Menjadi Seorang Ibu adalah Anugerah, Bukan Musibah


Oleh: Yuyun Suminah
(Seorang Ibu dari Dua Anak)

 

LenSa MediaNews__ Menikah, memiliki anak dan menjadi seorang ibu impian semua wanita, ya kan? Seperti aku dan kamu para muslimah yang memimpikan status ibu segera disandangnya walaupun harus lama menantikannya.

 

Membayangkan lengkapnya kebahagian pernikahan suami istri dengan hadirnya seorang anak, karena begitu banyak keistimewaan seorang ibu yang diberikan Allah SWT. Memberikan seperangkat kelebihan kepada wanita, mulai dari fisiknya yang berbeda dengan laki-laki, seperti memiliki rahim, kelenjar ASI, bisa hamil dan kelembutan.

 

Tak hanya itu keistimewaan seorang ibu pun disampaikan oleh Al-Qur’an dan hadis. Saking spesialnya Rasulullah pun berpesan sebanyak tiga kali menyebutkannya tanda bakti seorang anak harus mendahulukan ibunya.

 

Dari Abu Hurairah RA, “Seseorang datang kepada Rasulullah saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi saw menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi saw menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi saw menjawab, ‘Kemudian ayahmu.'” (HR Bukhari dan Muslim).

 

Namun faktanya tuk saat ini tidak semua perempuan paham bahwa menjadi seorang ibu adalah anugrah, karena tidak sedikit para perempuan yang sudah menikah enggan memiliki keturunan, tidak mau repot, menghambat karier bahkan takut tubuhnya tak seindah dulu.

 

Pemahaman seperti itu bukan datang begitu saja, menjadi perempuan saat ini begitu berat tantangannya. Para feminis gencar memberikan pemahaman yang menyesatkan sehingga wajar banyak perempuan yang beranggapan seperti di atas, merasa menjadi seorang ibu itu sebuah musibah, menghambat semuanya.

 

Mungkin kita menyaksikan bagaimana seorang ibu yang seharusnya di tangannya lahir generasi yang sehat, tangguh, kuat dan lainnya karena tantangannya begitu berat dari berbagai sisi, terutama faktor ekonomi.

 

Tak sedikit hilang fitrah keibuannya, ditangannya bukan lagi kelembutan dan kasih sayang yang diberikan namun tak bedanya sebagai pemangsa menyeramkan, menganiaya, tega membunuh buah hatinya sendiri bahkan tindakan asusila dan lainnya.

 

Seperti kasus tindak asusila yang dilakukan seorang ibu kepada anak kandungnya sendiri yang divideokan demi mengikuti konten di medsos karena faktor ekonomi rela melakukan tindakan tak bermoral tersebut. (Tempo.com, 8 Juni 2024)

 

Kasus-kasus di atas marak beredar disistem saat ini yaitu kapitalisme, sebuah sistem yang memberikan banyak celah kepada seseorang untuk berbuat asusila, tak ada lagi rasa peduli, takut akan dosa, takut balasan di akhirat dan hilang fitrah keibuannya.

 

Bagaimana agar kita bisa menikmati dan mendapatkan gelar seorang ibu sebagai anugerah bukan musibah, semoga langkah di bawah ini bisa menjadikan para perempuan calon ibu dan yang sedang menjalaninya meraih predikat tersebut:

1. Ibu adalah pendidik pertama bagi anaknya, seorang ibu yang tidak hanya mengandalkan naluri semata namun juga harus dilandasi ilmu, memperkaya Ilmu, mengupdate terus ilmu parentingnya, teknisnya seperti bagaimana komunikasi dengan anak, suami dan lainnya.

2. Belajar mengatur waktu, akan berbeda ketika sendiri dengan menjadi ibu maka mengatur waktu dalam menjalaninya perlu sekali agar semua keperluan keluarga bisa berjalan tepat waktu hindari menunda-nunda pekerjaan.

3. Siapkan fisik, karena seorang ibu harus siap mengurus bukan hanya dirinya saja tapi semua anggota keluarganya, mengurus rumah, suaminya dan anaknya.

4. Siapkan mental, perlu disiapkan karena segala kemungkinan bisa saja terjadi misalnya diuji keuangan keluarga, dengan mertua dan lainnya.

 

Apapun kondisinya ketika kita menjalani peran ibu dengan ikhlas, sabar, dengan ilmu dan tawakal yakin Allah akan mempermudah amanah menjadi ibu, agar predikat ibu adalah anugrah bisa kita raih ditambah dengan mempraktikkan empat poin di atas, menuntut ilmu, belajar mengatur waktu, menyiapkan fisik dan mental. Aamiin.

Please follow and like us:

Tentang Penulis