Waspada Tsaqofah Asing di Dunia Pendidikan
Oleh: Netty Al-Kayyisa
LenSa MediaNews__Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei. Sebagaimana dilansir cnnindonesia.com tema Hardiknas tahun inilah adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Di tengah kondisi generasi yang tak baik-baik saja, Hardiknas mengusung tema lanjutkan merdeka belajar dengan harapan siapapun nanti yang berada di posisi pemegang kebijakan dunia pendidikan, meneruskan kurikulum merdeka belajar karena dinilai ada banyak pengaruhnya di dunia pendidikan. Anak-anak mulai berani bermimpi karena merasa merdeka saat belajar, guru-guru berani mencoba hal baru karena mendapat kepercayaan menilai dan mengenal anak didiknya, mahasiswa, seniman, pelaku budaya semua mendapat apresiasi dan wadah dalam merdeka belajar. Benarkah faktanya demikian?
Kurikulum memang berperan penting dalam keberhasilan pendidikan. Isi dari kurikulum itulah yang akan membentuk anak didik menjadi seperti apa yang kita kehendaki sesuai dengan arah pandang dalam kehidupan. Dalam kurikulum sebuah pendidikan juga harus diperhatikan mata pelajaran dan isi dari pelajaran yang akan diberikan.
Maka lihatlah bagaimana mata pelajaran yang diberikan pada peserta didik hari ini penuh dengan pemikiran-pemikiran atau tsaqofah asing yang dipengaruhi oleh sudut pandang dan keimanan. Bukan sekadar ilmu pengetahuan yang bisa kita terima karena sifatnya yang netral.
Pada Biologi siswa disuguhi teori evolusi kehidupan yang mengatakan bahwa manusia dan seluruh makhluk yang ada di alam berubah karena adanya evolusi. Manusia dari kera, jerapah panjang leher karena makanannya daun di pohon yang tinggi, ulat terbentuk dari sekerat daging, dan sebagainya. Teori ini sangat berbahaya terhadap akidah anak-anak didik kita.
Di pelajaran Fisika siswa bertemu teori kekekalan energi. Energi tak bisa dimusnahkan hanya berubah bentuk. Inilah yang dikatakan energi kekal. Padahal di dunia ini tak ada yang kekal kecuali Allah Sang Pencipta.
Berikutnya ada merdeka belajar. Anak bisa menentukan mau belajar apa saja sesuai dengan ketertarikannya. Misalnya anak-anak tertarik di dunia tari, dia bisa mendalami dan mengeksplor kemampuannya. Menunjukkan pada orang lain dan bisa menjadi jalan mendapatkan harta dan kepuasaan dari aktivtas tersebut. Ini benar-benar berbahaya jika diterapkan tanpa batasan hukum syara. Manusia bebas tanpa kendali dan tanpa peduli norma bahkan aturan agama. Lihatlah di setiap sekolah dan acara-acara, yang dikedepankan adalah jogetan dan hura-hura. Meliukkan badan tanpa malu dan menciderai kehormatan seorang wanita.
Anak-anak juga diajari teori pembentukan masyarakat. Bahwa masyarakat terbentuk dari kumpulan individu-individu saja. Maka ini akan memunculkan sikap individualis dalam diri mereka. Tak peduli dengan sekitarnya. Cuek dengan apa yang terjadi dan tidak melakoni tugasnya sebagai pengontrol kehidupan bermasyarakat.
Ini sekelumit isi pelajaran yang ada di tengah anak didik kita. Pemikiran-pemikiran ini akan mereka emban, menjadi pola pikir dan mempengaruhi kepribadian. Maka akan muncul pribadi-pribadi yang bertentangan dengan syariah Islam dan misi penciptaan manusia yang hanya untuk beribadah kepada Penciptanya.
Pelajaran di Dunia Pendidikan Islam
Pendidikan adalah satu hal yang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak. Maka Islam memberikan perhatian istimewa di dalamnya. Pemikiran apa saja yang harus diberikan dan apa saja yang tidak boleh maka Islam mengaturnya. Sebagaimana firman Allah dalam surah Lukman ayat 13:
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”
Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa satu hal yang harus ditanamkan terlebih dahulu kepada anak-anak adalah keimanan kepada Allah.
Bahwa kita tidak boleh menyekutukan Allah dengan apapun. Akidah ini merupakan pondasi awal pendidikan anak-anak. Sebelum berbicara syariah dengan segala hukumnya, maka yang didahulukan adalah keimanannya. Dengan demikian ketika mempelajari syariah atau hal lain yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan umum, maka standarnya kembali pada Islam.
Inilah pendidikan dalam Islam. Dengan kurikulum yang sempurna didukung dengan penerapan sistem lainnya, maka akan membentuk generasi Islam yang tangguh, berbudi pekerti yang luhur dan siap meninggikan agamanya. Wallahu’alam bishshawab.