All Eyes on Rafah: Menanti Terbitnya Fajar Umat

Oleh : Ummu Rifazi, M.Si

 

LenSa MediaNews__Slogan bertuliskan All Eyes on Rafah kembali menjadi viral di media sosial, setelah serangan udara Zionis Israel laknatullah dan kebakaran yang terjadi di sebuah kamp pengungsian Palestina di Kota Rafah, Gaza Selatan, awal pekan ini. Penampungan habis terbakar hancur berkeping-keping tak tersisa, bahkan ada bayi tanpa kepala dan tubuh (bbc.com, 31/05/2024). Subhanallah, sungguh mengenaskan!

 

Perilaku zionis Israel sudah seperti binatang yang sangat licik. Mereka tidak mampu lagi menghadapi pasukan kaum muslimin yang berperang mempertahankan bumi Palestina, sehingga mereka kemudian bergerak ke tempat-tempat pengungsian di Rafah dan membantai kaum Muslim di sana. Sungguh suatu kekejian luar biasa dan tingkat keparahan kehancuran massal yang tidak mampu lagi diungkapkan dengan ukuran kemanusiaan dari sisi manapun juga!

 

Gelombang Aksi vs Retorika Kecaman Para Penguasa

Delapan bulan telah berlalu, dan kondisi rakyat Palestina semakin hari semakin memilukan, yang semakin membukakan mata dunia untuk mengambil kontribusi dalam menyelesaikan persoalan ini. Gelombang aksi besar-besaran terus meluas di seluruh dunia; di Amerika Serikat, Eropa, hingga Asia, yang menuntut pemerintah dunia mengambil tindakan tegas terhadap aksi biadab Zionis Israel laknatullah (news.detik.com, 29/05/2024).

 

Namun semua aksi massa tersebut hanyalah simbol pembelaan umat manusia terhadap persoalan Palestina dalam batas kemampuan menyeru dunia untuk bersatu menghancurkan Israel laknatullah. Sebab yang sejatinya memiliki kekuatan untuk menghentikan kekejian ini hanyalah negara.

 

Namun sungguhpun kondisi di Rafah Gaza sudah demikian memilukan dan gelombang aksi telah sedemikian masif, para penguasa negeri muslim, termasuk Indonesia, lagi-lagi hanya mengecam keras dan menuntut pemerintah Israel untuk mematuhi hukum internasional, termasuk perintah dari Mahkamah Internasional (kompas.tv, 04/06/2024).

 

Tak ada sedikitpun bantuan dari negara-negara Arab tetangga terdekat Palestina. Bahkan rasa takut mereka terhadap kekuatan sekutu Israel, yaitu Amerika Serikat, membuat mereka tega berlaku represif dan menangkap warganya yang menunjukkan dukungan dan pembelaan terhadap rakyat Palestina, seperti yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi. Warga yang ditahan, lantas diadili menggunakan undang-undang kontraterorisme dalam Pengadilan Pidana Khusus yang terkenal kejam (cnnindonesia.com, 03/05/2024)

 

Bebal dan Punya Impunitas

Sungguh ironis, karena serangan mematikan zionis Israel laknatullah yang dimulai tanggal 26 Mei 2024 itu justru dilakukan kurang dari sepekan setelah Mahkamah Internasional memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militernya di kota itu. Aksi mereka yang tak mengindahkan perintah ini seolah menunjukkan adanya impunitas atau kekebalan hukum. Kita memang tidak sepatutnya berharap pada dunia seperti PBB, karena PBB berada dalam pengaruh Amerika Serikat yang tidak lain adalah backing utama dan pertama dari Zionis Israel.

 

Dan terbukti walaupun mendapat kecaman internasional yang demikian keras dan luas dari seluruh penjuru dunia, PM Israel Benjamin Netanyahu hanya mengatakan bahwa insiden tersebut merupakan kecelakaan tragis (internasional.sindonews.com, 31/05/2024). Sungguh suatu pernyataan yang mewakili hilang dan matinya rasa kemanusiaan dari seorang manusia, bahkan seorang pemimpin suatu bangsa!

 

Menghimpun Kekuatan Sapu Lidi Negeri Muslim

Pembelaan terhadap Palestina adalah perkara wajib dan hanya dapat dilakukan secara maksimal ketika kaum muslimin berada dalam persatuan yang tidak mengenal batas teritorial dan keturunan. Bila muslimin bersatu maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan. Akan tetapi jika muslimin tercerai berai, maka tidak hanya satu tetapi jutaan muslim yang akan ditumpahkan darah, dilanggar kehormatan dan dinista agamanya.

 

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pidatonya di depan anggota Parlemen dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) mendesak umat Islam untuk segera membuat keputusan bersama untuk melawan Israel. Erdogan mengatakan bahwa tidak ada satupun negara yang aman selama Israel tidak mengikuti hukum internasional dan tidak merasa terikat dengan hukum internasional (international.sindonews.com, 31/05/2024)

 

Satu-satunya jalan adalah kembali pada tuntunan Allah dan rasulnya yakni menegakkan khilafah; fajar dan perisai umat; yang akan mengomando perjuangan pembebasan Palestina. Khalifah akan memerintahkan aktivitas jihad hingga kemenangan datang dengan ijin Allah Azza wa Jalla.

 

Hanya saja khilafah tidak akan tegak kecuali dengan persatuan Islam di bawah ikatan ukhuwah islamiah. Kekuatan negeri-negeri muslim menjadi lemah karena sekat nasionalisme sejak runtuhnya Khilafah Islamiyyah Utsmaniyyah pada 3 Maret 1924. Jika ikatan ini menguat maka persatuan kaum muslimin di seluruh dunia bukan menjadi hal yang mustahil!
Allahu Akbar, laa hawlaa walaa quwwata illaa billah, wallahu alam bishshawab.

Please follow and like us:

Tentang Penulis