Sekularisme, Mematikan Naluri Ibu

Oleh: Nur Illah k.h 

Guru di Bandung

 

LenSaMediaNews.com__Miris, dikabarkan Satreskrim Polrestabes Medan meringkus empat perempuan yang terlibat jual beli bayi seharga Rp20 juta di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Medan Ajun Komisaris Madya Yustadi mengatakan, terungkapnya kasus berawal dari informasi masyarakat bahwa ada rencana transaksi bayi yang baru dilahirkan di sebuah rumah sakit di Kecamatan Percutseituan pada 6 Agustus 2024 (TEMPO.CO, 16-8-2024 ).

 

Hilangnya Akal Sehat dan Matinya Naluri Keibuan

 

Dari fakta di atas kita melihat kenyataan pahit. Seorang ibu tega menjual darah dagingnya sendiri. Bahkan menjadi tragis ketika alasannya karena terhimpit ekonomi. Kehidupannya terasa sempit. Sejak hamil tidak ada suami yang mendampingi dan peduli, sehingga membuat khawatir akan masa depan si bayi. Keinginan untuk menyelamatkan anak, medorongnya menerima tawaran sindikat perdagangan bayi, meski harus berpisah dengan anaknya. Hal ini mengakibatkan hilangnya akal sehat dan matinya naluri keibuan, ketika terhimpit ekonomi.

 

Sementara itu, ibu tidak mendapat perhatian negara dalam berbagai program perlindungan sosial, seperti Program Keluarga Harapan (PHK), Bantuan Non-Tunai, juga Kartu Indonesia Sehat (KIS). Kemudian Namanya tidak pernah terdata sebagai penerima manfaat dari program bantuan sosial.

 

Sekuler Kapitalisme Biangnya

 

Sistem sekuler kapitalisme menjadikan negara tidak berperan dalam melindungi dan menjamin kebutuhan rakyat. Serta dalam sistem ini, perempuan harus berjuang sendiri mencari sesuap nasi karena negara tidak memiliki mekanisme pemenuhan kebutuhan pokok individu per individu. Sementara berbagai program perlindungan sosial hanyalah tambal sulam kapitalisme untuk menunjukan seolah-olah peduli terhadap rakyat.

 

Selain itu sekularisme membuat individu bertindak jahat seperti kasus perdagangan bayi. Kemudian tindakan menghalalkan segala macam cara untuk mencapai tujuan menjadi hal lazim, karena sistem hukum yang lemah dan tidak memberikan sanksi yang membuat jera. Abainya negara wujudkan kesejahteraan juga berperan, termasuk dalam penyediaan lapangan kerja bagi suami. Hal ini erat dengan sistem ekonomi yang diterapkan saat ini. Di sisi lain, mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk pribadi yang bertakwa.

 

Sistem Islam Solusi Tuntas

 

Islam menetapkan peran negara sebagai raa’in, sehingga mewujudkan kesejahteraan menjadi kewajiban negara. Islam memiliki sistem ekonomi yang menyejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk banyaknya lapangan pekerjaan. Islam juga memiliki sistem pendidikan yang akan membentuk kepribadian Islam.

 

Sebagaimana yang dicontohkan khalifah Umar bin Abdul Azis yang hidup sederhana dan mencurahkan perhatian untuk mengurus rakyatnya sehingga rakyatnya sejahtera. Inilah teladan dari para pemimpin Islam yang amanah, sebagai raa’in dan junnah untuk umat. Semua ini nyata ketika aturan Allah secara kaffah diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a’lam bi shawab. [LM/Ss] 

Please follow and like us:

Tentang Penulis