Gen Z Susah Cari Kerja, Kok Bisa?
Oleh : Aprilya Umi Rizkyi
Komunitas Setajam Pena
LenSa Media News–Layaknya sebagai budaya tahunan, bahwa angka pengangguran di negeri kita tercinta ini makin tahun makin bertambah banyak. Di satu sisi standar kemiskinan dinaikkan. Jika telah mencapai standard itu maka ia dianggap mampu atau kaya. Begitu pula yang terjadi kepada gen Z kita saat ini. Sulitnya mencari pekerjaan setelah selesai sekolah.
Data yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) telah mencatat pada 2023 sebanyak 9,9 juta orang dengan rincian 5,73 juta orang merupakan perempuan muda sedangkan 4,17 juta orang tergolong laki-laki muda masuk ke dalam kategori tidak sedang belajar, bekerja.
Maliki, Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional PPN/Bappenas mengungkapkan bahwa ada sejumlah faktor yang membuat anak muda alias Gen Z menganggur. Salah satu faktornya adalah salah memilih sekolah dan jurusan.
Ia menjelaskan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan seseorang yang baru lulus untuk mencari pekerjaan pada umumnya adalah 6 bulan. Tetapi saat seseorang salah memilih jurusan, maka masa tunggu hingga 1 tahun. “Kalau dia memang mempunyai latar belakang yang cukup unik atau tidak cocok, bisa sampai 1 atau 2 tahun, NEET terjadi karena masalah ini,” jelas Maliki (CNBCindonesia.com, 27-5-2024).
Pernyataan yang senada juga disampaikan oleh Denni Puspa Purbasari seorang Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja, ia menganggap salah satu penyebab banyaknya Gen Z yang menganggur karena tak nyambungnya antara skill yang mereka miliki dengan skill kebutuhan industri atau perusahaan.
Dari beberapa pendapat di atas sejatinya bukan akar permasalahan yang sesungguhnya yang dihadapi oleh negeri kita tercinta ini. Melainkan hanya masalah cabang semata. Masalah yang sebenarnya adalah lepasnya tanggung jawab negara terhadap kebutuhan gen Z salah satunya penyediaan lapangan pekerjaan.
Kenapa demikian? Karena sejatinya jika negara bersungguh-sungguh untuk mengatasi sulitnya gen Z mendapatkan pekerjaan maka itu adalah hal yang mudah bagi negara. Bukan justru, mencari-cari kelemahan dari gen Z itu sendiri. Kesulitan gen Z mendapatkan pekerjaan ini disebabkan oleh penerapan sistem kapitalisme. Di mana negara hanya sebagai regulator dan hanya ingin mengeruk keuntungan semata.
Hal ini tak akan terjadi jika Islam diterapkan oleh sebuah negara. Islam memiliki cara dan trik untuk menyelesaikan persoalan pengangguran. Yaitu menjadikan negara sebagai pihak sentral dalam menyelesaikan seluruh persoalan rakyat, termasuk persoalan pengangguran. Penyediaan lapangan pekerjaan seluas-luasnya merupakan tanggung jawab negara.
Rasulullah saw bersabda, “Seorang Imam (kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari).
Selanjutnya Islam memiliki regulasi kepemilikan yang khas, menjadikan SDA dan Energi (SDAE) dikelola negara. Adapun swasta apalagi asing haram memiliki dan mengelolanya. Hal ini menjadikan sumber pendapatan negara melimpah sehingga mampu membangun negara tanpa bantuan utang atau investasi.
Pengelolaan SDAE yang mandiri menjadikan lapangan kerja terbuka lebar karena eksplorasi SDAE membutuhkan banyak SDM. Jika sektor tersebut dikelola negara, pembukaan lapangan kerja untuk rakyat bisa dimaksimalkan.
Selain itu, negara wajib menyediakan fasilitas pendidikan yang berkualitas dan merata. Sebab pendidikan dapat menjadi salah satu bekal untuk mencari pekerjaan. Dengan begitu, persoalan kurangnya skill atau ijazah yang rendah akan mudah terselesaikan.
Pembangunan sekolah yang berkualitas dan menjangkau semua kalangan baik yang kaya ataupun miskin juga di desa dan di kota, sangat niscaya terwujud dengan pembiayaan ditanggung oleh negara.
Pendidikan dalam Islam mengarah pada dua kualifikasi penting, yaitu terbentuknya kepribadian Islam yang kokoh, sekaligus memiliki keterampilan untuk berkarya. Hal ini akan melahirkan generasi tangguh yang kuat secara mental maupun fisik. Selain itu, bukan materi semata yang ia impikan melainkan target capaian kontribusinya bagi majunya peradaban. Inilah yang menjadi jaminan setiap generasi termasuk Gen Z memiliki kepribadian Islam yang kukuh.
Langkah selanjutnya, jaminan kesejahteraan dalam Islam yaitu tersedianya lapangan pekerjaan adalah salah satu mekanisme Islam dalam menyejahterakan rakyatnya secara ekonomi.
Bagi kepala rumah tangga yang cacat, sakit atau yang tidak mampu bekerja, Islam memiliki mekanisme nonekonomi, yaitu dengan menyantuni keluarga tersebut dan menanggung biaya hidupnya.
Maka dari itu, sesungguhnya akar persoalan pengangguran termasuk pada Gen Z adalah penerapan sistem kapitalisme di negeri ini. Negara telah abai terhadap kewajibannya dalam membuka selebar-lebarnya lapangan usaha.
Sungguh, dengan kembali kepada sistem Islam, akan menghantarkan terselesaikannya persoalan pengangguran dan menciptakan kesejahteraan pada seluruh rakyatnya tanpa terkecuali, baik muslim maupun non muslim. Allahuakbar! [LM/ry].