Kasih Sayang Ibu Tergadai Materi
Oleh: Desi Anggraeni
LenSa Media News–Kelahiran seorang bayi menjadi dambaan bagi para orang tua terutama ibu. Ibu akan menjaga, merawat dan melindungi buah hatinya dengan sepenuh jiwa. Naluri keibuannya akan menuntut dirinya meluapkan kasih sayang tanpa pamrih.
Tetapi, rasanya naluri keibuan ini sedang tidak bersemayam pada diri SS (27) seorang ibu rumah tangga yang tega menjual bayi yang baru dilahirkannya seharga Rp 20 juta melalui perantara di Jalan Kuningan, Kecamatan Medan Area, Kota Medan, Sumatera Utara. Transaksi penjualan bayi ini melalui perantara MT (55) kemudian diantarkan kepada Y (56) dan NJ (40).
“SS menjual bayinya RP 20 juta dan MT rencananya diupah RP 3 jutaan. Alasan SS karena kesulitan ekonomi. Sementara si pembeli bayi ini karena memang belum memiliki anak.” ujar Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Kota Besar Medan AKP Madya Yustadi (Kompas.com, 14-8-2024).
Ekonomi Sulit Fitrah Ibu Terkikis
Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan hidup yang tinggi membuat masyarakat miskin semakin tertekan. Keadaannya diperparah dengan sistem yang abai pada nasib mereka. Bisa dikatakan bukan sekedar abai, tetapi para penguasa kapitalis yang bergandengan tangan dengan oligarki telah sengaja merangkai berbagai kelicikan yang mengimpit ekonomi. Imbasnya, kesengsaraan memukul keluarga kelas teri bertubi-tubi.
Kesusahan hidup dalam asuhan kapitalis ini, membuat sebagian ibu kehilangan akal sehat dan naluri keibuannya. Ekonomi yang sulit sedikit demi sedikit mengikis fitrah ibu yang seharusnya melekat pada dirinya.
Menjual darah dagingnya sendiri bukanlah sebuah keputusan yang mudah. Tetapi, SS mampu melakukan itu saat sejumlah uang ia butuhkan bakal ia terima. Bayi yang telah menghuni rahimnya selama sembilan bulan tak selamat dari sasaran barang dagangan.
Betapa miris, seolah sudah tidak ada jalan keluar lain lagi. Seakan sudah tidak ada yang bisa dimintai bantuan. Kapitalis-sekuler telah berhasil mendidik umat menjadi pribadi yang individualis dan kurang peka terhadap kondisi sekitar. Sehingga sibuk dengan urusannya masing-masing. Atau memang orang-orang terdekat pelaku penjual bayi ini dalam kondisi yang sama-sama telah dimiskinkan sistem. Dengan demikian, ketiadaan dukungan ini membuat seorang ibu sampai nekat menjual bayinya.
Bisa kita lihat di berbagai media, berita semacam ini bukan sekali dua terjadi. Lagi-lagi alasannya tersebab desakan ekonomi. Menjadi keniscayaan dalam sistem buruk hari ini dimana fitrah keibuan yang melekat pada perempuan ketika Allah menciptakannya, hilang! Betapa kejam sistem hari ini, sampai-sampai sesuatu yang melekat saja dibuat hilang dan terhinakan oleh cuan yang tak seberapa.
Hal ini tidak bisa dianggap sebagai masalah biasa. Sebab dampaknya sampai mengabaikan tanggungjawab pada titipan yang Allah amanahkan di pundaknya. Materi yang menjadi poros perhatiannya telah mematikan rasa khawatir akan hari esok. Aturan agama ditabrak begitu saja.
Dalam hal ini, seharusnya negara punya peran menjaga kewarasan dan kejiwaan para ibu. Dengan ikut memudahkan para suami mendapatkan penghasilan yang layak. Mengontrol harga pasar akan kebutuhan pokok rumah tangga. Menjamin kesehatan dan pendidikan. Semuanya itu memang sudah seharusnya menjadi tanggungjawab penguasa terhadap pengurusan rakyatnya. Namun, kesejahteraan dalam sistem demokrasi kapitalisme nyatanya hanya ilusi.
Islam Bukan Ilusi Tapi Solusi
Hidup sejahtera, tenang dan nyaman bukan lagi sekadar angan apabila Islam dijadikan sebuah sistem yang mengatur kehidupan hingga tatanan negara. Islam pun menaruh perhatian istimewa terhadap perempuan. Islam tidak akan memberdayakan perempuan sebagai bahan komoditas yang diperas keringatnya demi kepentingan pasar yang menguntungkan. Tidak ada lagi istilah tulang rusuk merangkap tulang punggung.
Karena Islam menempatkan laki-laki dan perempuan sesuai fitrahnya. Suami menjadi pemimpin dalam rumah tangga akan menjalankan tugasnya sebagai pencari nafkah yang memenuhi kebutuhan jasmani dan ilmu. Istri digelari sebagai ummu warabatul bait dan madrasatul ula.
Seorang istri akan tenang mengurus rumah serta anak-anaknya tanpa beban pikiran yang diputar untuk mencari peluang membantu suaminya mencari cuan. Seorang suami pun akan dengan mudah mencari penghasilan yang layak karena negara berperan, dengan memfasilitasi apa-apa yang dibutuhkan rakyat. Sehingga kejadian ibu menjual bayinya tidak mungkin terjadi.
Begitulah ketika Islam diterapkan. Kesejahteraannya bisa dirasakan oleh rakyat. Bukan mimpi atau ilusi tapi nyata-nyata Islam sebagai solusi dari setiap problematika hidup. Sudah saatnya umat Islam berjuang bersatu demi tegaknya syariat Allah yang juga pernah ditegakkan oleh Rasulullah Saw. dan Khulafaur Rasyidin serta para khalifah setelahnya. Wallahua’lam bissawab. [LM/ry].