Harga Beras Mahal, Apakah Petani Diuntungkan?


oleh: Leora Andovita

LenSa Media News__ Kenaikan harga beras sering kali menjadi tanda kekhawatiran, terutama masyarakat yang semakin sulit mengakses bahan pokok ini. Namun, di balik mahalnya harga beras, apakah petani yang seharusnya menjadi ujung tombak produksi pertanian justru diuntungkan? Kenyataannya, tidak sesederhana itu.

Harga beras yang tinggi bukan semata karena permintaan yang meningkat, tetapi karena biaya produksi yang melonjak, terutama karena sektor pertanian telah dikuasai oleh oligarki dari hulu hingga hilir. Petani yang seringkali beroperasi dengan modal minim, harus berjuang mandiri dalam menghadapi biaya pupuk, benih, dan alat-alat pertanian yang terus naik tanpa bantuan signifikan dari negara. Dalam kondisi ini, keuntungan dari harga tinggi beras justru tidak banyak dirasakan oleh petani, tetapi lebih dinikmati oleh para pelaku industri besar yang mengendalikan rantai pasokan pertanian.

Selain itu, kebijakan negara yang membatasi impor beras bertujuan untuk menjaga ketahanan pangan domestik, tetapi hal ini turut memperburuk ketersediaan beras di pasaran. Akibatnya, harga terus melonjak. Ironisnya, situasi ini justru membuka peluang bagi pihak-pihak tertentu untuk mengusulkan kembali kebijakan impor beras yang pada akhirnya hanya menguntungkan oligarki dan semakin menekan petani lokal.

Ritel-ritel besar yang menguasai distribusi dan bisnis beras juga memiliki andil dalam memainkan harga, sementara negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator tanpa benar-benar memberikan dukungan penuh kepada petani. Ini adalah buah dari penerapan sistem kapitalisme. Keuntungan oligarki dan kepentingan pasar menjadi prioritas utama, sementara kesejahteraan petani dan kemandirian pangan nasional terabaikan.

Dalam perspektif Islam, situasi ini seharusnya ditangani dengan cara yang berbeda. Negara Islam menempatkan ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai salah satu fondasi penting bagi kesejahteraan rakyat dan stabilitas negara. Negara akan melakukan berbagai upaya untuk memastikan petani memiliki akses terhadap lahan yang memadai, pupuk yang terjangkau, alat-alat pertanian yang canggih, dan pengembangan bibit unggul.

Kemampuan petani akan terus ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan. Dalam sistem ekonomi Islam, negara bertanggung jawab penuh atas kesejahteraan rakyatnya, bukan hanya sebagai regulator, tetapi sebagai pengelola aktif yang memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan berkualitas bagi semua lapisan masyarakat. Dengan penerapan Islam secara kaffah, ketahanan pangan yang kuat dapat dicapai, sehingga petani diuntungkan, dan rakyat sejahtera.

Please follow and like us:

Tentang Penulis