Potret Pemuda Masa Kini, Hilang Visi Misi
Oleh : Hanif Eka Meiana
(Aktivis Muslimah Soloraya)
Lensa Media News – Sejumlah pemuda asal Kabupaten Klaten diamankan polisi usai bentrok dengan warga di wilayah Nglanggeran, Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Para pemuda yang sebagian besar masih di bawah umur diduga tergabung dalam satu geng. Sebagian membawa gesper dan gir. Kasi Humas Polsek Patuk, Aiptu Purwanto mengatakan, “Di perlimaan Tawang jalan baru itu kumpul lebih kurang 40 kendaraan memenuhi jalan, sekitar jam setengah enam sampai jam enam pagi tadi,”. Karena memenuhi jalan, lanjut Purwanto, gerombolan anak itu ditegur oleh warga yang sedang melintas. (Detik.com, 17/3/2024)
“Itu malah nantang-nantang ceritanya. Akhirnya kan semakin banyak warga yang datang. Timbul (gesekan) terus lari semua,” ujar Purwanto. “Mereka bentrok itu bukan sama warga Nglanggeran, tapi dengan masyarakat yang kita tidak tahu alamatnya, yang tadi habis subuh jalan-jalan di jalan baru,” lanjutnya. “Ada 34 anak, kendaraan ada 22. Yang dewasa umur 27 tahun 1 orang, terus umur 20 dan 21 masing-masing 1 orang. Yang lain di bawah 18 tahun,” ungkap Purwanto. “(tujuannya) Jalan-jalan, tapi ditemukan ada gesper, ada tali dipasangi gir juga. Warga melihat ada yang bawa sajam (senjata tajam), tapi anaknya lari belum ketemu. Disinyalir memang sudah menyiapkan untuk kisruh,” sambung dia.
Ramadan bulan penuh kemuliaan, sudah seharusnya menjadikan pada diri setiap muslim keinginan untuk dapat meraih keutamaan dan kemuliaannya. Namun tidak dengan remaja diatas. Disaat yang lain berlomba-lomba beramal salih, bersedekah, meningkatkan rutinitas dzikirnya, menambah salat sunahnya dan merutinkan tahajudnya; para pemuda asal Klaten ini memilih untuk bentrok dengan warga. Apa yang sebenarnya melatarbelakangi aksi para pemuda tersebut? Mengapakah hal ini senantiasa berulang?
Sejatinya kita dapati remaja masa kini terdidik dengan hal-hal yang serba instan, bebas, dan jauh dari standar kebenaran yang sesuai syariat Islam. Kemajuan teknologi tidak dibarengi dengan perbaikan akhlak dan kepribadian para pemuda. Kemudahan dalam segala hal tak banyak memberi sumbangsih bagi terbentuknya individu yang berkualitas dan beradab. Peradaban manusia kini mengarah pada keterbelakangan mental dan kerapuhan pada diri tiap individu.
Semua adalah penyebab dari diterapkannya sistem yang tidak berasal dari sang pencipta. Manusia, masyarakat dan negara telah mengadopsi sistem sekuler, mengembannya dan menyebarkannya ke seluruh dunia. Sistem ini menjauhkan peran agama dari kehidupan, menjadikan kebebasan sebagai asasnya dan menjadikan tolak ukur kebahagiaan terletak pada banyaknya materi duniawi yang bisa didapatkan. Akibatnya terbentuk individu yang lemah iman, rapuh mental, masyarakat yang apatis dan negara yang tidak amanah serta abai dalam mengurusi masyarakatnya.
Jauhnya umat dari aturan Islam, memberikan efek buruk berkepanjangan khususnya bagi generasi muda. Mereka kehilangan arah dan tujuan, sibuk dengan hal-hal remeh dan menjadi generasi pembebek. Maraknya aksi-aksi kekerasan di media sosial seakan memotivasi para remaja ini untuk berbuat yang semisal. Karena ingin dianggap keren atau paling kuat, serta merta mereka melakukan aksi kekerasan. Lemahnya iman turut mendukung buruknya sikap mereka dalam memaknai bulan suci ramadan.
Hal ini jauh berbeda dengan masa dimana Islam menjadi aqidah dan aturan yang diadopsi oleh umat dan negara. Islam mampu membuktikan dalam sejarah bahwa dengan kesempurnaan aturannya mampu mewujudkan peradaban yang gemilang. Darinya terwujud individu-individu yang bertaqwa, masyarakat yang Islami dan negara yang berperan sebagai ra’in (pelayan umat) dan junnah (perisai).
Para pemuda terbentuk dalam dirinya syakhsiyyah islamiyah (kepribadian Islam) yang kokoh sehingga betul-betul berperan memberikan sumbangsih bagi peradaban. Mereka tersibukkan dengan ibadah, ilmu dan amal salih. Waktu mereka diisi dengan hal-hal bermanfaat dalam rangka meraih rida Allah SWT. Sehingga tak ditemukan pemuda yang galau dan mengisi waktu dengan hal yang unfaedah maupun melakukan aksi kekerasan.
Negara pun berperan penuh dalam mendidik generasi, yakni dengan penerapan sistem pendidikan Islam yang mampu melahirkan generasi cemerlang, juga penerapan ekonomi Islam yang menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Tak hanya itu, negara akan menyaring serta membuang apa saja pemikiran, tontonan dan budaya yang jauh dari Islam. Bila perlu negara akan memberikan wadah bagi para pemuda untuk menyalurkan bakat dan keahliannya yang sesuai syariat Islam.
Demikianlah bila sistem Islam diterapkan. Para pemuda memiliki visi misi yang jelas dalam hidup mereka. Semua semata-mata dilakukan untuk meraih kebermanfaatan bagi umat dan rida Allah SWT. Oleh karenanya, mewujudkan kembali kehidupan Islam bukan sesuatu yang mustahil. Perlu mengajak umat dan para pemudanya untuk sadar dan menjadikan Islam sebagai pedoman kehidupan. Insyaallah, kebangkitan Islam akan segera diraih.
Waullahualam
[LM/nr]