sejumlah tempat, tapi fakta di lapangan tak merata, tak tepat sasaran dan rawan diselewengkan.

 

Dari itu, dinantikan langkah real dalam mewujudkan target swasembada pangan, sebagai wujud tanggungjawab negara mengurusi seluruh warga negara. Pengoptimalan sumber daya baik alam dan manusia, tanpa merusak, terlebih merampas hak rakyat.

 

Dan satu yang tak boleh luput dari perhatian, bahwa swasembada pangan terkait erat dengan adanya kedaulatan pangan. Dan kedaulatan pangan, berarti kedaulatan sebuah negara, baik dalam kacamata ekonomi juga pertahanan negeri sendiri. Namun kondisi ini hanya bisa dijalankan dalam sistem pemerintahan Islam. Bukan pada negara yang mengadopsi sistem Sekulerisme Kapitalisme, yang mudah di goncang oleh kepentingan negara luar. Wallahualam. Sri Ratna Puri, Pegiat Opini Islam. [LM/ry].

Please follow and like us:

Tentang Penulis