Luar Biasa, Indonesia Juara Pengangguran di ASEAN
Oleh: Zhiya Kelana, S.Kom
(Aktivis Muslimah Aceh)
LenSaMediaNews.com__Rasanya kian hari kian sulit mencari pekerjaan. Ternyata hal ini terjadi sejak pandemi, di mana tak sedikit yang dirumahkan. Banyaknya syarat untuk mendapat pekerjaan pun, semakin menyulitkan. Untuk melamar menjadi PNS saja usia dibatasi maksimal 35 tahun.
Pekerjaan lainnya, dengan syarat harus lulus S1 dan penampilan menarik, padahal hanya posisi marketing. Hal ini menjadi sebuah lelucon bagi mereka yang bekerja di luar negeri dengan ijazah SMA namun berpenghasilan sangat banyak. Dan faktanya, Indonesia sendiri memproduksi para pengangguran tertinggi di Asean.
Dilansir Okezone.com (21-7-2024), bahwa tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2% tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara (Asean). Dana Moneter Internasional (IMF) pada World Economic Outlook April 2024 menyatakan posisi ini tak berubah dari tahun lalu, namun angkanya lebih rendah yakni 5,3%. Kemudian Filipina berada di posisi kedua yakni 5,1%, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9%, Malaysia 3,52%, Vietnam 2,1%, Singapura 1,9% dan Thailand 1,1%.
Gagalnya Negara Menciptakan Lapangan Kerja
Tingginya pengangguran menunjukkan kegagalan negara menciptakan lapangan pekerjaan untuk rakyat. Kebijakan salah strategi sehingga terjadi deindustrialisasi. Lulusan SMK/PT tak terserap dalam dunia kerja, sementara TKA justru masuk ke Indonesia. Seakan negara lebih memilih TKA ketimbang rakyatnya sendiri untuk bekerja.
Pengelolaan SDA ala kapitalisme mengakibatkan tenaga ahli dan tenaga kerja diambil dari negara asing. Akibatnya rakyat sendiri kehilangan kesempatan kerja sampai harus jadi TKI. Sangat miris melihat kondisi ini, karena pemerintah seakan lebih rela melihat warganya menjadi budak asing.
Maka tak heran kita melihat banyaknya para pengangguran di negeri ini. Mereka terpaksa mencari nafkah dengan cara yang tidak halal seperti menjual obat terlarang, miras bahkan menjadi bagian dari pelacuran, pengemis, dan pungutan liar. Memang inilah dampak hidup dalam dunia kapitalis, bukan mencari solusi tapi menambah masalah lagi.
Jika saja kita sadar bahwa ada sistem yang lebih baik dari hari ini. Di mana mampu menawarkan segala kebaikan untuk negara dan masyarakatnya. Sistem tersebut adalah Islam yang menjadi sebuah aturan bernegara yang pernah ditakuti oleh Barat.
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai, di mana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika dia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, maka dengannya, dia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika dia memerintahkan yang lain, maka dia juga akan mendapatkan dosa/adzab karenanya.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Islam mewajibkan negara mengurus rakyat. Termasuk menyediakan lapangan pekerjaan melalui berbagai kebijakan yang mendukung. Seperti pengelolaan SDA secara mandiri, yang akan membuka banyak lapangan kerja. Dan kebijakan yang tepat dalam menentukan kurikulum pendidikan sekolah. Semisal sekolah pertambangan sehingga mereka akan diberdayakan untuk negara dalam mengelola tambang.
Islam tidak akan membiarkan para pemudanya menjadi pengangguran atau malas bekerja. Karena mereka punya tanggung jawab untuk menafkahi keluarga. Maka tidak bisa kita bandingkan dengan hari ini. Di mana memang sistem ini membuat para pemudanya kesulitan mencari nafkah, bahkan gengsi untuk bekerja di tempat yang dianggap tak sesuai dengan pendidikan yang diraihnya, sehingga mereka malas.
Wallahu a’lam. [LM/Ss]