Rudapaksa dan Hancurnya Generasi Muda
Tak punya hati, tak termaafkan, tega, kejam, bejat, dan masih banyak lagi kata-kata yang pantas dilontarkan untuk para pelaku rudapaksa. Apa yang menyebabkan pelaku tega berbuat demikian?
_____________________
Oleh: Wulandari Eka Putri
LenSaMediaNews.com_Baru-baru ini viral kasus rudapaksa yang dialami oleh siswi SMP berinisial N (15) di Lampung. N ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk. Ia disekap selama 3 hari dan dirudapaksa 10 pria di sebuah gubuk di Perkebunan Desa Tanjung Bar, Kecamatan Bukit Kemuning Lampung Utara. Menurut penuturan Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Umi Fadhilah, tiga dari enam pelaku sudah ditangkap dan masih dibawah umur, sementara tiga lainnya orang dewasa. Empat pelaku lainnya masih DPO (kompas.com, 15-03-2024).
Kombes Umi Fadhilah juga menceritakan 14 Februari 2024 sekitar pukul 14.00, N dijemput oleh D yang katanya akan mengantarkan korban bermain futsal. Namun di jalan, korban malah dibawa ke sebuah gubuk. Saat digubuk itulah N dirudapaksa oleh 10 orang secara bergiliran. Selama disekap, korban tidak diberi makan selama 3 hari dan hanya di berikan miras saja oleh para pelaku.
Ibu korban menjelaskan bahwa korban pertama ditemukan dalam kondisi tergeletak tak berdaya. Kondisi korban saat ini masih dalam proses pemulihan baik secara fisik maupun psikologisnya (cnnindonesia.com, 12-3-2024).
Mengapa Bisa Terjadi Rudapaksa?
Kasus rudapaksa tak kunjung habis, selalu muncul di beranda berita hampir setiap hari. Pemuda hari ini sudah banyak kehilangan jati diri mereka sebagai kaum muslim yang sesungguhnya. Rasullullah Saw., bersabda: “Barangsiapa yang membuat/melakukan suatu kejahatan dan melindungi orang yang berbuat jahat maka ia akan mendapatkan laknat Allah, laknat orang-orang yang melaknat, laknat malaikat, dan laknat manusia seluruhnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima darinya ganti dan tebusan apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan, betapa mengerikannya hukuman bagi manusia melakukan kejahatan. Namun para pelaku kejahatan saat ini tidak ada takut dengan hukum Allah.
Ini wajar karena sistem negara kita saat ini tidak berlandaskan Islam, melainkan berlandaskan sistem sekuler. Nilai-nilai agama dianggap remeh bahkan tidak penting di kalangan pemuda. Lalu apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi para pelaku berani melakukan hal yang di laknat oleh Allah SWT. Di antaranya:
Pertama, kemudahan akses jejaring sosial. Ini menjadi salah satu faktor penyebab pelaku melakukan hal bejat tersebut. Kemudahan akses ke berbagai berita dan video menjadikan para pelaku bahkan yang masih dibawah umur dapat mengakses video-video porno tanpa adanya filter usia dan pengamanan dari negara. Hal ini sangat bahaya karena bisa menimbulkan efek kacanduan.
Kedua, salah dalam memilih teman. Sebagaimana sabda Rasullullah Saw.: “Seseorang bergantung pada agama temen dekatnya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang dia jadikan sebagai teman dekat.” Dari hadis tersebut sudah terjawab bahwa memilih teman itu penting. Jika berteman dengan orang baik, seorang muslim bisa menjadi baik. Namun, jika berteman dengan seorang yang buruk, maka ia pun menjadi buruk.
Ketiga, keimanan yang rapuh atau lemah. Memupuk keimanan sejak kecil sangatlah penting. Memiliki iman yang kuat bisa menjadi tameng kita dalam memfilter mana yang baik dan mana yang buruk. Maka para pemuda hari ini seharusnya bisa menjadi pemimpin yang berlandaskan Islam bukan menjadi pelaku kejahatan.
Keempat, tidak dekat dengan orang tua. Kedekatan dengan orang tua sangat penting. Bagaimana cara orang tua mendidik anak dengan berlandaskan akidah Islam, akan menjadikan anak menjadi pemuda yang berakhlak mulia. Jika orang tua acuh dengan perkembangan anak, bisa menjadi bahaya dan anak menjadi tak terkontol kehidupannya.
Kelima, sistem negara. Sistem negara kita saat ini yang tak berlandaskan Islam akan menjadikan kehidupan kusut dan banyak kejahatan-kejahatan yang tak kunjung habis. Belum lagi hukum yang diterapkan tak menjadikan jera bagi para pelakunya. Pelaku rudapaksa dan kejahatan lainnya akan terus ada dan semakin banyak karena tidak adanya kehidupan sistem Islam di dalamnya. Pendidikan agama di sekolah pun tak cukup untuk menjadikan pemuda-pemuda berakhlak Islam.
Semua bisa terselesaikan hanya dengan diterapkannya sistem Islam dalam naungan institusi negara yang bernama Khilafah Islam. Generasi akan lebih terararah dan terbina secara pemikiran dan tingkah laku setiap individu dan menjadi takut akan setiap perbuatan dosa dan maksiat.
Wallahua’lam bishowab. [LM/Ss]