Potret Suram Generasi Akibat Sekularisasi

Oleh: Sabila Herianti

Lensamedianews.com, Opini – Na’udzubillah. Potret suram generasi masa kini semakin mencekam. Betapa tidak, di Palembang, Sumatera Selatan, remaja berinisial IS yang usianya belum genap 17 tahun menjadi tersangka utama pemerkosaan dan pembunuhan gadis berinisial AA yang berusia 13 tahun. Parahnya, pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan merupakan tindakan yang direncanakan.
Awalnya, AA diajak bertemu oleh pacarnya, IS, pergi untuk menonton kuda kepang di Pipa Reja, Kemuning. Namun, lain di kata lain di pikiran, ternyata IS bukannya mengajak AA menonton kuda kepang, justru membawa AA ke lokasi TPU dekat krematorium, kemudian membekap hidung dan mulut korban hingga lemas dan pingsan.
Pada saat itu pula IS memerkosa korban bersama tiga temannya, MZ (13), NS (12), dan AS (12) yang juga berada di lokasi. Empat remaja tersebut telah memerkosa korban secara bergilir di dua tempat yang berbeda dan dalam dua keadaan yang berbeda pula, yaitu saat korban tengah tidak sadarkan diri dan saat korban meninggal dunia. Lebih miris lagi tatkala mengetahui bahwa faktor pemicu mereka melakukan tindakan menjijikan nan sadis tersebut adalah akibat menonton video porno. (CNN Indonesia, 06-09-2024).
Remaja, masa yang seharusnya disibukkan untuk mencari jati diri, mengembangkan potensi, meraih berbagai prestasi menjadi tidak berarti dan ternodai, akibat masih adanya konten-konten pornografi yang berseliweran dan mudah diakses oleh remaja masa kini. Paham sekularisme yang menjalar pada generasi membuat mereka bertindak sesuka hati, mengikuti hawa nafsu, dan menabrak batasan-batasan yang sudah ditetapkan oleh Pencipta mereka, yakni Allah SWT.
Bahkan, paham ini membuat mereka menganggap agama hanya sebagai ibadah ritual dan formalitas. Juga menganggap bahwa agama tidak layak mengatur kehidupan mereka. Akibatnya, mereka akan melakukan apa saja demi terpenuhinya kepuasan mereka, baik itu halal maupun haram, baik itu bermanfaat untuk orang lain maupun merugikan orang lain.
Mirisnya, paham yang sudah terbukti menimbulkan efek negatif bagi setiap individu, justru dijadikan asas dalam membangun SDM oleh negara. Walhasil, setiap sistem yang berlaku dalam negeri ini semuanya berbasis kepentingan pribadi atau segelintir pihak. Seperti halnya negara dengan paham sekularisme yang dianutnya telah mengarahkan sistem pendidikan hanya untuk mencetak generasi yang mampu mendongkrak perekonomian, tanpa mempedulikan kepribadian yang ada pada generasi. Pantaslah saat ini banyak generasi yang pandai dalam akademik, namun lemah mental, kecanduan pornografi, mudah terjerat narkoba, pergaulan bebas, berani mengumbar kemaksiatan, dan sebagainya.
Negara juga tidak serius dalam menjauhkan hal-hal yang dapat merusak generasi. Misalnya, negara masih saja membiarkan tayangan-tayangan berupa film yang penuh dengan kemaksiatan, video tidak senonoh, dan lain sebagainya tayang di berbagai platform media. Sejatinya, akan dibiarkan tetap seperti itu selama tayangan-tayangan tersebut mampu menjadi ladang bisnis bagi negara.
Padahal, generasi sekarang merupakan generasi yang lebih sering menghabiskan waktunya di sosial media. Jadi, besar kemungkinan merekalah yang akan menjadi korban akibat tontonan atau tayangan yang tidak layak dijadikan tuntunan. Mereka akan menganggap kemaksiatan yang dikemas dalam bentuk film atau video menjadi suatu hal yang keren, layak untuk dicoba, dan sayang untuk dilewatkan, na’udzubillah.
Jauh sekali perbandingan generasi saat ini dengan generasi yang dicetak oleh negara Islam atau Khilafah. Negara Islam sangat mengupayakan terbentuknya kepribadian Islam pada generasi dan menjauhkan mereka dari segala hal yang mampu merusak akal pikiran dan fitrah mereka. Maka, negara akan membangun sistem pendidikan yang berbasis Islam, berkualitas dan gratis, untuk seluruh warganya dengan tujuan mencetak peserta didik yang tidak hanya pandai dari segi akademik, melainkan juga pandai dalam mengatur emosi.
Kepandaian mereka akan suatu ilmu terbalut oleh keimanan yang menancap kuat pada jiwa mereka. Sehingga mereka akan menggunakan dan mengaplikasikan ilmu yang mereka kuasai untuk memancarkan manfaat pada orang lain, semata-mata demi mengharap rida Allah Ta’ala.
Negara juga akan menghapus konten-konten yang merusak akal sehat, dan hanya menayangkan konten-konten yang mampu menguatkan akidah umat, menjaga akidah umat dan penuh edukasi. Sungguh, generasi terbaik hanya akan lahir dari sistem yang terbaik pula. Yaitu sistem Islam dalam naungan negara Islam atau Khilafah. Wallahu a’lam. [LM/Ah]
Please follow and like us:

Tentang Penulis