Bunuh Diri, Lupa Diri karena Jauh dari Ilahi

Oleh : Hanif Eka Meiana

 

Lensa Media News – Seorang pria berinisial WDP (30) warga Desa Palar, Kecamatan, Trucuk, Klaten, ditemukan tewas di perlintasan kereta api Dusun Tambak Pancas, Desa Gemblegan, Kecamatan Kalikotes, Klaten. Korban diduga sengaja menabrakkan diri ke kereta angkutan semen setelah memarkir sepeda motor di tepi rel. Kejadian sekitar pukul 01.05 WIB, lokasinya di timur palang pintu perlintasan kereta api. Diceritakan bahwa kereta api datang dari arah Solo menuju arah stasiun Klaten. (detik.com, 1/05/2024)

Fenomena bunuh diri selalu menggegerkan warga. Merasa prihatin, sedih dan juga menyayangkan terhadap apa yang dilakukan oleh korban. Disaat yang lain ada yang berharap dapat hidup lebih lama, ternyata masih banyak pula orang-orang yang tega mengakhiri hidupnya. Memutuskan kematiannya sendiri dan berani menanggung resiko. Hal yang sejatinya tidak dipikirkan oleh orang-orang yang berpikiran sehat.

Allah SWT memberikan kesempatan hidup bagi setiap hambaNya untuk selalu menjadikan waktu-waktu berharga digunakan dalam rangka beribadah kepadaNya. Tidak semua mendapat kesempatan hidup yang baik, hanya mereka yang terpilihlah yang akan lahir ke dunia ini. Tak perlu khawatir akan kehidupan, karena Allah SWT telah membekali kita dengan aturan yang sempurna untuk mengatur kehidupan.

Sayangnya beberapa abai, lupa bahkan mencela ayat-ayatNya serta merasa lebih layak mengatur kehidupannya sendiri. Seperti itulah yang terjadi pada kehidupan modern saat ini. Ketika Islam ditinggalkan, halal haram diabaikan dan juga kebebasan dielu-elukan. Yang terjadi ialah problematika kehidupan manusia senantiasa bertambah dan tidak tuntas diselesaikan.

Penerapan sistem yang salah membawa umat kepada kehancuran. Pandangan hidup sekulerisme yakni yang menjauhkan agama dari kehidupan, diemban oleh sebagian besar masyarakat. Akibatnya kebahagiaan, keadilan, kesamaan, kejujuran, dan ketenangan menjadi hal yang mahal didapatkan di era saat ini. Kesulitan hidup akibat penerapan sistem ekonomi serakah semacam kapitalisme, menuntut masyarakat untuk ekstra keras memenuhi kebutuhan hidupnya. Belum lagi kesenjangan yang melebar turut mendukung kerusakan yang terjadi pada umat.

Sistem ekonomi kapitalisme mendorong masyarakat untuk senantiasa konsumtif, materialistis, individualis, hedonis dan pragmatis. Tak ada waktu berbicara tentang kebenaran, keadilan, kesamaan akan hak, dan juga hakikat dari kebahagiaan. Semua terdorong arus untuk menjadi pribadi yang haus akan popularitas, jabatan, kekayaan serta kenikmatan jasadiyah.

Tak heran banyak yang menderita tekanan batin, stress, galau, hingga skizofrenia akibat kehidupan yang memaksanya untuk menjadi korban kezaliman sistem kapitalisme. Ketika kebahagiaan dimaknai dengan meraih sebanyak-banyaknya materi, maka orang akan mulai kehilangan ketenangan dan kenikmatan mensyukuri yang sedikit disebabkan oleh ambisi dan nafsu memperoleh kenikmatan dunia yang semu. Akibatnya dapat mendorong mereka untuk mengakhiri hidupnya karna tak faham untuk apa sebenarnya ia hidup.

Islam mengatur manusia dengan sangat baik. Di dalamnya terdapat aturan-aturan yang akan membawa manusia pada kebahagiaan hakiki. Yang mengajarkan bahwa makna bahagia sesungguhnya adalah meraih rida Allah SWT. Karena manusia diciptakan hanya untuk beribadah kepadaNya. Sehingga ia akan memahami darimana ia berasal, untuk apa hidup di dunia dan kemana setelah mati.

Ia akan dididik menjadi orang-orang yang senantiasa bersyukur dengan apapun yang diperoleh serta apapun ketetapan yang terjadi pada dirinya. Sehingga ia akan menjadi orang yang sabar, ikhlas dan rida atas takdir Allah SWT. Ia akan memahami bahwa dunia adalah ujian, dan ladang dalam beramal salih.

Kesadaran manusia akan keimanan kepada penciptanya tentu akan mendorongnya untuk berusaha menjadi muslim sejati yang mencurahkan seluruh tenaganya, pikirannya, hartanya, dan seluruh potensi yang dimiliki dalam rangka untuk meraih jannahNya. Ketika ditimpa ujian, seorang muslim akan senantiasa bersabar dan tetap bersyukur atas karunia Allah. Begitu pula halnya jika ia diberi nikmat, tak lantas menjadi orang yang kufur nikmat.

Penerapan sistem Islam yang kaffah akan mampu mencegah dari tindak kezaliman, ketidakadilan, kemaksiatan serta pelanggaran-pelanggaran syariat. Aturannya mampu menyelesaikan problematika kehidupan manusia baik itu terkait kesenjangan, kemiskinan, pergaulan bebas, dan lain sebagainya. Islam akan mendorong setiap pribadi untuk peka terhadap orang lain, saling berlomba dalam kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Setiap diri juga akan menghindar dari tindak bunuh diri karna ia tahu bahwa itu tindakan yang diharamkan dan mendapat dosa besar.

Mari kita sama-sama mendekatkan diri kepada Allah, perbanyak ilmu, berkumpul dengan orang-orang yang salih, saling nasehat menasehati, berusaha menjadi pribadi yang Allah ridai serta kembali menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupan.

Waullahualam

 

[LM/nr]

Please follow and like us:

Tentang Penulis