Anak Cerdas Berinternet Sehat

Oleh. Netty al Kayyisa

 

 

LenSa MediaNews__ Anak cerdas identik dengan juara kelas, juara olimpiade, atau juara-juara lainnya. Padahal kecerdasan yang sesunguhnya tidak ditentukan oleh nilai-nilai di atas kertas, piala-piala yang berjejer, atau medali-medali yang berserakan. Cerdas yang sebenarnya sebagaimana sabda Rasulullah saw :

Orang cerdas adalah yang bermuhasabah atas dirinya dan beramal untuk apa yang setelah kematian. Orang lemah adalah siapa saja yang dirinya mengikuti hawa nafsunya lalu berangan-angan terhadap Allah” (HR Ahmad)

 

Jika seorang anak selalu memikirkan kehidupan sesudah matinya, yaitu kehidupan di akhirat, maka dia akan berhati-hati dalam menjalankan kehidupan. Dia akan selalu berusaha terikat dengan aturan Allah, agar Allah rida dan menjadikannya ahlu surga. Meski kehidupannya bergelimang harta, berada dalam kecanggihan teknologi, maka ia akan memanfaatkannya demi kehidupan akhiratnya. Dia akan mampu memilih, memilah dan menyaring mana aplikasi, konten, dan aktivitas dunia maya yang bermanfaat untuk kehidupan akhirnya. Dia juga akan memanfaatkan teknologi untuk kehidupan akhirnya, menyampaikan Islam yang diyakininya agar menjadi rahmat bagi seluruh alam. Anak cerdas pasti berinternet sehat tanpa harus diawasi, tanpa harus ada Undang-Undang, tanpa harus disadap oleh orang tuanya.

 

Hanya saja kondisi ideal ini tak terwujud saat ini. Anak-anak kecanduan gadget bukan untuk syiar Islam justru menghancurkan mental. Bahkan anak usia 10 tahun bisa bunuh diri karena HP-nya diminta orang tuanya. Konten-konten porno, judi online, games berisi kekerasan dan seksualitas banyak bertebaran dan tak mampu disensor oleh masing-masing anak.

 

Sementara negara yang diharapkan menjadi garda terdepan dalam menjaga keselamatan anak-anak dari konten tak bermoral di internet tak mampu melakukan banyak hal. Negara tak berdaya di hadapan swasta yang memproduksi dan menyebarkan konten-konten tak mendidik. Negara lemah di hadapan pengusaha dunia maya. Negara hanya menjadikan semboyan “Anak Cerdas Berinternet Sehat” dalam peringatan Hari Anak Nasional. Sementara langkah nyata untuk menyelamatkan generasi dari rusaknya moral akibat berinternet tak ada program unggulan atau langkah nyata yang dikerjakan.

 

Cara Islam Membentuk Anak Cerdas

Membentuk anak cerdas bukan perkara mudah. Orang tua harus memahami arah pendidikan dalam Islam. Orang tua juga harus mendidik mereka sejak dini untuk mengenal Rabbnya dan memahami hukum-hukum Islam. Sebagaimana Lukmanul Hakim yang mengajarkan akidah pertama kali kepada anaknya, demikian juga seharusnya orang tua. Orang tua harus menanamkan akidah sejak dini, meyakinkan akan adanya yaumul hisab dan muraqabatullah (merasa diawasi oleh Allah) di setiap kesempatan, ada atau tidak ada orang tua, dalam kondisi sendiri atau saat bersama-sama.

 

Orang tua juga harus mengajarkan dan melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pada anak-anaknya. Agar terbentuk lingkungan yang kondusif ketika anak-anak harus terjun ke masyarakat. Anak-anak harus memiliki sikap berani berdakwah sesuai tingkat usia, misalnya mengajak teman-temannya salat, mengaji, mencegah mereka berebut mainan, bertengkar, dan sebagainya. Orang tua juga melakukan hal yang sama pada sesama orang tua. Sehingga lingkungan juga mendukung penguatan akidah dan pribadi anak.

 

Peran negara tak kalah pentingnya. Negara juga harus menyiapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah. Kurikulum pendidikan disusun untuk membentuk kepribadian Islam anak dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat. Negara memang harus mengembangkan teknologi terutama teknologi berat, tetapi juga membersamai dengan edukasi yang tepat terhadap masyarakat terutama penggunaan teknologi informasi semacam internet. Melalui sistem ekonomi Islam Negara akan mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas, mendorong penelitian-penelitian, menyediakan fasilitas pendidikan, dan memeratakan pendidikan di setiap pelosok negeri. Sehingga tidak ada alasan, anak-anak yang jauh dari pusat Negara kurang terjamin pendidikannya.

 

Negara dengan sistem informasinya juga akan mencegah masuknya konten-konten tidak bermanfaat seperti konten porno, judi online, dan lainnya. Sistem informasi harus digunakan untuk memperkuat akidah umat, mensyiarkan Islam, dakwah, dan jihad.

 

Dengan tiga pilar orang tua (keluarga), lingkungan dan negara yang saling bersinergi akan terwujud anak-anak sehat yang sesungguhnya. Anak-anak yang selalu memikirkan akhiratnya. Anak-anak cerdas yang berinternet sehat. Dan itu hanya bisa diwujudkan dalam satu sistem pemerintahan Islam, Khilafah Islamiyah. Wallahu’alam bi shshawab

Please follow and like us:

Tentang Penulis