Menangkap Bayang-Bayang Negeri Parsi

Oleh Ummu Zhafran, Pegiat Literasi

 

 

LenSa MediaNews__ Wafatnya Asy Syahid Ismail Haniyah, pimpinan Hamas di Iran kontan menuai reaksi. Kaum muslimin berduka. Kecaman bertubi dilayangkan ke Zionis Israel yang diduga kuat sebagai pelakunya. The New York Times telah menerbitkan laporan yang menegaskan peran Israel dalam pembunuhan Haniyah, dengan mengklaim bahwa pembunuhan itu dilakukan dengan menggunakan alat peledak yang diledakkan dari jarak jauh. (tribunnews.com, 2/8/2024)

 

 

Reaksi tajam tentu datang dari pihak tuan rumah, yang juga berjuluk negeri Parsi atau Persia. Pemimpin tertinggi Iran, bersumpah akan memberikan “hukuman keras” bagi Israel setelah pembunuhan tersebut. Begitu pula Presidennya, dalam salah satu siaran pers menyatakan akan membuat Israel “menyesali” perbuatan terkutuknya. (detik.com, 31/7/2024)

 

 

Tak bisa dipungkiri peristiwa pembunuhan seorang tokoh terkemuka dengan disaksikan seluruh dunia membuktikan betapa kebrutalan zionis Yahudi sudah membabi-buta. Seolah tak cukup berbulan-bulan melakukan genosida di Gaza. Maka pernyataan para petinggi Iran tentu patut diapresiasi. Karena umat Islam itu sejatinya bersaudara. Ibarat satu tubuh, saat sebagian merasakan luka, yang lain pun merasakan yang sama. Meski tak sedikit yang meragukan, menimbang minimnya kontribusi Iran dalam menyelesaikan konflik yang telah berlangsung sekian lama. Namun bukan tidak mungkin hal ini akan membuka babak baru atas perang di Palestina hingga berakhir dengan terusirnya para penjajah dari negeri para syuhada. Semoga.

 

 

Hanya saja tetap perlu untuk senantiasa mengingat bahwa akar masalah yang terjadi adalah adanya pendudukan Zionis Yahudi atas Palestina. Dimulai dari Theodore Hertzl, Bapak Zionis Internasional yang meyakini doktrin Tanah Terjanji lantas bertekad menggalang dukungan kaumnya untuk memiliki negara sendiri.

 

Karena menyadari bahwa Palestina ada di dalam wilayah kekuasaan Khilafah Utsmani, Theodor Herzl, kemudian mencoba meminta wilayah itu kepada Khalifah saat itu, Sultan Abdul Hamid II, tetapi ditolak mentah-mentah. Akhirnya, Hertzl dan kaumnya sampai pada kesimpulan, cita-cita negara Yahudi hanya bisa terwujud jika Ottoman atau Khilafah Utsmani, dihancurkan lebih dahulu. Itulah yang kemudian mereka lakukan dan berhasil pada 1924.

 

Setelah runtuhnya Khilafah Utsmani, mulailah eksodus besar-besaran komunitas Yahudi dari berbagai wilayah di dunia ke Palestina. Puncaknya pada 1948, atas sokongan Inggris dan PBB, negara Israel dideklarasikan. Jadi, selama Israel masih ada dan menjajah wilayah Palestina, selama itu pula persoalan Palestina akan terus menggema.

 

 

Di sisi lain, eskalasi konflik yang masih berlangsung hingga kini turut berkontribusi menyingkap keborokan negara-negara Barat, terutama para pemimpinnya. Tanpa malu-malu mereka menunjukkan keberpihakan pada Zionis Israel. Wajar jika sebagian besar aktivis muslim menuding nilai-nilai yang mereka propagandakan selama ini seperti HAM, keadilan, kebebasan, dan kemerdekaan adalah omong-kosong belaka. Termasuk ide absurd mereka seperti solusi dua negara yang mustahil diterapkan. Sebab hal itu sama saja dengan mengakui keberadaan penjajah dan menerima mereka dengan tangan terbuka. Sungguh tak layak umat muslim berharap solusi dari PBB, khususnya dalam hal ini negara-negara Barat.

 

 

Dengan demikian tiada jalan lain selain mengusir para penjajah dengan jihad fisabillillah dalam naungan Khilafah yang dipimpin Khalifah. Tak lain karena sejarah membuktikan sepanjang Khalifah seperti Sultan Abdul Hamid II masih ada, wilayah Palestina terlindungi. Ketika tidak ada, barulah penjajahan di sana bisa berlangsung. Di bawah komando khalifah, kewajiban jihad akan dapat terlaksana dengan lebih baik. Apa lagi satu-satunya bahasa yang bisa dimengerti Zionis Yahudi adalah jihad. Kecaman, kutukan bahkan boikot seperti hampa saja di hadapan mereka alias tak pernah digubris. Itulah juga yang membuat sebagian kalangan menilai ancaman yang datang dari negeri Parsi, layaknya pepatah, bagaikan menangkap bayang-bayang. Mungkinkah terwujud? Kita lihat saja nanti. Wallahu ‘alam.

Please follow and like us:

Tentang Penulis