Menyongsong Kebangkitan Selepas Ramadan
Oleh: Nining Sarimanah
LenSa MediaNews__Kajian rutin bulanan yang diselenggarakan oleh Majelis Taklim Nurul Qur’an, kembali digelar pada 5 Mei 2024 di Masjid Al-Islam, Cijerah, Kota Bandung. Adapun, tema yang diangkat kali ini adalah Menyongsong Kebangkitan Selepas Ramadan. Kajian dipandu oleh Ibu Wina, pembacaan ayat suci Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 257 oleh Ibu Sumiati, dan pemaparan materi oleh Ustazah Ibu Finita dan Teh Nining Sarimanah.
Penyampaian pertama oleh Teh Nining. Beliau menyampaikan bahwa di bulan Syawal ini umat Islam telah merayakan Idulfitri dengan suka cita. Sebelumnya selama satu bulan penuh melaksanakan puasa Ramadan dengan memaksimalkan ibadah dan amal salih lainnya. Tentu berbagai aktivitas ibadah ini, untuk membentuk dalam diri seorang muslim menjadi orang bertakwa, sebagaimana tujuan dari diwajibkannya berpuasa dalam surah Al-Baqarah ayat 183.
Hakikat kemenangan adalah ketika umat Islam menjadi umat bertakwa kepada Allah SWT. Takwa diartikan menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Namun, faktanya umat Islam hanya menjalankan perintah Allah Swt. dalam ibadah mahdah (ritual), sementara aturan Islam yang lain dalam hubungan muamalah seperti ekonomi, sosial budaya, politik, pendidikan, dan lainnya belum dilaksanakan.
Aturan Islam dalam aspek kehidupan manusia untuk menyelesaikan setiap persoalan yang muncul dari adanya interaksi antarmanusia. Jika diabaikan, bahkan ditinggalkan tentu berdampak pada kemunduran dan terpuruknya kondisi umat Islam di setiap lini kehidupan, misalnya angka kemiskinan terus meningkat, kelaparan, bayi tidak berdosa dibunuh oleh ibunya, maraknya judi online, pinjol dan sebagainya. Tak hanya itu, umat Islam tidak mandiri dan diditek bangsa lain, meskipun Indonesia telah merdeka dari penjajahan secara fisik. Bahkan, di negeri mayoritas beragama Islam, kaum muslim tidak bisa menjalankan syariatnya sendiri secara kaffah.
Semua itu terjadi karena Indonesia menerapkan sistem buatan manusia yaitu sekularisme kapitalisme demokrasi. Sistem ini pula, menjadi penyebab Palestina dijajah oleh entitas Yahudi Israel hingga detik ini. Keadaan muslim Gaza sangat mengenaskan, korban terus berjatuhan, bencana kelaparan, gangguan kesehatan mereka terancam, dan lainnya.
Materi kedua dilanjutkan oleh Ustazah Ibu Finita. Beliau menegaskan bahwa gambaran di atas, tidak jauh berbeda dengan kondisi manusia sebelum Islam hadir. Manusia berada dalam kegelapan seperti menyembah berhala, praktik ekonomi ribawi dan curang dalam perdagangan, tradisi anak-anak perempuan dikubur hidup-hidup oleh ayah mereka, kaum perempuan pun dihinakan. Pada saat yang sama, Kerajaan Romawi dan Persia berkuasa, menindas negeri-negeri yang mereka jajah.
Namun, kedatangan Islam membawa perubahan besar. Islam memuliakan manusia dan mengeluarkan mereka dari era jahiliyah menuju peradaban mulia yang gemilang. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 257 yang artinya, “Allah adalah Pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (iman). Sebaliknya, orang-orang kafir, para pelindung mereka adalah thaghut, yang mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”
Islam berhasil mengubah bangsa Arab dan bangsa-bangsa lainnya yang memeluk Islam menjadi umat manusia yang unggul. Dengan melaksanakan syariat Islam di bawah naungan khilafah, umat Islam menebarkan rahmat dan memberikan banyak sumbangan untuk peradaban dunia.
Perlu diingat bahwa, kebangkitan bukanlah berlimpah materi dan membangun gedung tinggi. Kebangkitan sahih bagi umat ini adalah kemerdekaan untuk menjalankan syariat Allah Swt. secara total di semua bidang kehidupan. Hanya dengan cara inilah, umat akan mendapatkan kemajuan di segala bidang, sebagaimana yang diraih pada masa lampau. Inilah jalan Islam, jalan kebangkitan hakiki!
Oleh karena itu, Ustazah menyeru kepada jemaah ibu-ibu, pasca-Ramadan, mari kita raih kemenangan, berupaya menyambut kebangkitan umat dengan menjadi umat yang bertakwa kepada Allah. Amalan yang telah dilakukan di bulan Ramadan dilanjutkan di bulan Syawal dan bulan-bulan berikutnya, bahkan ditingkatkan. Tidak sebatas amalan individual berupa ibadah ritual dan akhlak, tetapi amalan jemaah dan negara berupa penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan.
Wallahu a’lam bishshawab